• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Manbau’ssa’adah: Akad Nikah sebagai Kerjasama Bukan Tukar Menukar

Ainul Luthfia Al Firda Ainul Luthfia Al Firda
26/04/2021
in Keluarga
0
Pernikahan

Pernikahan

208
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam sesi ngaji kali ini peserta ngaji yang diisi oleh mereka 20 ulama perempuan di momen spesial Bulan Ramadhan peserta semakin dibuat semangat untuk mempelajari konsep-konsep kesalingan dan keadilan dalam bermuasyarah. Sebagaiman yang terkandung di dalam kitab karangan legendaris Kiai Faqih Abdul Qodir pada Kitab Manba’ussa’adah  yang sebagian besar membahas tentang kesalingan dalam berumah tangga. Adapun pokok-pokok yang akan dibahas dalam tulisan ini seputar akad nikah.

Perlu diketahui tujuan daripada nikah antara lain ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT, melakukan Sunnah Rasulullah,serta menghasilkan keturuna yang baik. Berbicara seputar pernikahan tentunya tidak luput dari apa yang dimaksud sebagai akad nikah. Dasar hukum akad nikah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran merupakan sebuah janji dalam ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan sebagai mitsaqon gholidzon.

Namun ada beberapa perbedaan perspektif ahlu fiqih yang memperdebatkan apakah akad nikah sebagai akad kepemilikan ( tamlik) atau akad pemberian izin, kebolehan (ibakhah). Akan tetapi Imam Syafi’i menjelaskan akad nikah merupakan akad ibahah bukan tamlikiyah.

Dalam Kitab I’anatuttolibhin, Sayyid Al Bakri menjelaskan akad nikah merupakan akad ibahah, akad kebolehan yakni pemberian izin untuk berhubungan seksual bukan kepemilikan dan bukan kepemilikan atas manfaat. Artinya ialah kebolehan untuk bersenang-senang yang tidak hanya berfokus pada alat kelamin dan fungsional alat kelamin. Hal serupa juga dijelaskan berdasarkan teori-teori mashur mengatakan bahwa akad nikah sebagai bangunan kerjasama dalam kehidupan rumah tangga.

Adapun konsep-konsep akad kepemilikan terbagi menjadi 3 antara lain tamlik aini, tamlik manfaat dan tamlik intifa’. Tamlik aini di sini dimaksudkan dengan diperbolehkannya untuk memberi, meminjamkan kepada orang lain. Kemudian tamlik manfaat ialah memiliki hak untuk mengambil manfaat dan meminjamkannya kepada orang lain. Selanjutnya tamlik intifa’ merupakan hak untuk memilih dan memilikinya untuk diri sendiri.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Sementara akad ibahah menjadi yang paling lemah dalam konsep kepemilikan dan tidak mengandung hak milik hanya sebatas izin. Di sini barang menjadi hak milik si pemilik barang bukan orang lain. Sebagaimana dicontohkan oleh Bu Nyai Awanilah jika kita berkunjung ke suatu rumah dan dihidangkannya makanan, maka makanan itu dihidangkan untuk kita dan diperbolehkan untuk mengambilnya berdasarkan kebutuhan kita bukan dihidangkan pada orang lain yang bukan tamu dan bukan pula untuk memberikan kebutuhan bagi orang yang tidak bertamu.  Oleh sebab itu dalam konsep ibahah atau pemberian izin tidak memperbolehkan untuk menjual, sewa-menyewa, pinjam meminjam dan warisan.

Tidak hanya para ahlu fiqih yang meragukan akad nikah sebagai wujud akad tamlik atau akad ibahah yang hanya mewariskannya pada kepemilikan farji’ atau kemaluan dan pengambilan manfaat atasnya, para sahabatpun turut serta membahas persoalan krusial ini dan mencoba meluruskannya. Kehalalan pada sisi kemaluan disini dimaksudkan pada saat menggaulinya tentunya dalam bingkai pernikahan.

Perbedaan pemikiran itu kemudian memunculkan lagi soal izdiwaj dan milkulyamin. Pada makna izdiwaj mengharuskan adanya akad nikah  sedangkan milkulyamin berhubungan tentang kepemilikan tuan terhadap budak yang menjadi kepemilikan bebas.

Kemudian ketika kita memposisikan akad nikah sebagai akad ibahah atau pemberian izin berarti tidak pada kepemilikan atas kemaluan pasangan, dan tidak pula sebagai kepemilikan atas manfaat kemaluan yang kemudian disebut sebagai hak untuk menguasainya.  Perlu digaris bawahi akad nikah merupakan pemberian izin atas hubungan seksual yang menjadikan nikah ( rumah tangga) sebagai kerjasama bukan praktik tukar menukar.

Maksudnya ialah pemberian izin atas kepuasan, sementara kepemilikan di sini menjadi kepemilikan kedua belah pihak bukan hanya pada salah satu sisi sebagaimana digambarkan dalam konsep pasangan adalah pakaian satu sama lain yang memiliki hak bersenang-senang bersama bukan untuk orang lain. Kemudian tidak menghadirkan di dalamnya madhorot seperti praktik eksploitasi, penjarahan, kekerasan melainkan harus adanya keridhoan.

Bu Nyai Awanilah menegaskan dalam hubungan rumah tangga perlu ada komunikasi dan kerjasama serta kesalingan dan tidak terkecuali tentang persoalan hubungan seksual. Kesepakatan dalam komunikasi menjadi penting dalam rumah tangga bukan transaksi tukar menukar barang. Berbicara tentang hal ini kemudian membawa pada persoalan pemberian mahar.

Mahar sebagaimana dalam akad nikah diberikan oleh suami untuk istri bukan sebagai alat tukar kelamin pasangan. Melainkan sebagai soduqotan wa nihlah yang artinya pemberian secara sukarela dan bukan sebagai alat tukar menukar. Sebagaimana dijelaskan dalam surah An-Nisa ayat 4 yang berbicara tentang mahar atau maskawin ialah dengan kerelaan, sukarela namun yang bermakna bukan semena-mena.

Adapun sahnya mahar yang baik itu yang tidak memberatkan, hal itu baik berupa cincin, bacaan Al-Quran, hafalan surat-surat pendek ataupun mengajari ilmu-ilmu agama. Abu Daud menjelaskan bahwa sebaik-baik nikah, walimah ursy dan perjalanan pernikahan adalah yang mudah dan tidak memberatkan.

Kemudian oleh Bu Nyai Awanillah menguatkannya dan menambahkannya bahwa keberkahan dalam pernikahan ialah mahar yang mudah, serta bukan dimaknai sebagai alat tukar menukar melainkan sebuah kerjasama, kesalingan dan mengandung kebaikan. Terimakasih. Semoga bermanfaat! []

 

 

Tags: akad nikahMahar PernikahanMubadalahNgaji Intensif RamadanRamadan 1442 Hulama perempuan
Ainul Luthfia Al Firda

Ainul Luthfia Al Firda

Ainul Luthfia Al Firda Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Focus pada kajian-kajian agama dan sosial

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version