• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Kenapa Perempuan Korban Kekerasan Seksual Selalu Disalahkan?

Nadhira Yahya Nadhira Yahya
15/11/2022
in Kolom
1
Kenapa Perempuan Korban Kekerasan Seksual Selalu Disalahkan?

Kenapa Perempuan Korban Kekerasan Seksual Selalu Disalahkan?

982
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Kenapa perempuan korban kekerasan seksual selalu disalahkan? Hal ini jamak sekali terjadi di pelbagai kasus kekerasan seksual. Bahkan oleh penagak hukum sekalipun. 

Perempuan merupakan makhluk yang dianggap sangat lemah, mengingat dari watak mereka yang mudah disinggung, diancam, disakiti, dan sebagainya. Mereka terus menerus menjadi sasaran empuk terhadap tindak kejahatan yang dilakukan oleh berbagai oknum. Meraka kerap menjadi korban pelecehan seksual.

Pelecehan seksual termasuk ke dalam tindak kekerasan seksual. Seringkali yang menjadi korban kekerasan ini adalah perempuan. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus, melihat perempuan juga merupakan manusia yang memiliki hak-hak yang sama dengan kaum laki-laki.

Perilaku-perilaku kasar yang menimpa tentu akan sangat mengganggu jiwa mereka. Begitu pula dengan tindak kekerasan seksual.

Baca juga: Belajar dari Korban Kekerasan Seksual; Waspadai Orang Terdekat

Baca Juga:

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Kita melupakan suatu hal bahwa kekerasan seksual bukanlah hanya kekerasan yang berbentuk fisik. Tapi juga hal-hal yang bersifat verbal maupun psikis. Semua itu tentu sangat berpengaruh terhadap masa depan mereka.

Segala penyelewengan yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan akan mendapatkan balasan berupa hukuman yang akan menimpa mereka nantinya. Namun, nyatanya segala bentuk peraturan dan hukuman bagi pelaku kejahatan tersebut tidaklah memberikan efek jera.

Aksi-aksi kekerasan terhadap wanita semakin sering terjadi, dan pelecehan seksual adalah salah satunya yang kian mencuat di negeri ini.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa “semua orang dilahirkan bebas dan dengan martabat yang setara.” Pasal ini menjelaskan tentang pemberdayaan perempuan, karena pada realitasnya sekarang perempuan selalu disalahkan dan dijadikan sasaran perilaku kejahatan.

Baca juga: Adakah Solusi Hukum yang Adil bagi Perempuan Korban Inses?

Namun, segala bentuk aturan yang ada, yang tadinya bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir tindak kriminalitas, ternyata kini faktanya tidak memberikan efek apapun. Kejahatan tersebut telah ada dimana-mana, dengan berbagai cara dan prosesnya yang berbeda-beda.

Belum lagi, korban kekerasan seringkali malah menjadi korban. Korban diadili sebagai pelaku kejahatan lainnya yang dilaporkan pelaku kekersan.

Seringkali juga terdengar suara-suara yang menyalahkan korban pada setiap tindak kekerasan seksual. Seperti bahwa salah korban karena memakai pakaian yang tidak senonoh. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menyalahkan itu adalah sesama perempuan.

Jika memang pelecehan tersebut memang salah korban yang diangggap berpakain tidak senonoh, bagaimana terhadap contoh kasus kali ini yang mana korbannya adalah perempuan yang masih anak-anak, dan berpakaian seragam sekolah? Apakah tetap mau disalahkan juga si korban?

Baca juga: Nyai Badriyah: Stop Kekerasan terhadap Perempuan

Sebuah penelitian di Brussel, Belgia, menciptakan sebuah museum yang memamerkan sebanyak 18 baju korban pemerkosaan. Baju yang dipamerkan tidak ada yang terlalu terbuka atau seksi. Ada piyama, seragam polisi, dan celana jeans. Bahkan, ada juga baju anak My Little Poni.

Pameran ini membawa sebuah pesan, bahwa model baju bukanlah pemicu pemerkosaan atu pelecehan seksual. Banyak korban pelecehan seksual yang disalahkan, akibat baju yan mereka pakai.

“Saya waktu itu mengenakan seragam dan bersenjata lengkap, namun tetap tidak bisa menghindari pemerkosaan,” ungkap salah seorang polisi wanita yang kerap menjadi korban pemerkosaan saat sedang menjalankan tugasnya.

Jadi, apakah pelecehan dipicu oleh korbannya?

Kasus serupa yang terjadi di negeri sudah banyak. Namun, apakah kita akan terus menyalahkan korban? Atau kita sebagai sesama manusia akan lebih menegakkan aturan secara adil kepada seluruh masyarakat?

Bukankah kita harus saling melindungi agar tindak kejahatan tidak lagi terjadi kepada siapapun, dan pihak manapun? Karena sebagaimana yang kita ketahui bersama, sesama manusia, its not based on gender. Saling melindungi itu harus dilakukan.

Kenapa perempuan korban kekerasan seksual selalu disalahkan? Semoga bermanfaat.[]
Tags: aturandundang-undangkejahatankekerasankorbanlaki-lakiPBBperempuanperkosaanseksualtindakan
Nadhira Yahya

Nadhira Yahya

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version