Mubadalah.id – Jika merujuk ayat tentang penciptaan (QS. an-Nisa, 4: 1), maka yang menjadi dasar bagi sebagian ulama tafsir untuk menjustifikasi keyakinan adalah perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk lelaki. Sehingga hal inilah, dalam perspektif mubadalah harus kita baca dan tafsiri kembali.
Keyakinan ini, sebenarnya adalah warisan tradisi dari bangsa-bangsa sebelumnya (kaum Yahudi dan Nasrani) yang menjalar kepada kaum muslimin.
Karena itu, di dalam al-Qur’an tidak kita jumpai satupun ayat yang secara eksplisit menyatakan hal demikian. Yang ada hanyalah interpretasi para ulama yang kita anggap memiliki otoritas penuh untuk menrafsiri teks-teks agama.
Padahal tafsiran adalah tetap tafsiran yang tidak menutup kemungkinan wujudnya keterkaitan dengan perkembangan sosio-pengetahuan yang temporal.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا – ١
Artinya: “Wahai manusia (laki-laki dan perempuan), bertakwalah kamu sekalian kepada Tuhan kalian. Yang menciptakan kalian semua (laki-laki dan peremuan) dari jiwa yang satu (living entity) dan menciptakan sama sepertinya pasangannya. Kemudian dari kedua pasang itu Dia menyebarkan lelaki dan perempuan dalam jumlah yang banyak”. (QS. an-Nisa, 4: 1).
Yang diungkapkan oleh ayat ini adalah bahwa penciptaan manusia berawal dari penciptaan diri yang satu (nafs wahidah), kemudian penciptaan pasangannya yang sejenis dengannya, dari kedua pasang tersebut kemudian penciptaan laki-laki dan perempuan dalam jumlah banyak.
Di dalamnya tidak ada ungkapan secara eksplisit, apakah diri itu laki-laki atau perempuan dan apakah pasangannya itu laki-laki atau perempuan.
Penafsiran Subordinasi
Sehingga penafsiran subordinasi perempuan terhadap laki-laki dengan alasan bahwa yang dimaksud dengan pasangan adalah perempuan dan yang dimaksud dengan diri adalah laki-laki menjadi tidak benar.
Semangat ayat tersebut adalah kebersamaan dan keberpasangan sebagai dasar kehidupan, bukan subordianasi satu kepada yang lain. Sehingga untuk kata nafs wahidah (diri yang satu) dan zawjaha (pasangannya dibiarkan tidak jelas. Sementara ungkapan selanjutnya sangat jelas bahwa lelaki dan perempuan diciptakan dan dua pasangan itu.
Kemudian pandangan sepihak bahwa perempuan tercipta dari dan untuk kesenangan dan ketentraman laki-laki juga harus kita akhiri. Karena dasar yang mereka gunakan tidak secara eksplisit menyatakan demikian:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗ
Artinya: “Dan di antara ayat-ayat-Nya, Dia menciptakan untuk kamu sekalian (laki-laki dan perempuan) pasanganpasangan dari jenis (rnanusia yang sama seperti) kalian, agar kalian cenderung dan tentram kepada mereka, dan Dia menjadikan di antara kalian (dan pasangan kalian) rasih kasih dan sayang”. (QS ar-Rum, 20: 21). []