Mubadalah.id – Momentum Hari Santri Nasional bertepatan pasca berakhirnya bulan maulid, bulan kelahiran nabi Muhammad saw. Setelah hampir setiap malam kita membaca kitab barzanji dalam rangka memuji nabi Muhammad saw, kini para santri akan merayakan Hari Santri Nasional 2023.
Hari Santri Nasional yang kita peringati setiap 22 Oktober, semestinya bisa kita jadikan sebagai momentum perubahan, khususnya bagi kalangan santri. Baik perubahan yang bersifat perilaku maupun keilmuan. Dari perilaku buruk menjadi baik, misalnya. Begitu pula, dari keilmuan yang tadinya sedikit menjadi bertambah.
Dari segi perilaku, kalangan santri bisa menerapkan konsep hidup ramah lingkungan. Hal ini, misalnya, bisa kita awali dengan tidak buang sampah sembarangan di lingkungan pendidikan, pesantren, atau rumah. Atau yang paling memungkinkan bisa kita lakukan setiap saat, yaitu saat mengambil air wudhu. Saat berwudhu, santri perlu membiasakan diri untuk tidak boros memanfaatkan air.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti menjumpai, atau bahkan kita sendiri yang terkadang menjadi ‘pelaku’ menyalakan kran air secara berlebihan saat hendak wudhu. Ketika berada di musala atau masjid, saya seringkali melihat santri TPQ, misalnya, atau orang dewasa yang mengambil air wudhu secara berlebihan.
Tidak konsumtif menggunakan air. Meskipun untuk beribadah merupakan perilaku yang dapat kita kategorikan sebagai kepedulian terhadap lingkungan hidup. Lantas pertanyaannya, mengapa kita (santri) harus hemat air? Kita larang menghambur-hamburkan air, meskipun untuk berwudhu?
Larangan untuk Bersikap Berlebihan ada dalam Al Qur’an
Nah, sebenarnya, bukan hanya kaum sarungan saja yang diinstruksikan untuk hemat air saat berwudhu. Namun, manusia pada umumnya memang seharusnya tidak berlebihan dalam memakai air. Entah untuk berwudhu, mandi atau apa saja. Terkait hal ini, ada beberapa alasan mengapa kita tidak boleh berlebihan menggunakan air.
Pertama, Islam melarang umatnya agar tidak berlebihan dalam hal apa pun, termasuk dalam penggunaan air. Larangan untuk tidak berlebih-lebihan karena hal ini termasuk perbuatan yang buruk. Larangan berlebih-lebihan termaktub dalam beberapa ayat Al-Qur’an.
Salah satunya dalam surat Al-A’raf ayat 31 yang artinya: “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Berlebihan, apa pun itu, memang tidak baik. Misalnya, berlebihan dalam melahap makanan. Ketika perut sudah kenyang, tapi masih nafsu untuk makan lagi, hal itu bisa berakibat membuat badan sakit atau terserang penyakit.
Begitu pula saat berwudhu melalui air keran, misalnya. Buka lah aliran air keran sesuai kebutuhan saja, karena kalau kita buka secara penuh hanya akan membuang-buang air. Air keran yang terbuang saat wudhu biasanya terjadi saat tangan kita bergerak membasuh wajah, dan rambut.
Ada aliran air keran yang terbuang ke bawah secara sia-sia. Nah, kita bisa meminimalisir agar air itu tidak banyak terbuang dengan cara membuka kran sesuai kebutuhan saja.
Hemat Air bagian dari Sunah Nabi
Kedua, anjuran nabi Muhammad saw untuk menghemat air. Nabi saw pernah menegur sahabatnya bernama Sa’ad yang memakai air secara berlimpahan, meskipun air itu ia pakai untuk berwudhu, dan sekalipun air tersebut tersedia sangat melimpah ruah.
Sa’ad bingung dan melemparkan pertanyaan kepada Nabi saw perihal yang ia lakukan. “Apakah di dalam wudhu ada berlebih-lebihan?” tanya Sa’ad. Nabi saw menjawab, “Ya, walau pun engkau sedang berada berada di sungai yang mengalir,”
Nabi saw seolah ingin menegaskan bahwa berwudhu (yang notabene untuk ibadah) saja kita dianjurkan untuk tidak boros air, apalagi untuk hal-hal yang lain. Mandi, misalnya.
Jika dua alasan tersebut atas dasar perintah agama; al-qur’an dan sabda nabi saw, maka alasan yang ketiga ini lebih kepada hal-hal yang dapat ditimbulkan jika kita terlalu mengeksploitasi air secara bermewah-mewah.
Alasan ketiga yakni air sebagai sumber kehidupan. Meskipun planet yang kita huni, bumi, hampir 70% berisi air, namun kita tetap tidak diperbolehkan mengeksploitasinya secara berlebihan.
Perlu kita ketahui bahwa 97% air yang ada di dunia adalah air asin, sedangkan air tawar yang bersih dan segar adalah sumber daya yang terbatas, menurut studi penelitian dari Survei Geologi Amerika Serikat (USGS). Artinya, dengan segala keterbatasan itu, kita dianjurkan untuk saling berbagi kepada makhluk hidup lainnya.
Krisis Air Bersih
Fenomena kekeringan, krisis air bersih, yang terjadi selama musim kemarau, seharusnya cukup menyadarkan kita bahwa persediaan air tawar yang terbatas menjadi salah satu sumber daya yang sangat berharga. Saking berharganya, kita dilarang menghambur-hamburkannya. Pemborosan penggunaan air bisa mengakibatkan berkurangnya sumber air yang ada dan akan berdampak sangat buruk saat terjadi musim kemarau.
Oleh karena itu, momentum Hari Santri Nasional bisa dijadikan momen perubahan tingkah laku untuk berbuat lebih baik lagi, khususnya dalam menjaga lingkungan atau bumi yang kita tinggali ini. Santri harus berperan dalam hal ini, terlebih santri yang sudah matang secara keilmuan.
Santri senior perlu membina santri junior untuk berlaku demikian. Para Kiai di lingkungan pesantren juga harus menanamkan pendidikan lingkungan hidup kepada santrinya.
Sementara, guru-guru agama di sekolah-sekolah dan ustadz-ustadzah yang mengajar di TPQ, juga bisa mulai menanamkan cinta lingkungan sejak dini kepada murid-muridnya. Tidak semata mengajarkan akhlak yang baik kepada sesama manusia (hablu minannas), tapi juga kepada alam (hablu minal alam).
Kelak, ketika tumbuh dewasa, harapannya si anak tersebut bisa berbuat baik kepada lingkungan hidup, tidak menjadi perusak lingkungan dan paham akan arti keberlangsungan lingkungan untuk generasi mendatang.
Salah satu perilaku memelihara keberlanjutan lingkungan hidup untuk generasi masa depan adalah dengan tidak boros pemakaian air. Pembiasaan membuka keran air seminimal mungkin (sesuai kebutuhan), baik untuk wudhu, mencuci tangan, atau hal lainnya, adalah langkah kecil yang sebenarnya bisa kita upayakan untuk menyelamatkan lingkungan dari krisis air. Semoga kita bisa. Santri bisa. Aamiin. []