• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Memahami Makna “The Tao of Islam” dalam Kajian Kesetaraan Orientalisme

Sachiko menggunakan istilah yang bersumber dari tempat asalnya yaitu Cina. Baginya, ketika berbicara hal kosmos maka juga akan berkaitan dengan Tuhan sebagai pencipta

Muhammad Syihabuddin Muhammad Syihabuddin
11/11/2023
in Personal
0
Kajian Kesetaraan

Kajian Kesetaraan

727
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mungkin tokoh Sachiko Murata tidak terlalu terkenal bagi masyarakat Muslim, namun  hal yang perlu kita kaji mengenai pemikirannya yaitu tentang wacana hubungan gender dalam pemikiran agama Islam.

Secara implisit, Sachiko adalah orientalisme yang memiliki ketertarikan mengkaji konsep kesetaraan dalam Islam. Ia memetakan beberapa konsep mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam bingkai gender Islam.

Mengacu pada ayat al-Qur’an surah at-Taubah ayat 71 bermakna penekanan pandangan Islam terhadap kaum perempuan maupun laki-laki yang tidak dibedakan dalam hal apapun dalam menunaikan kewajiban. Bahkan kaum perempuan menjadi partner kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas hamba untuk amar ma’ruf nahi munkar.

Nah, tulisan ini ingin mengupas tuntas konsep yang Sachiko usung sebagai pemahaman untuk menghindari kekeliruan dan batasan kajian kesetaraan.

Argumen Kesetaraan Gender Sachiko Murata

Argumen kesetaraan ini berparadigma teologis, perempuan dan laki-laki tercipta dari asal yang sama, sehingga memiliki derajat yang sama pula. Sachiko ini mencoba menganalisis relasi antara laki-laki dan perempuan melalui teroi kosmologi dan teologi dalam Islam. Melalui argument kosmologi yang disandarkan pada surat Adz-Dzariyat ayat 49 yang mengatakan semua yang Allah ciptakan di alam semesta ini selalu berpasang-pasangan.

Baca Juga:

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

KB dalam Pandangan Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Dari ayat inilah, Sachiko mengaplikasikan pemikirannya pada titik kosmologis, seperti adanya langit-bumi, pria-wanita, siang-malam, dan sejenisnya. Manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, dan atas dasar inilah muncul sebuah relasi untuk saling melengkapi satu sama lain. Konsep yang sedemikian ini menjadi hal penting untuk menjalin hubungan atas dasar cinta.

Makna “The Tao of Islam” bagi Sachiko Murata

Sachiko menggunakan istilah yang bersumber dari tempat asalnya yaitu Cina. Baginya, ketika berbicara hal kosmos maka juga akan berkaitan dengan Tuhan sebagai pencipta. “Tao” menciptakan kosmos melalui dua kualitas yaitu feminim dan maskulin (yin dan yang).

Terlepas dari jenis kelamin, keduanya memiliki potensi tersendiri dalam survive. Oleh karena itu, harus tercipta reaksi harmonis tanpa adanya diskriminasi salah satu dari keduanya. Dalam konsep Islam menyatakan “hanyalah ketakwaan sebagai pembeda dalam sebuah pengakuan Allah”.

Pendekatan ini berdekatan dengan persamaan kosmologi Cina yang melukiskan alam semesta dalam kerangka “yin” dan “yang” yang dapat kita pahami sebagai prinsip eksistensi antara laki-laki dan perempuan yang berkedudukan setara.

“Tao”  kita pahami seperti jalan, Tuhan menciptakan sesuatu yang berpasang-pasangan untuk membedakan ke-Esaannya dengan makhluk yang jamak. Konsep relasi antara laki-laki dan perempuan juga dapat dijumpai banyak surat dalam Al-Qur’an yang dapat kita jadikan patokan untuk memahami realitas.

Refleksi Hikmah di Balik Pemikiran Sachiko Murata

Sebagai Muslim kontemporer, seyogyanya kita memahami sebuah konsep yang demikian menjadi hal baru dan terus kita tanamkan dalam hati. Bahwa kesetaraan antara laki-laki dan perempuan itu ada, tidak boleh ada diskriminasi di dalamnya.

Sama halnya dengan adagium dalam Islam “Al-Ihtilaaf Rahmah”, pebedaan adalah sebuah keniscayaan. Setiap manusia harus mempu menerima perbedaan yang ia hadapi asalkan tidak keluar batas dalam agama.

Profesor Sachiko ini ingin membantu umat Muslim lebih memahami dan menerima gagasan kesetaraan. Sehingga keharmonisan terjalin dalam ruang spiritual dan agama Islam khususnya. Di mana kajian kesetaraan lahir dari sebuah perbedaan yang tidak terelakkan.

Saling memahami, saling mengisi merupakan kunci dalam menjalin bahtera suatu hubungan. Tidak ada batasan dalam hubungan dalam segi apa, yang terpenting yaitu konsep kesalingan menjadi tugas setiap individu dalam menjalin sebuah relasi. []

Tags: GenderislamKajian KesetaraanOrientalismeSACHIKO MURATAThe Tao Of Islam
Muhammad Syihabuddin

Muhammad Syihabuddin

Santri dan Pembelajar Instagram: @syihabzen

Terkait Posts

Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Age Gap

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

22 Mei 2025
Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version