Mubadalah.id – Kekaguman terhadap pribadi Nabi Muhammad tidak hanya hanya diungkapkan oleh para pengikutnya (umat Islam), melainkan juga oleh tokoh-tokoh besar di dunia non muslim.
Michael H. Hart, telah melakukan penelitian mendalam dan luas terhadap ratusan tokoh besar yang mengubah sejarah. Ia kemudian menyeleksinya menjadi 100 orang.
Michael akhirnya menyebut dengan terang-terangan bahwa Nabi Muhammad sebagai manusia paling berpengaruh sepanjang sejarah.
Ia mengatakan: “Saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.”
Prof. Snouck Hurgronje, orientalis terkemuka dari Belanda mengungkapkan kekaguman kepada Nabi Muhammad Saw. Beliau menyatakan:
“Dunia telah banyak mengenal konsep ketuhanan, telah banyak individu yang hidup, dan misinya lenyap menjadi legenda. Sejarah menunjukkan tidak ada satu pun legenda itu yang menyamai bahkan untuk sebagian saja, dari apa yang dicapai Muhammad. Seluruh jiwa raganya ia curahkan untuk satu tujuan menyatukan manusia untuk pengabdian kepada Tuhan dalam aturan-aturan moral luhur”
Mahatma Gandhi, tokoh legendaries dari India yang beragama Hindu, menulis:
“Saya semakin yakin bahwa bukanlah pedang yang menaklukkan sebuah daerah bagi Islam untuk hidup di zaman itu. Kesederhanaan yang teguh, Nabi yang sama sekali tidak menonjolkan diri, kesetiaannya yang luar biasa kepada janjinya, kasih sayangnya yang amat besar kepada para sahabat dan pengikutnya, keberaniannya, kepercayaannya yang mutlak kepada Tuhan dan kepada misinya. Inilah, dan bukan pedang, yang mengantarkan segala sesuatu di hadapan mereka dan mengatasi setiap masalah.”
Pandangan Washington Irving
Washington Irving (1783-1859), penulis, esais, biographer, dan sejarawan terkemuka, menulis:
“Dia makan begitu sederhana, tak suka minuman keras dan amat gemar berpuasa. Dia tidak menuruti hasrat kemewahan dalam pakaian dan tak mengikuti pikiran sempit. Kesederhanaannya dalam berpakaian oleh sikapnya yang tidak memedulikan perbedaan dalam hal-hal yang remeh-temeh.”
“Dalam urusan pribadinya, dia bersikap adil. Dia memperlakukan orang dekat dan orang asing, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang lemah, dengan cara yang adil. Dia dicintai oleh rakyat rendahan karena dia menerima mereka dengan kebaikan hati dan mendengarkan dengan setia keluh-kesah mereka. Kesuksesannya dalam perang bukanlah kemenangan yang sia-sia dan sama sekali tidak membuatnya berbangga diri, karena tujuan semua itu bukanlah untuk kepentingan pribadinya.”
“Ketika dia memiliki kekuasaan yang amat besar, dia tetap saja sederhana dalam sikap dan penampilannya, sama seperti ketika dia sengsara. Dia sangat berbeda dengan seorang raja. Dia tidak suka, bila dia memasuki ruangan, orang menunjukkan penghormatan yang berlebihan kepadanya.” []