Mubadalah.id – Semua manusia pasti pernah mengalami kekecewaan akibat keinginan yang gagal terwujud. Namun manusia tidak akan selamanya berada dalam kesedihan, kesedihan akan berganti kebahagiaan. Begitu kiranya yang ada dalam pikiranku ketika membaca Filsafat ki Ageng Suryomentaram dalam karyanya berjudul Kawruh Begja .
Ki Ageng Suryomentaram merupakan salah satu filsuf dari tanah Jawa. Karyanya berjudul Kawruh Begja telah banyak menginsipirasi banyak orang yang sedang dilanda rasa gundah, gelisah, dan kecewa.
Hal menarik yang tergambar dalam sosok Ki Ageng Suryomentaram adalah bahwa ia bukan hanya berteori tentang filosofi kehidupan. Melainkan ia sendiri mengamalkan apa yang ia tulis dalam karyanya.
Ki Ageng Suryomentaram rela melepas gelar bangsawannya dan memilih hidup senbagai rakyat biasa. Semasa hidupnya ia banyak menulis nasihat-nasihat tentang kebahagiaan. Salah satu nasihatnya yang terkenal adalah soal Filosofi Mulur Mungkret.
Filosofi Mulur Mungkret
Filosofi Mulur Mungkret Ki Ageng Suryomentaram berkaitan dengan keinginan atau karep manusia. Misalnya kita memiliki keinginan untuk membeli sebuah motor sport yang keren. Setelah motor yang kita inginkan berhasil kita dapat, muncul keinginan untuk membeli motor sport yang lebih bagus.
Jika keinginan tersebut tidak tercapai maka kita akan merasa kecewa, sakit hati, frustasi dan kecewa. Filosofi Mulur Mungkret mengajarkan kita agar jangan terlalau Mulur (tamak) dan Mungkret (kecewa) .
Ki Ageng Suryomentaram mengingatkan kita agar jangan terlalu berlebihan dalam mengejar sesuatu. Mboten wonten barang ingkang pantes dipun padosi kanti mati-matian utawi dipun ceri-ceri dipun tampik kanthi mati-matian tidak ada barang yang pantas dicari dengan mati-matian.
Ki Ageng Suryomentaram mengingatkan kita agar jangan terlalu berlebihan dalam memenuhi keinginan. Berlebih-lebihan dalam mengejar sesuatu dapat mendatangkan mulur (tamak) tidak ada rasa puas dalam mencari kepuasan. Sebaliknya kita juga jangan berlebihan dalam kekecewaan.
Kekecewaan dan kebahagiaan datang silih berganti menghiasi alur kehidupan. Baik kebahagiaan maupun kesedihan tidak ada yang abadi. Sekarang kita merasa sedih, besok kita akan merasa senang dan bahagia. Seperti matahari yang terbit pasti akan terbenam, begitulah kiranya sedih dan bahagia.
Kebahagiaan dari Dalam Diri
Baik kebahagiaan maupun kesedihan sejatinya dapat kita sikapi dengan cara sabar dan bersyukur. Terkadang yang membuat kita bahagia atau sedih, adalah diri kita sendiri. Kita semua tentu saja sangat bisa untuk mengontrol diri agar tidak terlalu berlebihan dalam menyikapi sedih maupun senang.
Ketika keinginan kita berhasil tercapai, maka kita harus bersyukur dan tidak bersikap tamak. Karena keinginan atau ambisi bersifat mulur yang tak ada ujungnya. Kita akan sibuk mengejar keinginan hingga akhirnya terjatuh dalam kekecewaan.
Hidup Bahagia Adalah Cukup
Ajaran Ki Ageng Suryomentaram tentang keinginan yang bersifat Mulur Mungkret mengajarkan pada kita bahwa, kebahagiaan bersumber dari jiwa yang tenang dan damai.
Hal yang bisa kita terapkan agar hidup kita bahagia adalah hidup sederhana, cukup. Makan secukupnya, beli barang secukupnya, dan tidak berlebihan bahkan mati-matian dalam memenuhi hasrat.
Ki Ageng Suryomentaram mengingatkan agar kita hidup dalam kesadaran. Hidup saiki, kene hidup saat ini, dan di sini. Maksudnya kita harus mementingkan apa yang kita butuhkan dalam hidup kita saat ini, disini.
Jika saat ini kita sebagai mahasiswa, maka yang kita perlu prioritaskan adalah kebutuhan kita sebagai mahasiswa terlebih dahulu. Bersikap cukup dan tidak berlebihan agar kita dapat terhindar dari keinginan Mulur Mungkret. Yang menuntun kita pada kekecewaan bukan kebahagiaan. []