• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Khadijah binti Khuwailid : Manifestasi Perempuan Pencari Nafkah Utama

Dua pertiga wilayah Makkah adalah milik Khadijah. Hal ini membuktikan bagaimana pintarnya Khadijah dalam mengelola usaha dan keuangannya

Choirun Nisrina Choirun Nisrina
09/12/2023
in Keluarga
0
Perempuan Pencari Nafkah

Perempuan Pencari Nafkah

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Khadijah binti Khuwailid Ra merupakan salah satu model perempuan teladan yang sangat masyhur di kalangan umat Islam. Beliau merupakan perempuan terhormat, mandiri, kaya, dan pengusaha sukses. Khadijah pula perempuan yang melamar Nabi Muhammad terlebih dahulu. Lalu ia menemani dan melindungi Nabi Muhammad SAW.

Bahkan beliau merupakan perempuan pencari nafkah utama yang menafkahi keluarganya. Beliau merupakan sosok perempuan yang seharusnya kita jadikan panutan dan contoh di masa sekarang. Terlebih dalam permasalahan keluarga.

Kita mengetahui bahwa ekonomi dalam keluarga merupakan permasalahan yang sangat penting dan dasar. Bahkan dalam kriteria pemilihan pasangan hidup pun menjadi sebuah pertimbangan. Karena tidak kita pungkiri bahwa ketahanan keluarga salah satunya adalah karena faktor ekonomi yang stabil. Banyak kasus perceraian yang penyebabnya karena ekonomi yang tidak terpenuhi. Kemudian menjadikan kedua pihak cekcok dan memutuskan untuk bercerai.

Dalam Islam, tanggung jawab ekonomi tidak kita bebankan pada salah satu pihak (pihak suami). Kita dikenalkan oleh budaya yang mewajibkan seorang suami untuk mencari nafkah (ekonomi). Sedangkan istri hanya mengurus urusan domestik saja. Padahal dalam menciptakan rumah tangga yang harmonis, segala permasalahan yang ada di rumah tangga menjadi tanggung jawab keduanya.

Dalam sebuah keluarga, boleh saja jika perempuan menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. Hal itupun pasti dilakukan karena untuk mempertahankan rumah tangga mereka.

Baca Juga:

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Pasti ada alasan khusus seperti, suami yang benar-benar sudah tidak bisa bekerja lagi, single parent, atau bahkan kesepakatan dalam keluarga bahwa istri yang bekerja. Sedangkan suami mengurusi masalah domestik. Tidak ada kesalahan dalam hal-hal tersebut. Khadijah Ra. lah yang menjadi contoh problematika Perempuan menafkahi keluarga.

Perempuan yang sukses dalam mencari nafkah

Khadijah Ra, merupakan perempuan yang lahir dari keluarga terhormat, berbudi luhur dan ayahnya merupakan pedagang yang sangat sukses. Khadijah mempunyai paras yang rupawan, berkepribadian cerdas, tekun dan penyayang sehingga oleh bangsa Quraisy dijuluki sebagai “Perempuan Suci.”

Di samping julukan dari bangsa Quraisy, Khadijah terkenal dengan kepintarannya dalam mengelola keuangan. Beliau tidak tergoda dengan harta yang kedua orang tuanya wariskan. Justru sebaliknya, beliau menjadikan warisan dari kedua orang tuanya tersebut menjadi ladang bisnis yang sangat sukses, lebih sukses dari yang dulu kedua orang tuanya pegang.

Dua pertiga wilayah Makkah adalah milik Khadijah. Hal ini membuktikan bagaimana pintarnya Khadijah dalam mengelola usaha dan keuangannya. Benar bahwa Khadijah kita katakan sebagai perempuan yang menyandang kemuliaan dan kelimpahan harta kekayaan.

Dikisahkan bahwa awal mula Khadijah bertemu dengan Nabi Muhammad adalah dalam interaksi pegawai dan bosnya. Khadijah mengenal Nabi Muhammad sebagai pemuda yang tangguh, ulet dan jujur dalam berdagang.

Siapapun yang mengenal Nabi Muhammad pasti akan takluk dengan kepribadiannya, termasuk Khadijah Ra. Inilah yang membuat Khadijah ingin melamar Nabi Muhammad. Ketika sudah menjadi istri Nabi Muhammad, Khadijah rela seluruh hartanya Nabi gunakan untuk berdakwah.

Jika kita katakan, Khadijah binti Khuwilid ini tidak hanya menafkahi keluarganya saja, tetapi juga menafkahi umat Islam pada masa itu.

Perempuan pencari nafkah dalam konsep mubadalah

Menganalisis dari kisah Khadijah yang mempunyai harta yang berlimpah, jika kita lihat dalam konsep Mubadalah yakni melalui pilar zawaj dan musyawarah bil ma’ruf. Di mana segala kebutuhan keluarga tertanggung bersama, maka nafkah pun menjadi kewajiban Bersama.

Harta yang keduanya hasilkan atau salah satunya adalah milik bersama. Suami tidak boleh memonopoli dengan menguasai seluruh harta yang istri hasilkan, begitupun sebaliknya. Kemudian berlakulah pilar musyawarah dalam keluarga, beban nafkah keluarga dipikulbersama sesuai kemampuan dan kesempatan masing-masing.[]

 

Tags: Ahlul Baytislamistri nabiKhadijah binti KhuwailidPerempuan Pencari Nafkahsejarah
Choirun Nisrina

Choirun Nisrina

Santri Ponpes Asy-Syaibaniy Karangsari, Karanganyar, Kab. Pekalongan dan Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Ulama Perempuan ISIF

    ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID