• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Kekasih Musim Paceklik

Rizka Umami Rizka Umami
31/01/2021
in Sastra
0
Kekasih

Kekasih

90
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kekasih Musim Paceklik

 

Mengenangmu seperti kehilangan kekasih di musim paceklik

ketika tikus-tikus subur makmur di lumbung padi

sarang miras yang kosong dan lupa dioplos

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

sedang kita jadi begitu asing

 

tak ada yang kurang dari kenangan buruk selain saling melenyapkan

ular-ular sawah penuh racun atau rombongan burung yang tersengat listrik

tanah-tanah susah gembur yang overdosis pupuk

kala kita gagal memahami

 

//

setiap panen yang kau jual

kita makan beras impor yang enak, katanya

sagu dan tebu atau singkong dan ubi jalar yang hadir di pekarangan

tak ada rasa

 

bayam-bayam yang kau tanam

kita beli lagi pada kemasan plastik di rak-rak toko daring

hijau segar menyehatkan

 

dan kita tampil seperti dua kekasih di musim paceklik

yang selalu gagal memanen apa-apa yang ditanam

sebab lupa cara mencintai.

 

Desember, 2020

 

 

Manusia Bar-bar

 

Manusia bar-bar hidup tenggelam

dalam pusaran kebinatangan nyata

menyobek menyeret harga manusia perempuan dan bocah-bocah yang lari

tak bisa sembunyi

 

manusia bar-bar yang belum lenyap dari peradaban nyaris

mengangkangi kuasa dan jalan-jalan keadilan meminta jatah

kursi istana yang kering dan rapuh sendi-sendinya

 

jalan mana yang dipangku para bar-bar?

supremasi laki-laki yang lupa punya dewa dewi penjaga bumi

tradisi-tradisi patriarki yang mengakar bercokol di sepanjang abad

 

kelompok agama yang bar-bar menyerang

tokoh masyarakat yang bar-bar mengikis jalan panjang

akademisi yang bar-bar menggiring kemapanan

sejarawan yang bar-bar.

 

Desember, 2020

 

Aku Masih Menonton Televisi

 

Aku masih setia menonton televisi

orasi ilmiah pandemi – pandemi – pandemi

dan lalu lalang orang di pertokoan memintal benang dan pariwisata maha kaya

 

aku mencandu cerita-cerita kematian setiap hari

gelontoran angka-angka dan geliat pembangunan sinema patah hati

atau reality show bayi-bayi tanpa masker di jalanan ibukota

 

aku masih menonton televisi

memetakan kontestasi calon-calon kepala daerah, mendengarkan demo-demo

antusiasme reuni dan mengira-ngira kapan calon vaksin akan dibagi

 

aku yang paling setia menonton televisi

membiarkan berita-berita berserakan di kepala berharap sangsi

lalu bertanya, kenapa harus petani-petani yang dihabisi?

 

percayalah, carut marut konflik di negeri ini

selesai pada satu tayangan debat publik di televisi

hanya perlu berhenti peduli menangisi bencana, kemanusiaan, nurani.

 

3 Desember 2020

 

 

Siapa Mencari Suaka?

 

Sebuah berita datang membuih sampai ke telinga

seekor demi seekor punah di depan mata

lalu berbondong-bondong manusia mengisi ruang-ruang kosong

di bekas halaman tempat tinggalmu

 

mereka bangun gedung-gedung stadion dan balai

memenjara bagian darimu yang sisa

di dalam kandang-kandang menghimpit sesak tubuhmu

 

kau menghadapi maut di rumah sendiri

dilemahkan zaman yang tak berpihak selain pada kuasa

manusia-manusia rakus yang mencari suaka memaksa

bangsamu pupus segera

 

lalu manusia yang iba membangun suaka

memberi naungan satwa langka

saling membagi kesempatan bertahan hidup

menggali wisata.

 

Desember, 2020

 

 

Sri Ningrum

 

Tidak ada sejarah

memberi catatan kaki atas nama-nama

julukanmu yang dibungkam itu

 

setiap perbatasan kau mencari celah sembunyi

dari napas-napas yang pongah dan nafsu

yang menjalar dan merayapi tubuh bumi

 

tapi siapa peduli pada Sri yang bukan

siapa-siapa di mata negara

kau bukan dewi, Sri

 

tumpuan hidupmu tanah

yang ditambang dan gunung yang dikeruk

sampai cekung

 

tapi Sri Ningrum tak ciut nyali

mengulang-ngulang aksi meski suara

dijantur tak tersiar, dilupakan.

 

Desember, 2020

Tags: kehidupan sehari-harimanusiaPandemi Covid-19perempuanPuisiSastra
Rizka Umami

Rizka Umami

Alumni Pascasarjana, Konsentrasi Islam dan Kajian Gender.

Terkait Posts

Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Tidak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

11 Mei 2025
Tak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

4 Mei 2025
Kartini Tanpa Kebaya

Kartini Tanpa Kebaya

27 April 2025
Hujan

Laki-laki yang Menjelma Hujan

13 April 2025
Negara tanpa Ibu

Negara tanpa Ibu

23 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version