• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Biografi Syuhdah Fakhr an-Nisa

Fakhr an-Nisa adalah seorang perempuan ulama, “muhadditsah”, ahli hadits, penulis produktif, dan “khathathah” (kaligraf). Ia lahir di Baghdad dari keluarga Dinawar, Kurdistan

Redaksi Redaksi
11/11/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Fakhr an-Nisa

Fakhr an-Nisa

537
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ummu Muhammad Fakhr an-Nisa atau bernama asli Syuhdah binti Ahmad al-Ibri ad-Dinawary al-Baghadiyah lahir 484 H/1091 M dan wafat 574 H/1112 M.

Fakhr an-Nisa adalah seorang perempuan ulama, “muhadditsah”, ahli hadits, penulis produktif, dan “khathathah” (kaligraf). Ia lahir di Baghdad dari keluarga Dinawar, Kurdistan, kemudian pindah ke Baghdad dan wafat di kota itu.

Kakek Fakhr an-Nisa ialah seorang pedagang yang senang belajar hadits. Sementara, ayahnya sangat mencintai para ahli hadits. Sang ayah sering mengikuti pengajian hadits para ahli hadits pada zamannya.

Syuhdah, anaknya, juga selalu diajak belajar hadits kepada para ahli hadits tersebut, antara lain Tiryad bin Muhammad az-Zainabi, Wabin Thalhah an-Na’li, Ahmad Abdul Qadir bin Yusuf, dan lain-lain.

Di samping hadits, Syuhdah Fakhr an-Nisa juga belajar fiqh kepada para ahli fiqh besar, antara lain Abu Abdullah Hasan Ahmad an-Nu mani dan Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Kayasyi.

Baca Juga:

Tafsir Hukum yang Adil Gender Menurut Azizah Y. Al-Hibri

Biografi Aisyah al-Ba’uniyah

Biografi Fatimah binti Abbas Al-Bahgdadiyah

Biografi Fatimah As-Samarqandi

Selain itu, ia juga belajar kaligrafi, dan tulisannya sangat indah. Karena kehebatannya dalam ilmu kaligrafi, ia bahkan digelari “Fakhr an-Nisa”, perempuan yang dibanggakan.

Suami Syuhdah meninggal dunia sesudah mengarungi kehidupan bersama selama empat puluh tahun. Ini menjadi cobaan berat baginya.

Namun, ia menerima hal itu dengan sabar dan tabah. Ia mengisi hari-harinya dengan belajar dan mengajar. Khalifah al-Muqtadi bi Amrillah dari Dinasti Abbasiyah lantas memberinya tanah yang cukup luas.

Di atas tanah itu kemudian mereka bangun madrasah dan pondok pesantren. Pesantren atau lebih tepatnya pusat pendidikan Islam itu berada di tepi Sungai Tigris.

Mereka yang belajar berjumlah lebih dari seribu, dan mereka mendapatkan beasiswa dari Syuhdah.

Syuhdah wafat pada tahun 574 Hijriah dalam usia 90 tahun. Jenazahnya orang-orang shalatkan di istana Baghdad dan ribuan orang yang terdiri atas para ulama, mahasiswa, santri, dan para pejabat pemerintah/kerajaan ikut menghadirinya. []

Tags: BiografiSyuhdah Fakhr an-Nisa
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Suami

5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nyai Ratu Junti

    Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua
  • Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu
  • Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version