Mubadalah.id – Setelah Ibunda Aminah melahirkan Nabi Muhammad Saw dengan selamat, ia minta orang lain menyampaikan kabar itu kepada kakeknya, Abdul Muththalib.
Sang kakek segera datang dengan wajah berbinar-binar. Ia mengambil bayi itu lalu menamainya Muhammad, sebuah nama yang tidak banyak dipakai masyarakat Arabia saat itu.
Ada yang mengatakan bahkan belum ada nama itu, sebelum putra Abdullah itu. Ketika ditanya mengapa nama itu yang dipilih, dan bukan nama nenek-moyangnya, sebagaimana kebiasaan masyarakat Arabia.
Abdul Muththalib menjawab dengan cepat, “Aku ingin dia, anak ini, kelak menjadi orang yang terpuji bagi makhluk Tuhan di langit dan di bumi.”
Sang kakek segera membawanya menuju Ka’bah, lalu masuk ke dalamnya. Di situ ia berdiri menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan atas kelahiran cucunya yang tampan itu. Sesudah itu ia kembali menyerahkan kepada ibunya.
Beberapa hari sang ibu menyusuinya dengan penuh kasih sayang. Tetapi kemudian menyerahkan bayi itu kepada Tsuwaibah, sahaya perempuan pamannya, Abu Lahab, untuk menggantikan menyusuinya. Tak ada yang aneh mengenai cara ini.
Orang-orang terhormat dalam tradisi Arabia saat itu acap melakukan cara itu: menyusukan bayinya kepada perempuan lain yang subur, baik dengan memberikan imbalan maupun suka rela.
Anak susuan itu, kelak akan menjadi “ibu susuan” dan berstatus “mahram” (keluarga sedarah).
Halimah al-Sadiyyah
Beberapa waktu kemudian, bayi mungil Muhammad itu disusui oleh Halimah al-Sadiyyah, seorang perempuan miskin yang berhati lembut.
Nama lengkapnya Halimah binti Abdullah bin Al-Harits As-Sadiyah. Suaminya bernama Al-Harits bin Abdul Izzi bin Rifa’ah As-Sa’di.
Anak-anaknya adalah Abdullah, Anisah, dan Khadzdzamah. Anak-anak Al-Harits adalah saudara sepersusuan Nabi Shalallahu alaihi wasallam. Halimah juga menyusui Abu Sufyan bin al-Harits bin Abdul Muththalib.
Ia menerimanya dengan senang hati. Halimah amat bahagia. Dengan menyusui bayi Muhammad itu hidupnya berangsur lebih baik dan terus membaik.
Ternak kambingnya yang semula kurus tiba-tiba menjadi gemuk-gemuk dan susunya pun bertambah-tambah saja.
Bayi mungil yang tampak tampan itu telah memberinya berkah berlimpah ruah kepadanya.
Halimah mengasuhnya selama dua tahun. Ia kemudian mengembalikannya kepada sang ibu, meskipun ia masih menginginkannya, karena berkah yang melimpah pada anak itu. []