Mubaadalahnews.com,- Guyuran hujan tidak menyurutkan peserta yang terdiri dari guru, murid dan pengurus Pesantren Cipasung Tasikmalaya memadati aula MAN 2 Cipasung. Para peserta khidmat menelaah penjelasan yang disampaikan KH. Dr. Faqihuddin AK dalam gelaran Majelis Mubadalah Ke-7, Minggu 3 Februari 2019.
Kang Faqih menjelaskan manusia baik laki-laki maupun perempuan diciptakan dari unsur yang sama. Sehingga mengharuskan keduanya dipandang dengan setara dengan menjunjung tinggi kemanusiaannya. Relasi mubadalah atau kesalingan perlu diterapkan demi kehidupan yang bahagia dan membahagiakan.
“Dalam berelasi, seseorang harusnya memandang orang lain seperti ia memandang dirinya sendiri. Begitupun relasi antara laki-laki dan perempuan yang dibangun saling memandang sebagai manusia yang diciptakan dari unsur yang sama,” terang penulis buku Qira’ah Mubadalah itu.
Selama ini, lanjutnya, pembacaan kitab baik tafsir maupun hadis jarang menjelaskan perempuan sebagai subjek. Sehingga banyak pandangan yang menegasikan peran perempuan.
“Bicara keimanan, bicara kesalehan, bicara surga ataupun bicara bidadari, sama diinginkannya oleh laki-laki dan perempuan,” tambahnya.
Ada penjelasan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori, bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk. Dalam kenyataannya tidak terjadi. Pernyataan ini merupakan majas atau perumpamaan.
“Dengan kata lain sebagai laki-laki agar berbuat baik kepada perempuan. Karakter perempuan mungkin emosional jika dibiarkan akan tetap bengkok, jika dipaksa akan patah. Artinya ketika meluruskan harus hati-hati. Pertanyaannya apakah hal itu berlaku untuk semua perempuan atau tertentu saja?” katanya.
Kang Faqih mencoba untuk menafsirinya secara mubadalah. Karena tidak semua perempuan lemah ataupun emosional. Dalam kenyataannya banyak perempuan yang kuat dan sabar. Begitupun laki-laki ada yang lemah dan emosional. Perempuan juga sama harus berhati-hati menasihati laki-laki.
Mubadalah tidak hanya belaku pada relasi suam-istri tapi juga bisa diterapkan antara orang tua dan anak, guru dan murid, teman sebaya, ataupun relasi pekerjaan. Intinya berbuat dan mengupayakan sesuatu untuk kebaikan bersama.
Sementara itu, Kepala MAN 2 Cipasung, Hj. Ida Nurhalida, berharap gelaran ini dapat memberikan wawasan kepada masyarakat dan Keluarga MAN Cipasung agar memiliki sensitifitas dalam membangun kehidupan yang saling memberi kebaikan.
“Acara ini dapat membangun sensitifitasnya dalam membangun kehidupan yang saling menghormati. Bisa menerapkan kesalingan berbuat baik antara dia dengan rekannya dan juga kepada masyarkatnya,” tukasnya. (ZAIN)