Buku Qira’ah Mubadalah ini menawarkan tafsir dan kerja-kerja pemaknaan teks dan tradisi dengan perspektif kesalingan antara laki-laki dan perempuan, atau mubādalah, atas ayat-ayat al-Qur’an, teks-teks Hadits, dan warisan tradisi keilmuan klasik.
Tafsir ini hadir dalam semangat Islam rahmatan lil ‘alamin, bahwa rahmat Islam itu untuk laki-laki dan perempuan. Keduanya, bukan salah satunya saja. Yang diperlukan keduanya adalah kerjasama yang didasarkan pada saling kepercayaan satu sama lain, bukan saling curiga dan ketakutan. Apalagi pengusaan, pemaksaan, dan kekerasan.
Tafsir qiraah mubadalah ini didasarkan pada perspektif resiprokal yang secara sadar menempatkan perempuan dan laki-laki sebagai subyek manusia yang utuh dan setara, satu sama lain bukan menghegemoni, tetapi saling menopang dan melengkapi.
Tafsir yang mencoba mentransformasikan relasi yang hirarkis menuju yang egaliter, kerjasama, dan berkesalingan. Sehingga keadilan tidak didefinisikan secara esensial untuk tertib moral dan sosial dimana laki-laki diposisikan lebih tinggi dan dilayani, tetapi keadilan yang hakiki dan substansial dimana baik laki-laki maupun perempuan diposisikan sebagai manusia setara dan bermitra yang saling kerjasama.
Kesetaraan dengan tetap memberi perhatian khusus pada perbedaan biologis perempuan yang menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui, serta potensi mereka yang secara sosial dimarjinalkan.
Dalam perspektif mubādalah, tafsir keagamaan maupun praktik keber-agama-an tidak boleh dijadikan landasan dominasi salah satu jenis kelamin terhadap jenis kelamin yang lain. Apalagi membiarkan tirani dan melestarikan hegemoni. Bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah niscaya. Tetapi tidak untuk membedakan yang satu lebih mulia dan lebih penting dari yang lain.
Secara moral keagamaan, yang satu juga tidak boleh lebih egois dan sombong terhadap yang lain. Pun juga tidak seharusnya yang satu menjadi tersisih dan terhina karena yang lain. Tidak pula seharusnya ada yang menjadi korban kekerasan fisik, mental, ekonomi, politik dan sosial.
Apalagi dengan atas nama Islam. Buku Qira’ah Mubadalah justru menekankan perspektif keber-agama-an yang menitik-beratkan pada keseimbangan relasi dan kesalingan. Perspektif dan pendekatan ini saya sebut sebagai mubādalah atau perspektif kesalingan dalam memaknai isu-isu relasi gender dalam Islam, berbasis teks-teks sumber dan tradisi keilmuan Islam.
Tentu saja, perspektif mubadalah dalam buku ini, juga tidak setuju dengan cara pandang sebaliknya, yang menempatkan perempuan selalu dalam keadaan benar dan menempatkan laki-laki sebagai biang kerok dan sumber masalah. Buku ini tidak sedang mengangkat perempuan, untuk menyalahkan, menyudutkan, merendahkan, dan mendiskreditkan laki-laki. TIDAK.
Tetapi menekankan kesadaran bahwa dunia ini terlalu sederhana jika hanya didekati dengan perspektif laki-laki. Dunia ini justru harus dipandang dengan cara pandang laki-laki dan perempuan, dikelola oleh laki-laki dan perempuan, dan dinikmati oleh laki-laki dan perempuan. Relasi keduanya harus benar-benar kemitraan dan kerjasama, saling menguatkan, melengkapi, mendukung, dan saling menolong satu sama lain.
Perspektif mubadalah dalam buku ini hadir sebagai bagian dari kerja-kerja dakwah penyempurnaan (itmām) akhlak yang sebelumnya sudah maslahat, baik, dan mulia. Dakwah penyempurnaan adalah misi utama Nabi Muhammad Saw yang masih harus kita lakukan secara berkesinambungan.
Tradisi akademik pemaknaan teks-teks Islam selama ini sudah baik. Tetapi karena sesuatu dan lain hal, terjadi distorsi dan memerlukan penyempurnaan. Distorsi yang dimaksud adalah ketika teks-teks itu hanya didekati dari sisi laki-laki sebagai subyek tanpa melibatkan perempuan.
Penyempurnaanya adalah dengan perspektif dan metode mubadalah yang ingin memastikan kehadiran perempuan sebagai subyek dalam mendekati teks. Sehingga, akhlak yang maslahat itu, harus maslahat untuk laki-laki dan perempuan. Akhlak yang baik itu jika benar-benar baik untuk laki-laki dan perempuan.
Begitupun akhlak yang mulia itu baru mulia dengan sempurna jika perempuan dan laki-laki sama-sama dimuliakan. Di peran inilah buku mubadalah ini hadir.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ (مسند أحمد). وفي رواية أخرى: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ حُسْنَ الأَخْلاَقِ (موطأ مالك). وفي رواية أخرى:: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ” (سنن البيهقي).
Dari Abu Hurairah ra, berkata, Rasulullah Saw bersabd: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang maslahat”. (Musnad Ahmad, no. Hadits: 9074). Riwayat lain: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik (Muwatta’ Malik, no. Hadits: 1643). Riwayat lain: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (Sunan Baihaqi, no. Hadits: 20782).
Isi buku ini didesain dalam lima bagian. Semuanya 616 halaman dengan dimensi besar 16 X 24 cm. Setelah pengantar, bagian pertama atau bab II (hal. 55-116) mendeskripsikan makna dan landasan konsep mubādalah, baik dari Qur’an, Hadits, maupun landasan yang lebih filosofis.
Bagian kedua, atau bab III (hal. 117-221)I) menjelaskan qirā’ah mubādalah sebagai metode baca teks dalam diskursus metode-metode lain dalam disiplin Ushul Fiqh dan Tafsir. Bagian ini juga menerangkan tehnik praktis mengoperasikan metode mubādalah dalam membaca teks-teks sumber dalam Islam.
Bagian ketiga, atau bab IV( hal. 222-324) menurunkan hasil bacaan perspektif dan metode mubādalah terhadap teks-teks sumber dalam isu-isu eksistensial, dimana perempuan dan laki-laki adalah manusia sebagai hamba dan khalifah Allah Swt di muka bumi ini.
Bagian keempat, atau bab V( hal. 325-438) mengenai hasil bacaan mubādalah untuk isu-isu pernikahan, keluarga, dan rumah tangga.
Sementara bagian yang kelima, atau bab VI (hal. 439-5353) adalah tafsir mubadalah untuk isu-isu sosial kemasyarakatan yang lebih luas, baik dalam kehidupan komunitas, maupun negara bangsa dan global dunia.
Ada tambahan indeks ratusan ayat al-Qur’an dan teks-teks hadits (hal. 549-597), yang memudahkan pembaca untuk merujuk teks-teks dasar yang sering digunakan dalam pembahasan relasi laki-laki dan perempuan.
Buku ini adalah upaya kecil dari keimanan pada ketauhidan Allah Swt yang melarang menuhankan apapun selain-Nya, kerahmatan Nabi Muhammad Saw yang inklusif bagi perempuan dan laki-laki, dan keadilan Islam pada segenap manusia dan semesta alam.
Semoga buku Qira’ah Mubadalah memberi petunjuk pada kebenaran, menghadirkan manfaat bagi segenap orang dan lingkungan, dan mengembalikan masyarakat pada kebaikan dan keadilan Islam. Amin.[]
NOTE: Pemesanan buku Qira’ah Mubadalah bisa menghubungi nomor WhatsApp 08996340555. Harga buku Rp. 150.000 (616 halaman, 16×24 cm). Khusus pemesanan selama bulan Ramadan, gratis ongkos kirim untuk seluruh Pulau Jawa. Luar Jawa akan dihitung terlebih dahulu.