• Login
  • Register
Sabtu, 31 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Kesaksian Habib Ali Al-Jufri Menyesal Telah Berpoligami

Mubadalah Mubadalah
27/12/2018
in Kolom
0
Ali Al-Jufrri menyesal telah berpoligami

Ali Al-Jufrri menyesal telah berpoligami

558
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Saya berpoligami.. dan saya menyesal telah berpoligami..,” begitulah pengakuan Habib Ali Al-Jufri menyesal telah berpoligami saat berdialog dengan para aktivis wanita Mesir dalam acara ‘Momkeen’ yang ditayangkan secara live di stasiun TV CBC belum lama ini.

“Kenapa saya merasa perlu menceritakan pengamalan pribadi saya ini? Karena saya rasa ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan ‘hanya’ menyebutkan dalil-dalil dan pendapat para ulama..”

“Saya bukannya menafikan ada sebagian praktik poligami yang bisa berdampak positif, hanya saja ‘nafsu’ ini.. jika ia sudah terlanjur menginginkan sesuatu maka ia akan mencari-cari ribuan dalil dan alasan untuk membenarkan kemauannya. Ia akan mencari ‘tameng’ sehingga seakan-akan apa yang ia lakukan adalah hal suci nan mulia, padahal tujuan utama ‘nafsu’ ini adalah memuaskan keinginan pribadi. ”

Habib Ali meneruskan penjelasannya, Khairi Ramadhan Sang pembawa acara dan 3 Aktivis wanita Mesir itu tampak serius menyimak..

“Waktu itu umur saya 22 tahun.. Dan saya berpoligami dengan alasan banyak syarifah-syarifah yang belum menikah. Kali saja dengan menikahi sebagian dari mereka saya bisa ‘menjaga’ mereka di rumah saya, dan dengan itu saya akan mendapatkan pahala karena telah membantu mereka.. ”

Baca Juga:

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

Sharing Properti: Gagasan yang Berikan Pemihakan Kepada Perempuan

“Namun kemudian saya berfikir.. Saya mengintropeksi diri dan bertanya pada diri saya : ”Apakah niatmu itu benar-benar tulus.. ? Jika memang begitu mengapa engkau tidak memberikan hartamu itu untuk lelaki lain yang memang layak menikahi wanita-wanita itu? Bukankah dengan itu kau juga akan mendapat pahala yang besar ? (Mengapa ‘harus’ dirimu yang menikahi mereka bukan orang lain ?)”

Pernyataan Habib Ali ini mungkin membuat banyak pihak terkejut, tapi tentunya bukan berarti beliau menolak syariat poligami. Beliau tetap berpendapat bahwa poligami hukumnya ‘mubah’ atau bahkan dianjurkan dalam sebagian contoh kecilnya. Dalam acara Amant Billah, ketika berdialog dengan aktivis liberal Mesir Hala Diyab, beliau berkomentar:

“tidak ada yang salah dengan syariat poligami. hanya saja dari pengalaman pribadi saya, saya bisa menyimpulkan bahwa kebanyakan pria di zaman ini tidak layak untuk berpoligami, termasuk saya sendiri.. ”

Pengakuan beliau ini menurut saya adalah sebuah sindiran akan banyaknya fenomena-fenomena unik poligami di zaman now ini. Sekarang banyak ustadz muda yang baru ‘viral’ dikit aja, dengan wajah lumayan, memiliki banyak jama’ah wanita, langsung saja ia memilih ber-poligami lalu berteriak-teriak : ” Sunnah.. ! Sunnah .. ! ” Ia menampilkan dirinya sebagai pahlawan dan penegak sunnah, toh padahal yang ingin ia bela dan ingin ia tegakkan adalah ‘Nganu’-nya sendiri. Lebih miris lagi ia yang kesehariannya jauh sekali dari sunnah-sunnah Rasul : gak pernah Tahajjud, jarang sholat Dhuha, males-malesan puasa, tapi ketika ingin kawin lagi dengan berapi-api dia berkata : Sunnah.. ! Sunnah..!

Lagian siapa bilang Poligami itu Sunnah ?? Adakah dalil yang menyatakan bahwa mereka yang beristri banyak lebih tinggi derajat dan lebih melimpah pahalanya dari mereka yang hanya beristri satu ?

Nambah istri itu hukum aslinya adalah Mubah (boleh) sama seperti ketika kita makan di warung lalu kita minta nambah EsTeh atau sepiring bakso ! Syaikh Wahbah Zuhaily menegaskan bahwa menikahi satu wanita itu lebih utama, sedangkan poligami diperbolehkan dalam keadaan mendesak karena sebab-sebab tertentu. Pada asalnya, Islam sama sekali tidak pernah ‘menganjurkan’ poligami apalagi mewajibkannya.

إن نظام وحدة الزوجة هو الافضل و هو الغالب و هو الاصل شرعا و اما تعدد الزوجات فهو أمر نادر استثنائي و خلاف الاصل لا يلجأ اليه الا عند الحاجة الملحة و لم توجبه الشريعة على أحد و لم ترغب فيه و انما اباحته لأسباب عامة و خاصة

Senada dengan Syaikh Wahbah, Syaikh Al-Buthy juga berpendapat bahwa tidak seharusnya seorang lelaki menambah istri kecuali dalam keadaan gawat darurat. Tentu saja saya kaget ketika tempo hari membaca fatwa salah seorang ulama salafi-wahhabi yang menyatakan bahwa : siapa yang meyakini bahwa menikahi satu wanita lebih utama dari poligami maka ia dihukumi KAFIR !!

Pada intinya poligami itu sama seperti rindu.. Sama-sama berat. Ia yang tidak bijak dan adil dalam berpoligami akan dipermalukan Allah kelak di hari kiamat karena ia akan dibangkitkan dengan tubuh miring sebelah.

من كانت له إمرأتان فمال إلى أحدهما جاء يوم القيامة و شقه مائل

”Barang siapa yang memiliki dua istri, lantas prilakunya condong pada salah satunya, maka kelak di hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan tubuh miring sebelah.. ” (HR. Tirmidzi)

Menurut Habib Ali Al-Jufri, seorang yang ingin berpoligami harus memiliki kemampuan yang sempurna untuk menguasai keadaan, mengatasi konflik, dan mengobati ‘luka’. dan tidak sembarang orang memiliki kemampuan seperti itu. Tak heran, ketika ditanya mengapa anda tidak mempunyai banyak istri layaknya ulama-ulama lainnya? Syaikh Wahbah Zuhaily, ulama besar asal Suriah itu menjawab :

” Seandainya boleh dan bisa tergambarkan menikahi ‘setengah’ wanita, maka aku akan menganjurkan para pemuda untuk menikahi setengah wanita saja ! Ya setengah ! Bukan satu.. ! ”

Punya satu istri saja tanggung jawabnya sudah sebegitu beratnya, gimana mau mikir nambah dua atau tiga? Mungkin itu yang ada dalam fikiran Syaikh Wahbah ketika menjawab pertanyaan itu..

Masih menukil kalam Habib Ali :

”Meskipun mendengar ribuan dalil, nash-nash dan hikmah-hikmah syariat poligami, seorang perempuan tak akan pernah rela jika suaminya menikah lagi, ini adalah fitrah asli setiap wanita.. Ini adalah tabiat setiap wanita dan sudah sewajarnya mereka seperti itu.. Sayyidah Aisyah saja merasa cemburu kepada Sayyidah Khadijah padahal ia sudah wafat bertahun-tahun lamanya.. ? ”

Di sini Habib Ali seakan memberikan sindiran keras kepada mereka yang udah mbawa-bawa ‘sunnah’ eh malah menuduh istri yang tidak rela dipoligami sebagai istri yang cacat iman dan kurang berkah, mereka mengukur lemah-kuat keimanan istri hanya dari kesediaannya untuk dimadu atau tidak. Mereka yang mempunyai pandangan seperti itu seakan-akan sedang ingin membunuh tabiat dan ‘fitrah’ asli dari seorang wanita..

”Hanya saja.. ” Habib Ali menuturkan.. ” sering kali apa yang ditetapkan syariat itu bertentangan dengan keinginan kita, terasa berat oleh nafsu kita.. ”

Beliau lalu menjelaskan bahwa Islam tidak pernah meminta seorang istri untuk tidak cemburu, atau memerintahkan istri untuk rela begitu saja ketika dimadu suami. Cemburu, tidak rela, jengkel, marah itu adalah hal yang wajar. Hanya saja jangan sampai hal-hal itu membuat seorang istri mengingkari suatu syariat yang diperbolehkan dalam Islam. Akal juga harus bermain di sini, bukan hanya nafsu dan perasaan..

Pada akhirnya tulisan ini hanyalah sebuah tulisan. Jangan ada yang terlalu baper, serius atau sepaneng membacanya. Saya penulis bebas, dan saya menulis apa yang ingin saya tulis. Sungguh bukan karena ingin menggalang suara ibu-ibu agar mereka mau menawarkan anak-anak gadis mereka, juga bukan karena iri atau ingin menyaingi para ustadz dan kiai muda yang sedang merencanakan proyek ‘qobiltu’ kedua atau ketiga. Sungguh bukan karena itu.. Jadi selow-selow aja ya..

20 Desember, 2018.

Penulis: Ismael Amin Kholil, Tarim Yaman

 

Sumber: Bangkit Media

Tags: adilhabibislamistrikeluargalaki-lakipenyeasalanperempuanpoligamisuami
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Ruang Aman bagi Anak

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

30 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Kasus Argo

Kasus Argo UGM dan Sampai Kapan Nunggu Viral Dulu Baru Diusut?

30 Mei 2025
Gus Dur

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Ibadah Haji

Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

29 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Terhadap Anak

    Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merariq Kodek: Ketika Pernikahan Anak Jadi Viral dan Dinormalisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Sayap-Sayap Patah: Kritik Kahlil Gibran terhadap Pernikahan Paksa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?
  • Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja
  • Belajar Toleransi dari Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus Buktisyu
  • Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Buku Sayap-Sayap Patah: Kritik Kahlil Gibran terhadap Pernikahan Paksa

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID