Mubadalah.id – Sifat Nabi Muhammad Saw dengan karakter amanah, atau dipercaya (al-amin) dicatat dalam berbagai kitab-kitab Hadis. Salah satunya adalah Kitab Sahih al-Bukhari yang berkisah tentang kekhawatiran Nabi Saw pada saat menerima wahyu pertama. Istri Nabi Saw, Sayyidah Khadijah r.a menyatakan :
كَلاَّ أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لاَ يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا فَوَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِى الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Tidak perlu khawatir, (wahai suamiku), berbahagialah dan tidak perlu bersusah hati, sesungguhnya Allah Swt tidak akan pernah membuatmu menjadi terhina, sama sekali, karena kamu. Sungguh, selalu menyambung persaudaraan, berkata jujur, menanggung orang yang banyak beban, membantu orang miskin, menghormati tamu, dan mengatasi kesulitan secara benar” (Sahih al-Bukhari, no. 5005).
Ungkapan ini, seperti dikisahkan Imam Bukhari, disampaikan Sayyidah Khadijah setelah Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama dan merasa khawatir dengan apa yang dialami dan diterima beliau.
Khadijah justru yakin dan teguh bahwa ini adalah wahyu dan kebenaran, karena akhlak dan perilaku Nabi saw yang mulia. Orang yang berakhlak mulia tidak mungkin Allah Swt sia-siakan.
Untuk lebih meyakinkan lagi, Khadijah menawarkan untuk pergi berkunjung menemui seorang pendeta Kristen yang berilmu, bernama Waraqah bin Naufal. Khadijah yang menawarkan, mengajak, dan menemani. Waraqah bin Naufal menerima Nabi saw, mengapresiasi, dan mendukung.
Catatan hadits ini, dan juga berbagai sumber sirah nabawiyyah, adalah petunjuk kuat tentang akhlak baik Nabi Saw dalam pergaulan sosial dengan masyarakat, dengan yang muslim maupun yang lain.
Ketika di Mekkah
Di Mekkah, di mana Nabi Saw lahir, tumbuh remaja dan dewasa, sampai menerima wahyu, kita kenal sebagai al-amin, yang amanah, mudah menolong. Kemudian menguatkan persaudaraan, menghormati tamu, dan selalu tandang untuk problem kemanusiaan.
Sifat ini, seperti dalam penegasan Siti Khadijah r.a, adalah justru yang membuat Nabi Saw terpilih menjadi Rasul dan akan terus dalam perlindungan Allah Swt.
Sifat ini, yang menjadi karakter Nabi Saw sejak kecil terus menghiasi dalam pergaulan hidup sehari-hari. Baik dengan orang-orang yang beriman, maupun dengan mereka yang masih tetap dengan agama sebelumnya.
Dalam fase kehidupan di Mekkah, tentu saja, secara sosial Nabi Saw lebih banyak dikelilingi orang-orang yang tidak beriman.
Dengan mereka semua, sebagaimana petunjuk sirah nabawiyah dan kitab hadits, karakter Nabi saw yang utama adalah al-amin.
Dalam berbagai catatan sirah, hari terakhir, ketika Nabi Saw hendak hijrah ke Madinah. Nabi Saw gunakan untuk mengembalikan semua barang-barang orang Quraish, yang tentu saja tidak beriman, yang mereka titipkan kepada Nabi saw.
Begitupun dalam fase kehidupan Nabi Muhammad Saw di Madinah. Demikianlah kisah-kisah yang menunjukkan akhlak Nabi Saw yang amanah, dan kita sebut sebagai al-amin.