Mubadalah.id – Ratu Kalinyamat, sebuah figur yang menginspirasi dari Jepara, telah terakui secara resmi sebagai pahlawan nasional. Yakni melalui Keputusan Presiden Nomor 115-TK-TH-2023 pada 6 November 2023. Pengakuan ini menjadi penghormatan atas kontribusinya yang signifikan dalam sejarah Indonesia. Dalam kronik sejarah Indonesia, Ratu Kalinyamat menjelma sebagai seorang pemimpin perempuan yang menonjol pada abad ke-16 di Jepara.
Kehadirannya menunjukkan bahwa perempuan telah memiliki peran yang relevan dalam memimpin sejak masa Islam mulai berakar di Indonesia, bahkan di era sebelumnya. Dengan ketegasan, keberanian, serta keputusan yang tegas dan kepemimpinan yang kokoh, Ratu Kalinyamat berhasil menjadi figur penting di pesisir utara Jawa dengan peran sentral di Jepara.
Dalam catatan berbagai sumber tradisional, Ratu Kalinyamat dianggap sebagai putri dari Sultan Trenggono, Raja Demak III, dan cucu dari Raja Demak I, Raden Patah. Namun, nama aslinya adalah Ratna Kencana. Sedangkan “Kalinyamat” merujuk pada sebuah nama daerah di Jepara pada masa itu.
Menilik Kepemimpinan Ratu Kalinyamat
Kepemimpinan Ratu Kalinyamat berdampak signifikan bagi Jepara. Kehadirannya sebagai penguasa perempuan memberikan gambaran jelas tentang peran penting perempuan dalam politik Indonesia. Keberaniannya dalam mengambil keputusan dan kemampuannya memimpin mungkin telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, baik pada zamannya maupun dalam konteks masa kini.
Meskipun informasi mengenai Ratu Kalinyamat mungkin terbatas, penegasan atas kontribusinya sebagai seorang pahlawan nasional telah memberikan penghormatan yang sepadan. Peran serta dedikasinya sebagai seorang pemimpin perempuan telah menjadikannya sosok yang patut kita hargai dalam sejarah Indonesia.
Pada masa ketika perempuan jarang terlihat dalam peran kepemimpinan, kehadiran Ratu Kalinyamat memberikan inspirasi bagi generasi saat ini. Yakni untuk tidak menilai seseorang berdasarkan jenis kelaminnya, melainkan melihat kemampuan dan karakter dalam memimpin. Selain itu, memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Sebagai pahlawan nasional, Ratu Kalinyamat menjadi bukti bahwa sejarah Indonesia memiliki banyak kisah yang belum sepenuhnya terungkap. Pengakuan atas kontribusinya sebagai pemimpin perempuan yang berpengaruh di Jepara menjadi bagian penting dari upaya mengakui peran perempuan dalam sejarah bangsa yang harus kita apresiasi.
Dengan lebih mendalami peran dan kontribusi Ratu Kalinyamat, kita dapat lebih menghargai warisan sejarah bangsa dan meluaskan pandangan terhadap kepemimpinan, kesetaraan gender, serta keberagaman dalam konteks sejarah Indonesia yang kaya dan beragam.
Punya Pengaruh Besar
Menurut arsip Depdiknas, dalam sejarah dinasti Demak, tokoh Ratu Kalinyamat mempunyai pengaruh yang luar biasa saat kerajaan itu mengalami masa-masa suram. Popularitasnya bahkan lebih mencolok dibandingkan dengan Pangeran Hadiri, suaminya.
Bahkan Sunan Prawata, Raja Demak keempat. Gelar “ratu” menunjukkan kedudukannya yang tinggi dan menentukan di lingkungan istana. Gelar tersebut biasanya hanya digunakan oleh orang-orang tertentu, seperti seorang raja perempuan, permaisuri, atau putri sulung raja.
Dalam Babad Demak Jilid 2, diketahui bahwa Ratu Kalinyamat disebut sebagai putri sulung Sultan Trenggana. Sebagai putri sulung raja, ia juga dikenal dengan gelar “Ratu Pembayun”. Orang Portugis bernama Pinto, ketika berada di Banten pada tahun 1545, menyebutkan bahwa ada utusan dari Raja Demak, seorang perempuan terkemuka bernama Nyai Pembayu.
Dengan demikian, gelar “Ratu”ia dapatkan dari keturunannya dan bukan dari suaminya yang hanya seorang penguasa daerah setingkat adipati. Mungkin juga gelar tersebut ia peroleh setelah ia menjadi penguasa Jepara.
Keberanian Ratu Kalinyamat dalam menghadapi masa-masa sulit di Demak menunjukkan bahwa kontribusinya sebagai pemimpin tak terbantahkan. Gaya kepemimpinannya yang tegas, bijaksana, dan berani mengambil risiko menunjukkan bahwa kemampuan seorang pemimpin tidak bergantung pada jenis kelaminnya.
Ratu Kalinyamat juga terkenal karena kebijaksanaan dan kecakapannya dalam menjalankan pemerintahan Jepara. Meskipun kala itu perempuan jarang berada dalam peran pemimpin, kehadiran Ratu Kalinyamat menginspirasi banyak orang untuk melepaskan stereotip gender dan lebih memperhatikan kemampuan serta integritas seseorang.
Teladan Kebijaksanaan Kepemimpinan Perempuan
Pengakuan atas jasa-jasanya sebagai pemimpin perempuan yang berpengaruh dalam sejarah Jepara menjadi bagian integral dari upaya menghargai peran perempuan dalam pembentukan sejarah bangsa. Melalui penelitian lebih lanjut tentang peran dan kontribusinya, kita dapat semakin memahami betapa besar pengaruhnya dalam membentuk sejarah Indonesia.
Ratu Kalinyamat memberikan teladan tentang kekuatan, keberanian, dan kebijaksanaan seorang perempuan dalam kepemimpinan. Pengakuan terhadap peranannya sebagai pahlawan nasional merupakan langkah penting. Terutama dalam mengapresiasi warisan sejarah Indonesia yang kaya akan keberagaman serta kontribusi perempuan dalam membangun bangsa.
Terdapat sejumlah catatan menarik dalam sejarah mengenai Ratu Kalinyamat, seorang tokoh penting pada abad ke-16 di Kerajaan Demak yang terletak di Jepara.
Pada pertengahan abad keenam belas, Kasultanan Demak memiliki kebiasaan memberikan gelar kepada para pangeran dan putri yang merupakan keturunan Sultan. Khususnya kepada mereka yang diberi kekuasaan untuk memerintah daerah-daerah yang berjarak jauh dari istana (Sejarah dan Hari Jadi Jepara, 1988: 83). Gelar tersebut harapannya dapat membantu para pemegangnya mendapatkan daerah yang diberi kekuasaan.
Hanya dalam kurun waktu tiga tahun di bawah kepemimpinan Ratu Kalinyamat, tampaknya kekuatan angkatan laut Jepara berhasil pulih. Laporan dari pihak Portugis menunjukkan adanya hubungan antara Ambon dengan Jepara. Kabarnya, para pemimpin Persekutuan Ambon telah meminta bantuan berkali-kali kepada Jepara, baik untuk melawan Portugis maupun lawan dalam negeri di Maluku (H.J. De Graaf, 1986: 130).
Jepara Bdi Bawah Kepemimpinan Ratu Kalinyamat
Di bawah kepemimpinan Ratu Kalinyamat, fokus pengembangan Jepara lebih terarah pada penguatan sektor perdagangan dan angkatan laut. Upaya ini dapat berkembang dengan baik melalui kerjasama dengan beberapa kerajaan maritim seperti Johor, Maluku, Banten, dan Cirebon.
Kedudukan strategis Jepara memungkinkan Ratu Kalinyamat untuk menerapkan berbagai kebijakan demi memajukan kota ini. Dalam membangun ekonomi Jepara, Ratu Kalinyamat menekankan pengembangan pada bidang perdagangan dan pelayaran. Ia mengutamakan bidang tersebut dengan alasan Jepara memiliki pelabuhan yang aman dan armada laut yang cukup besar.
Pertumbuhan Jepara dengan armada laut yang berkembang terlihat dari pengiriman 200 kapal persekutuan oleh orang-orang Muslim. Karena memiliki angkatan laut yang tangguh, Jepara mampu mengirim 40 kapal dengan jumlah prajurit sekitar 4.000 hingga 5.000 orang. Bahkan ketika membantu Aceh menyerang Portugis di Malaka, Jepara mampu mengirim sekitar 15.000 prajurit dan 300 kapal, termasuk 80 kapal besar.
Keberhasilan Ratu Kalinyamat dalam memimpin Jepara menjadikan kota ini sebagai pelabuhan utama. Namun hal ini tidak mengesampingkan perannya sebagai seorang perempuan. Kematangan Ratu Kalinyamat dalam kepemimpinan juga menunjukkan sisi maskulin yang perkasa, namun tetap dengan kelembutan, ketegasan, ketabahan, dan empati.
Sikap tegasnya dalam menghadapi masalah di Kerajaan Demak membuktikan bahwa Ratu Kalinyamat adalah figur pemimpin yang kompeten. Hal ini menunjukkan bahwa inti kepemimpinan terletak pada gaya dan kualitas seorang pemimpin.
Peran Politik Ratu Kalinyamat
Peran perempuan sering kali tersembunyi namun memberikan inspirasi dan motivasi dalam berbagai aspek pemerintahan. Ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan tidak sering menduduki posisi kekuasaan, inspirasi perempuan sangat kita perlukan dalam mengelola pemerintahan, memberikan ide dan gagasan dalam pengambilan keputusan.
Peran Ratu Kalinyamat mulai terlihat ketika Demak mengalami pergolakan politik. Perannya sangat besar dalam upaya penyelesaian perselisihan di antara keturunan Raden Patah. Dari segi pemerintahan, Ratu Kalinyamat memenuhi kriteria sebagai penguasa. Kedudukannya sebagai putri pewaris Kerajaan Demak memberikan legitimasi penuh baginya di Jepara untuk menggantikan posisi suaminya sebagai penguasa.
Penobatan Ratu Kalinyamat sebagai pemimpin di Jepara tertandai dengan sengkalan “Trus Karya Tataning Bumi” sekitar tahun 1549 Masehi. Ratu Kalinyamat memiliki kesempatan besar untuk menerapkan berbagai kebijakan guna memajukan Jepara, menghidupkan kembali kejayaannya dengan menerapkan sistem commenda dalam perdagangan maritim.
Kerjasama dengan wilayah lain seperti Maluku, Cirebon, Tuban, Johor, dan Banten ia lakukan untuk meningkatkan perekonomian dan politik dalam penyebaran Agama Islam.
Penelitian mengenai peran perempuan dalam pemerintahan serta sejarah perdagangan pada masa Islam terus kita tingkatkan. Hal ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan sejarah bangsa Indonesia dan memperkenalkan catatan sejarah yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. []