Mubadalah.id – Gerakan keulamaan perempuan Indonesia kembali meneguhkan langkah strategisnya melalui penyelenggaraan Halaqah Kubr Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang akan berlangsung pada 12–14 Desember 2025 di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dengan mengusung tema “Membumikan Spirit Keulamaan Perempuan untuk Peradaban Islam yang Ma’ruf, Mubadalah, dan Berkeadilan Hakiki”, Halaqah Kubra 2025 akan menghimpun lebih dari 500 peserta dari berbagai latar belakang.
Forum ini menjadi ajang refleksi nasional dan konsolidasi pemikiran yang mempertemukan para ulama perempuan, akademisi, aktivis, peneliti, serta jaringan KUPI dari Aceh hingga Papua.
Dalam momentum penting ini, KUPI menguatkan kembali peran ulama perempuan dalam kehidupan sosial, keagamaan, dan kebangsaan di tengah dinamika yang terus berubah.
Sejak awal berdirinya, KUPI merupakan gerakan keulamaan yang mengakui dan mengokohkan. Serta mengembangkan otoritas ulama perempuan dalam kerja-kerja spiritual, sosial, intelektual, dan kemanusiaan.
Gerakan ini tumbuh melalui berbagai ruang khidmah, mulai dari pesantren dan perguruan tinggi. Hingga majelis taklim, komunitas akar rumput, dan kelompok muda. Landasannya adalah keyakinan bahwa perempuan memiliki kapasitas keulamaan yang setara dan bahwa pengalaman. Serta pengetahuan perempuan merupakan bagian penting dari otoritas keagamaan Islam.
3 Paradigma KUPI
Seluruh kerja KUPI digerakkan oleh tiga paradigma utama: pertama, ma’ruf yang menghadirkan kebaikan universal bagi semua. Kedua, mubadalah yang menegaskan relasi kesalingan antara laki-laki dan perempuan. Ketiga, keadilan hakiki yang memastikan keadilan substantif bagi setiap manusia. Nilai-nilai ini jadi metodologi gerakan dalam membaca realitas dan menyusun langkah strategis.
Sebagai gerakan reflektif, KUPI mengembangkan pola kerja lima tahunan yang memungkinkan peninjauan ulang dan konsolidasi secara berkelanjutan. Halaqah Kubra yang berlangsung pada 2025 ini berada pada fase tahun ketiga, yaitu momentum untuk menghimpun refleksi nasional sebelum memasuki masa persiapan Kongres KUPI ke-3 pada 2027 mendatang.
Dalam forum ini, KUPI memperdalam pembacaan terhadap situasi sosial, politik, budaya, dan keagamaan mutakhir. Sekaligus memperkokoh basis keilmuan dan praksis gerakan agar tetap relevan dan kontekstual menjawab kebutuhan umat dan bangsa.
Halaqah Kubra menjadi ruang untuk mempertegas posisi ulama perempuan sebagai penuntun moral dan intelektual umat. Dalam konteks meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan, krisis kemanusiaan, dan tantangan ekologis. Maka kehadiran ulama perempuan menjadi sangat penting untuk mendorong pemahaman agama yang berperspektif keadilan, kesalingan, dan kemaslahatan.
Melalui forum ini, KUPI ingin memperkuat peran ulama perempuan sebagai penjaga nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Sekaligus memastikan suara perempuan menjadi bagian integral dalam pengambilan keputusan keagamaan dan kebijakan publik.
Selain menjadi ruang diskusi dan refleksi, forum ini juga akan memperkuat jejaring ulama perempuan di tingkat nasional, mendorong kolaborasi lintas sektor. Serta memperluas kontribusi KUPI dalam pembangunan peradaban Islam yang ma’ruf, setara, dan berkeadilan.
Kemudiaan, melalui forum ini, KUPI menegaskan kembali komitmennya untuk menghadirkan keulamaan yang berpihak kepada kemanusiaan, memperluas akses perempuan terhadap ruang-ruang pengambilan keputusan. Bahkan memastikan bahwa nilai keadilan hakiki menjadi napas dalam seluruh kerja keagamaan.
Halaqah Kubra 2025 diharapkan menjadi pijakan penting menuju Kongres KUPI ke-3 pada 2027 dan memperkokoh kontribusi ulama perempuan dalam membangun masa depan umat yang lebih damai, setara, dan berkeadilan. []










































