• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Jejak Pena Perjuangan Rohana Kudus

Muallifah Muallifah
18/09/2020
in Featured, Figur, Tokoh
0
279
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dalam sejarah panjang perjuangan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia, berbagai kisah menarik dan inspiratif selalu ditorehkan para pahlawan perempuan, agar menjadi teladan bagi para penerusnya kini. Kisah-kisah perjuangan yang begitu mengharukan selalu menjadi refleksi untuk memberikan sumbangsih berarti bagi kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia di masa depan.

Diantara sosok perempuan pejuang kemerdekaan Indonesia itu, tercatat nama Rohana Kudus yang memiliki tekad dan dedikasi tinggi dan jejak pena perjuangan perempuan yang dimulai dari daerah kelahirannya. Melalui medan juang literasi, ekonomi dan pendidikan, diharapkan menjadi lumbung pergerakan perempuan untuk mendedikasikan dirinya dalam perkembangan ilmu pengetahuan, melawan diskriminasi terhadap perempuan serta sebagai sarana menyuarakan hak-hak perempuan di masa lampau.

Rohana hidup sezaman dengan RA. Kartini dengan sama-sama memiliki perjuangan di bidang pendidikan dan literasi. Rohana Kudus lahir di Kota Gadang, Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tanggal 20 Desember tahuan 1884, dari pasangan Muhammad Rasyad Maharaja Sutan dan Kiam. Ayahnya seorang jurnalis dan ibunya sebagai perempuan biasa. Tahun 1908, ketika Rohana berumur 24 tahun menikah dengan Abdul Kudus Pamuncak Sutan.

Lahir sebagai orang Minangkabau dengan adat dan budaya yang tidak memperbolehkan perempuan untuk berpendidikan, karena pada saat itu perempuan hanya diwajibkan untuk mengurusi persoalan domestik dalam keluarga, sehingga menyebabkan para perempuan terkungkung dalam adat istiadat yang ada. Kondisi ini juga ditulis oleh Conkey dan Spector, dalam karyanya Archeologhy and the Study of Gender, perempuan sebelum abad ke-19 berada di bawah konstruksi patriarki yang dipraktikkan melalui tatanan politik, ekonomi dan pendidikan. Sehingga prioritas yang demikian, menyebabkan terjadinya penindasan dan subordinasi terhadap perempuan.

Rohana Kudus, menjadi salah satu pahlawan perempuan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap perjuangan perempuan melalui pena, dan pendidikan di masa itu. Sebagai perempuan dengan kondisi sosial yang masih diskriminatif terhadap kesadaran pendidikan perempuan, ia tampil sebagai sosok yang memiliki minat besar terhadap kesadaran membaca dan menulis sejak kecil. Hal ini karena dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang mendukung terhadap perkembangan dirinya. Ia diasuh oleh Jaksa Alahan Panjang dan istrinya. Bersama ibu angkatnya, ia belajar menulis dan membaca.

Baca Juga:

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Tahun 1892, ia meninggalkan Alahan Panjang untuk ikut ayahnya yang pindah ke Simpang Tonang Talu Pasaman. Namun, Kebiasaan membaca tetap bersemayam dalam dirinya serta menjadi pengajar bagi teman sebaya yang lain. Akhirnya, setelah pandai membaca, menulis dan mengaji bahkan Tafsir Al-Quran, pada tanggal 11 Februari 1911 berdirilah perkumpulan Kerajinan Amai Setia (KAS) sebagai tempat pendidikan perempuan Koto Gadang.

Wadah ini memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan perempuan pada masa itu. Berbagai keterampilan diajari sebagai wujud nyata gerakan perempuan melawan ketertinggalan yang dialami. Perjuangannnya tidak hanya sampai pada pembelajaran baca tulisan, serta kerajinan semata. Akan tetapi, hasil dari kerajinan tersebut dijual untuk meningkatkan perekonomian perempuan. Biasanya bagi mereka yang tidak mampu membayar sekolah tersebut, pemasukan dari hasil penjualannya digunakan untuk membayar pendidikan yang diikuti di KAS.

Pada tahun 1911-1912 berdiri surat kabar yang bernama Soenting Melajoe, dipelopori oleh Rohana Kudus. Surat kabar tersebut terbit di kota Padang dengan percetakan milik Datun Sutan Maharaja. Dalam surat kabar tersebut tema yang diangkat adalah “sentra perempuan dan perjuangan Rohana Kudus”. Tulisan-tulisan Rohana Kudus sangat menentang penjajahan Belanda serta menjadi salah satu akses dirinya sebagai jalan perjuangan perempuan.

Kritikannya yang tajam terhadap Pemerintah Belanda dengan kemampuan yang dimiliki sejak dini. Hingga akhirnya ia dinobatkan sebaga “jurnalis perempuan pertama” serta mendapat anugerah pahlawan nasional pada tanggal 8 November 2019. Meskipun demikian, Rohana sudah pernah mendapatkan berbagai penghargaan, antara lain Bronzen Ster pada 1941, penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto 1987 serta penghargaan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2007.

Kiprah Rohana dalam bidang jurnalistik tidak hanya terbatas pada Soenting Melajoe. Ketika pindah ke Medan tahun 1920, ia berpartner dengan Satiman Parada Harahap untuk memimpin redaksi Perempuan bergerak. Sekembalinya ke Minangkabau pada 1924, Rohana diangkat menjadi direktur di suratkabar “Radio”, harian yang diterbitkan “Cinta Melayu” di Padang dan koran “ Cahaya Sumatera”.

Pada tahun 1916, Ruhana Kudus mendirikan Ruhana School sebagai salah satu basis pergerakan perempuan di bidang pendidikan. Murid Ruhana School adalah remaja yang menempuh pendidikan formal di pagi hari dan keterampilan perempuan di sore hari. Tidak sedikit ibu rumah tangga yang ikut andil di Ruhana School untuk mengasah keterampilannya di sore hari. Demikian kisah singkat tentang Rohana Kudus, semoga kita bisa mengikuti jejaknya berjuang melalui tulisan dan mampu menginspirasi banyak orang. []

Tags: IndonesiakemerdekaanliterasiPahlawan Perempuan
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version