Mubadalah.id – Para ulama klasik mengingatkan bahwa mewujudkan kemaslahatan umum (al-maslahah al-‘ammah) adalah tujuan syariat (maqashid syariah). Manusia bisa hidup secara baik (mashlahah) jika seluruh kebutuhan (hajat)-nya terpenuhi dengan baik.
Imam al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa min ‘Ilm al-Ushul dan Asy-Syathibi dalam kitab al-Muwafagqt fi Ushul asy-Syari’ah telah merumuskan bahwa kemaslahatan umum yang menjadi kebutuhan dasar manusia meliputi pemeliharaan agama (hifdh ad-din), jiwa (hifdh an-nafs), akal (hifdh al-‘aql), keturunan (hifdh an-nasl), dan harta (hifdh al-mal).
Lima hak dasar ini sering disebut dengan al-kulliyat al-khamsah. Sebagian ulama setelahnya, seperti Jaluddin Al-Mahalli dalam Jam’u al-Jawami’ dan Ibnu Asyur dalam Maqashid asy-Syari’ah al-Islamiyyah menambahkan satu lagi, yaitu pemeliharaan martabat (hifdh al-ird) sehingga secara keseluruhan disebut al-kulliyyat as-sittah.
Kemaslahatan umum ini juga mencakup kemaslahatan individu, keluarga, masyarakat, dan negara hingga semesta. Karena itu, proses berislam dalam masing-masing cakupan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, individu (muslih/ muslihah) adalah seseorang yang terus ikhtiar membuktikan imannya kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan (auhid) dengan perbuatan baik (amal shaleh) pada diri sendiri sekaligus pada orang lain seluasnya.
Jadi, tidak hanya menjadi orang baik (shaleh/ shalehah) secara pasif, tetapi juga secara aktif melakukan kebaikan pada diri sendiri dan orang lain sebanyaknya.
Kedua, Keluarga Maslahah adalah keluarga yang kita kelola dengan cara-cara yang menjaga Tauhid seluruh anggotanya. Lalu mereka bersama ikhtiar membuktikannya dengan melakukan perbuatan baik (amal shaleh) pada seluruh anggota keluarga tanpa kecuali. Sekaligus pada keluarga lain seluasnya.
Ketiga, masyarakat terbaik (Khaira Ummah) adalah masyarakat yang kita kelola dengan cara-cara yang menjaga Tauhid seluruh anggotanya. Lalu mereka bersama ikhtiar membuktikannya dengan perbuatan baik (amal shaleh) pada seluruh anggotanya tanpa kecuali sekaligus pada masyarakat lain seluasnya.
Keempat, Negara Indah (Baldah Thayyibah) adalah negara yang kita kelola dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid). Lalu segenap komponen bangsa bersama-sama ikhtiar mewujudkan kemaslahatan seluruh warga negara tanpa kecuali. Bahkan kemaslahatan negara lain seluasnya.
Kelima, semesta yang dirahmati (Rahmatan Lil al-‘Alamin) adalah dunia dan alam yang dikelola dengan cara memegang teguh tauhid yang dibuktikan dengan ikhtiar mewujudkan kemaslahatan secara internal sekaligus eksternal meliputi seluruh makhluk Allah. Semesta raya tentu saja meliputi semesta kecil berupa individu-individu. []