• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Memahami Makna “The Tao of Islam” dalam Kajian Kesetaraan Orientalisme

Sachiko menggunakan istilah yang bersumber dari tempat asalnya yaitu Cina. Baginya, ketika berbicara hal kosmos maka juga akan berkaitan dengan Tuhan sebagai pencipta

Muhammad Syihabuddin Muhammad Syihabuddin
11/11/2023
in Personal
0
Kajian Kesetaraan

Kajian Kesetaraan

733
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mungkin tokoh Sachiko Murata tidak terlalu terkenal bagi masyarakat Muslim, namun  hal yang perlu kita kaji mengenai pemikirannya yaitu tentang wacana hubungan gender dalam pemikiran agama Islam.

Secara implisit, Sachiko adalah orientalisme yang memiliki ketertarikan mengkaji konsep kesetaraan dalam Islam. Ia memetakan beberapa konsep mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam bingkai gender Islam.

Mengacu pada ayat al-Qur’an surah at-Taubah ayat 71 bermakna penekanan pandangan Islam terhadap kaum perempuan maupun laki-laki yang tidak dibedakan dalam hal apapun dalam menunaikan kewajiban. Bahkan kaum perempuan menjadi partner kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas hamba untuk amar ma’ruf nahi munkar.

Nah, tulisan ini ingin mengupas tuntas konsep yang Sachiko usung sebagai pemahaman untuk menghindari kekeliruan dan batasan kajian kesetaraan.

Argumen Kesetaraan Gender Sachiko Murata

Argumen kesetaraan ini berparadigma teologis, perempuan dan laki-laki tercipta dari asal yang sama, sehingga memiliki derajat yang sama pula. Sachiko ini mencoba menganalisis relasi antara laki-laki dan perempuan melalui teroi kosmologi dan teologi dalam Islam. Melalui argument kosmologi yang disandarkan pada surat Adz-Dzariyat ayat 49 yang mengatakan semua yang Allah ciptakan di alam semesta ini selalu berpasang-pasangan.

Baca Juga:

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Tafsir Sakinah

Dari ayat inilah, Sachiko mengaplikasikan pemikirannya pada titik kosmologis, seperti adanya langit-bumi, pria-wanita, siang-malam, dan sejenisnya. Manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, dan atas dasar inilah muncul sebuah relasi untuk saling melengkapi satu sama lain. Konsep yang sedemikian ini menjadi hal penting untuk menjalin hubungan atas dasar cinta.

Makna “The Tao of Islam” bagi Sachiko Murata

Sachiko menggunakan istilah yang bersumber dari tempat asalnya yaitu Cina. Baginya, ketika berbicara hal kosmos maka juga akan berkaitan dengan Tuhan sebagai pencipta. “Tao” menciptakan kosmos melalui dua kualitas yaitu feminim dan maskulin (yin dan yang).

Terlepas dari jenis kelamin, keduanya memiliki potensi tersendiri dalam survive. Oleh karena itu, harus tercipta reaksi harmonis tanpa adanya diskriminasi salah satu dari keduanya. Dalam konsep Islam menyatakan “hanyalah ketakwaan sebagai pembeda dalam sebuah pengakuan Allah”.

Pendekatan ini berdekatan dengan persamaan kosmologi Cina yang melukiskan alam semesta dalam kerangka “yin” dan “yang” yang dapat kita pahami sebagai prinsip eksistensi antara laki-laki dan perempuan yang berkedudukan setara.

“Tao”  kita pahami seperti jalan, Tuhan menciptakan sesuatu yang berpasang-pasangan untuk membedakan ke-Esaannya dengan makhluk yang jamak. Konsep relasi antara laki-laki dan perempuan juga dapat dijumpai banyak surat dalam Al-Qur’an yang dapat kita jadikan patokan untuk memahami realitas.

Refleksi Hikmah di Balik Pemikiran Sachiko Murata

Sebagai Muslim kontemporer, seyogyanya kita memahami sebuah konsep yang demikian menjadi hal baru dan terus kita tanamkan dalam hati. Bahwa kesetaraan antara laki-laki dan perempuan itu ada, tidak boleh ada diskriminasi di dalamnya.

Sama halnya dengan adagium dalam Islam “Al-Ihtilaaf Rahmah”, pebedaan adalah sebuah keniscayaan. Setiap manusia harus mempu menerima perbedaan yang ia hadapi asalkan tidak keluar batas dalam agama.

Profesor Sachiko ini ingin membantu umat Muslim lebih memahami dan menerima gagasan kesetaraan. Sehingga keharmonisan terjalin dalam ruang spiritual dan agama Islam khususnya. Di mana kajian kesetaraan lahir dari sebuah perbedaan yang tidak terelakkan.

Saling memahami, saling mengisi merupakan kunci dalam menjalin bahtera suatu hubungan. Tidak ada batasan dalam hubungan dalam segi apa, yang terpenting yaitu konsep kesalingan menjadi tugas setiap individu dalam menjalin sebuah relasi. []

Tags: GenderislamKajian KesetaraanOrientalismeSACHIKO MURATAThe Tao Of Islam
Muhammad Syihabuddin

Muhammad Syihabuddin

Santri dan Pembelajar Instagram: @syihabzen

Terkait Posts

Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Ulama Perempuan

    Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasih Sayang Seorang Ibu
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID