Mubadalah.id – Catatan Hadis dan sejarah kita sudah cukup kaya untuk membuktikan bahwa perempuan pada masa Nabi Saw. ikut terlibat dalam jihad di ranah publik, termasuk berperang bela negara.
Jika melihat jejak sejarah secara kronologis, ketika pertama kali Nabi Saw. menerima wahyu dan masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi, ada 19 perempuan yang beriman dan sekitar 40 laki-laki.
Dari jumlah ini, yang pertama kali beriman dari mereka semua (laki-laki dan perempuan) adalah Khadijah bint Khuwailid r.a., istri Nabi Saw.
Ketika tidak ada seorang pun yang berani berhadapan dengan Umar bin Khattab r.a. saat belum memeluk Islam, seorang perempuan bernama Fathimah bint al-Khattab r.a., yang sudah masuk Islam, berani berhadapan dengan Umar.
Orang yang pertama kali terbunuh karena mempertahankan keimanan, dan tecatat sebagai pahlawan pertama, adalah perempuan, Sumayyah bint Khubath r.a.
Sumayyah merupakan ibu Ammar bin Yasir r.a., generasi Muslim paling awal yang ikut hijrah ke Etiopia. Beliau berjalan sejauh lebih dari 5000 km dari Mekah, untuk menyelamatkan diri dari tekanan dan siksaan orang-orang Quraisy. Pada gelombang pertama, adalah 11 laki-laki dan 4 perempuan. Pada gelombang kedua, 82 laki-laki dan 24 perempuan.
Orang yang tercatat ikut dari Yatsrib (Madinah) dalam sumpah Setia (baiat). Termasuk harus mengorbankan harta dan jiwa demi keimanan atas Islam, adalah empat orang perempuan. Nusaibah bint Kaab r.a., Qaribah bint Mu’awwidz, Asma bint Amr bin Adiy r.a., dan Salma bint Qays r.a.
Setelah selesai pengucapan sumpah, lalu datang 7 orang perempuan menyusul ikut bersumpah setia secara bersamaan. Dalam kajian Asma Muhammad Ziyadah, para perempuan yang menyatakan baiat untuk Islam pada Nabi Muhammad Saw. mencapai 388 orang.
Pada saat momentum hijrah, perempuan yang menghapus jejak-jejak perjalanan Nabi Saw. di padang pasir, agar tidak terendus orang-orang Quraisy. Sekaligus mengantar bekal perjalanan, adalah Asma bint Abu Bakr r.a. []