Mubadalah.id – Jika banyak kasus, maka ada beberapa teks-teks Hadis yang dirujuk berbagai literatur mengenai sifat, hak, dan kewajiban perempuan dalam Islam, tanpa disebutkan sanad dan periwayat yang menghimpunnya dalam kitab Hadis.
Metode takhrij dalam hal ini diperlukan untuk menelusuri, menemukan, dan merujukkan—jika ada—sanad dan atau sumber kitab awal suatu teks Hadits yang dijadikan dalil.
Dengan pengetahuan sanad, mata rantai, dan sumber kitab Hadis awal dari suatu teks, maka penilaian terhadap status teks tersebut akan mudah dilakukan.
Semangat demikian bisa kita temukan di berbagai karya ulama kontemporer yang mengusung ide-ide reformasi Islam.
Di antaranya di buku karya Syekh Muhammad al-Ghazali (1917-1996) Qadhaya al-Mar’ah bayn at-Taqdlid ar-Rakidah wa al-Wafidah (Isu-isu Perempuan antara Tradisi Lama dan Budaya Baru). Begitu juga dalam karyanya yang lain, As-Sunnah bayn Ahl al-Fiqh wa Ahl al-Hadits (Sunnah antara Ulama Fiqh dan Ulama Hadits).
Di Indonesia, KH. Husein Muhammad telah memelopori penggunaan metode takhrij untuk memverifikasi beberapa teks Hadits terkait isu-isu perempuan dalam kitab Uqud al-Lujjayn karya Syekh Nawawi Banten (w. 1314 H/1897M).
Upaya ini kemudian mereka lanjutkan Forum Kajian Kitab Kuning (FK3) yang seorang ulama perempuan, Ibu Nyai Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid pimpin.
Tiga Kelompok
Dalam penilaian FK3, terhitung ada 101 teks Hadis dalam Kitab Uqud al-Lujjayn yang statusnya bisa kita golongkan dalam tiga kelompok:
Pertama, teks-teks Hadis yang bisa kita terima (maqbul), baik dengan predikat sahih maupun hasan. Yaitu ada 38 teks Hadis.
Kedua, teks-teks yang lemah (dha’if), yaitu ada 27 teks Hadis.
Ketiga, teks-teks Hadis yang tidak bisa kita terima (ghair maqbul), yaitu ada 36 teks. Baik karena tidak ada sanad (rangkaian perawi yang menyampaikan teks Hadis) untuk teks tersebut dalam kitab-kitab apa pun.
Sehingga sulit untuk dilacak, tidak ada kitab Hadis yang mempertanggungjawabkan (la ashla lahu). Maupun karena memang Hadis itu palsu (maudhu).
Pendekatan ini memang penting untuk menghadapi teks-teks Hadis lemah atau bahkan palsu yang beredar luas di masyarakat. []