• Login
  • Register
Senin, 23 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Membongkar Konstruksi Seksualitas Perempuan dalam Pemikiran Keagamaan

Dalam logika ini, nilai perempuan seakan hanya diukur dari keindahan fisiknya, bukan dari kapasitas intelektual atau kemanusiaannya.

Redaksi Redaksi
23/06/2025
in Pernak-pernik
0
Seksualitas Perempuan

Seksualitas Perempuan

685
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada pemeo yang cukup populer di tengah masyarakat: “Akal perempuan terletak pada kejelitaannya, bukan pada intelektualitasnya. Sementara kejelitaan laki-laki ada pada akalnya, bukan pada paras tubuhnya.” Ucapan ini telah berakar dalam kesadaran sosial selama berabad-abad, membentuk cara pandang yang menjadikan perempuan sebagai objek seksualitas, bukan sebagai subjek manusia seutuhnya.

Kejelitaan perempuan bukan sekadar dirayakan, tetapi juga dipamerkan, diburu, bahkan dikomodifikasi. Tubuh perempuan dijadikan etalase yang dinilai dan diatur.

Dalam logika ini, nilai perempuan seakan hanya diukur dari keindahan fisiknya, bukan dari kapasitas intelektual atau kemanusiaannya. Akibatnya, peran sosial perempuan dibentuk dalam posisi serba tidak seimbang yaitu mencinta sekaligus dicinta, mengontrol sekaligus dikontrol.

Konstruksi ini seperti Dr. Faqihuddin Abdul Kodir jelaskan dalam bukunya Pertautan Teks dan Konteks dalam Muamalah telah berkontribusi besar terhadap munculnya kekerasan fisik, psikologis, sosial, ekonomi, bahkan politik yang terus-menerus menimpa perempuan.

Lebih jauh, Dr. Faqihuddin menunjukkan bahwa konstruksi sosial yang timpang ini juga menyusup ke dalam bangunan pemikiran keagamaan, termasuk dalam fikih Islam. Meskipun agama sejatinya mengangkat martabat perempuan, dalam praktik tafsir dan formulasi hukum. Perempuan justru kerap menjadi objek bagi kepentingan di luar hidupnya. Ini terlihat jelas dalam isu seksualitas.

Perempuan Hanya Subjek Seksualitas

Dalam banyak teks fikih klasik, perempuan tidak dipandang sebagai subjek yang mandiri dalam hal seksualitas. Karena identitas diri (self identity), tindakan seks (sex action), perilaku seksual (sexual behavior). Hingga orientasi seksual (sexual orientation) semuanya kerap ditentukan dan dikontrol oleh standar laki-laki.

Baca Juga:

Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

Perempuan dalam Narasi Keagamaan Mainstream

Apa Itu Musyawarah Keagamaan KUPI?

Salah satu contohnya, menurut Faqihuddin, adalah pandangan yang menyatakan bahwa seorang istri tidak memiliki hak untuk meminta hubungan seksual dari suaminya. Bahkan lebih jauh, ada anggapan bahwa seks adalah hak penuh suami, sementara hak istri hanya nafkah harta.

Dalam kaidah fikih kita mengenalnya dengan konsep an-nafaqah fi muqabalat al-budh nafkah harta sebagai imbalan atas layanan seksual istri. Hak seksual suami menjadi dominan, dan jika tidak istri penuhi, ia bisa berdosa, bahkan mendapat laknat malaikat. Sebaliknya, jika kebutuhan seksual istri tak terpenuhi, suami tidak mendapatkan masalah apapun.

Jika bangunan fikih yang seperti ini kita terima begitu saja. Maka seksualitas perempuan hanya hadir untuk melayani dan melengkapi kepentingan laki-laki.

Ia tidak didefinisikan untuk dirinya sendiri, tetapi justru dimaknai dari luar. Ia dikontrol, disembunyikan, bahkan dipendam jika dianggap mengancam sistem yang telah mapan. Di sinilah fikih secara tidak langsung ikut melanggengkan ketimpangan relasi gender dalam masyarakat.

Padahal, sebagai agama yang membawa misi rahmatan lil alamin, Islam tidak boleh kita biarkan terjebak dalam narasi-narasi ketimpangan. Sebaliknya, Islam harus menjadi sumber keadilan sosial yang menempatkan perempuan dan laki-laki sebagai subjek yang setara.

Oleh karena itu, seperti Faqihuddin tegaskan dalam bukunya, penting bagi kita untuk terus mendorong lahirnya pemikiran keagamaan, khususnya fikih, yang adil dan memuliakan martabat perempuan sebagai manusia seutuhnya. []

Tags: keagamaanMembongkarpemikiranseksualitas perempuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Tubuh Perempuan Sumber Fitnah

Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah

23 Juni 2025
fikih perempuan

Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih

23 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

23 Juni 2025
Debat Agama

Kisah Salim dan Debat Agama

23 Juni 2025
Kekerasan

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

22 Juni 2025
Rasa Jenuh dalam Rumah Tangga

Cara Mengatasi Rasa Jenuh dalam Kehidupan Rumah Tangga

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teman Disabilitas

    Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spiritual Awakening : Kisah Maia dan Maya untuk Bangkit dari Keterpurukan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Kisah Yusuf Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Transisi Energi Berkeadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah
  • Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun
  • Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih
  • Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi
  • Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID