• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Maunya sih Menerapkan Gaya Hidup Minim Sampah. Eh, Kok Jadi Greenwashing?

Greenwashing menjadi ancaman tersendiri bagi lingkungan dengan label yang katanya “ramah lingkungan” namun yang terjadi malah sebaliknya!

Layyin Lala Layyin Lala
23/06/2022
in Publik
0
Gaya Hidup Minim Sampah

Gaya Hidup Minim Sampah

334
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Gaya hidup minim sampah atau yang dikenal dengan konsep less waste akhir-akhir ini banyak diminati oleh kalangan masyarakat. Meningkatnya kesadaran peduli lingkungan dan pola hidup sehat membuat banyak masyarakat beralih dari barang-barang yang non-reusable ke barang-barang yang lebih ramah lingkungan dan re-usable.

Dengan menerapkan gaya hidup minim sampah, kita bisa merasakan suatu kesenangan sendiri. Kita dapat berkontribusi secara langsung untuk mengurangi sampah dan menjaga lingkungan. Kita bisa memulai membawa totebag ke mana-mana untuk membawa barang, menggunakan menspad kaid yang dapat kita gunakan kembali, menggunakan kapas reusable, dan membawa tmblr sendiri untuk wadah minum.

Seringkali konsep ini menjadi salah saat penerapannya. Konsep yang seharusnya menjadikan diri kita lebih cinta terhadap lingkungan, pada saat yang sama kita juga merusak lingkungan. Loh, kok bisa? Hal ini namanya greenwashing. Greenwashing merupakan suatu tindakan seseorang atau suatu perusahaan memiliki citra yang ramah lingkungan namun sebenarnya tidak dan justru tindakan tersebut berpotensi merusak lingkungan.

Contoh Gaya Hidup Minim Sampah yang Salah Kaprah

Beberapa contoh nyata yang bisa kita temui sehari-hari adalah suatu perusahaan yang mengklaim produknya ramah lingkungan. Namun, sebenarnya produk tersebut mengandung plastik baik dalam komposisi produk, segi kemasan, atau saat pengiriman produk.

Masyarakat yang beralih ke gaya hidup minim sampah juga berpotensi melakukan greenwashing. Loh, kok bisa? tentu bisa. Masyarakat yang memulai gaya hidup minim sampah hendaknya tidak membuang semua barang yang bukan ramah lingkungan.

Baca Juga:

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Membaca Ensiklik Katolik Laudato Si’ Menggunakan Perspektif Mubadalah

Lailatul Qadar adalah Pesan Pelestarian Lingkungan

Hari Air Sedunia: Perempuan, Air dan Energi Hijau dalam Perspektif Mubadalah

Apabila masyarakat ingin beralih dari plastik kresek ke totebag, maka jangan sampai membuang semua plastik kresek yang ada di rumah. Kresek plastik dapat kita gunakan berkali-kali. Jika terbuang, malah membuat penumpukan sampah plastik yang hanya menambah pencemaran.

Maksud hati ingin menerapkan gaya hidup minim sampah, ternyata pada saat yang bersamaan juga merusak lingkungan. Tentunya, hal-hal kecil seperti ini menjadi perhatian bagi kita yang ingin menerapkan gaya hidup minim sampah.

Setiap plastik, barang, atau benda pasti akan meninggalkan jejak karbon dalam proses pembuatannya. Jejak karbon yang dihasilkan tentunya memberi dampak yang buruk bagi lingkungan. Oleh karena itu, kita tidak bisa langsung membuang segala barang tersebut karena akan menambah jejak karbon yang ada. Hal ini menjadi double kill bagi lingkungan apabila greenwashing benar-benar kita lakukan.

Greenwashing bertentangan dengan konsep sustainable living. Dalam konsep sustainable living, hendaknya kita memperpanjang umur sampah semaksimal mungkin. Sustainbale living menerapkan praktik gaya hidup minim sampah dengan menggunakan kembali barang-barang yang masih dapat kita gunakan hingga benar-benar habis masa fungsi/pemakaiannya.

Praktik Baik Memulai Gaya Hidup Minim Sampah

Dengan begitu, praktik sustainable living dapat mengurangi sampah yang ada dan menjadi solusi untuk mengolah sampah khususnya sampah plastik. Ketika masyarakat ingin memulai gaya hidup minim sampah, maka ada beberapa hal yang mesti kita perhatikan agar tidak menyalahi konsep sustainable living :

Pertama, tidak perlu membuang semua plastik yang ada di rumah. Manfaatkan plastik secara terus menerus hingga batas layak pakainya benar-benar habis. Setelah habis, dapat kita setorkan ke bank sampah atau terolah menjadi barang lain.

Kedua, mulai gunakan barang-barang yang ramah lingkungan. Perhatikan suatu klaim produk apakah produk-produk yang mereka tawarkan benar-benar ramah untuk lingkungan? Jangan mudah percaya dengan produk palsu berlabel ramah lingkungan.

Ketiga, mulai mengolah sampah rumah tangga sendiri sebelum dibuang. Kita dapat mengolah sampah rumah tangga dengan maksimal. Sampah-sampah organik dapat kita manfaatkan sebagai kompos. Sampah-sampah anorganik dapat disetorkan di bank sampah atau tempat pendaur-ulangan.

Jika kita benar-benar maksimal mengelola sampah rumah tangga, maka sampah yang akan terbuang ke tempat pembuangan akhir dalah sampah dengan jenis residu atau sampah yang berbahaya seperti baterai, kabel, atau logam-logaman.

Keempat, apabila memungkinkan, suatu rumah tangga memiliki tempat pengolahan air sendiri. Misalnya saluran pembuangan untuk wudlu kita alirkan ke kolam ikan lele, saluran hidroponik, atau bak penampungan untuk menyiram tanaman sehingga bekas air wudlu dapat kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk siklus kehidupan tanaman atau hewan. Jadi, air tidak terbuang dengan sia-sia.

Kita mesti memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar kita  sebelum memutuskan untuk menjalani gaya hidup minim sampah. Hal itu bertujuan agar kita tidak terjerumus dalam greenwashing. Greenwashing menjadi ancaman tersendiri bagi lingkungan dengan label yang katanya “ramah lingkungan” namun yang terjadi malah sebaliknya! []

Tags: Isu LingkunganKeadilan EkologisKerusakan AlamLingkungan BerkelanjutanPengelolaan SampahZero Waste Life Style
Layyin Lala

Layyin Lala

Khadimah Eco-Peace Indonesia and Currently Student of Brawijaya University.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version