• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mengenal Mula’abah dalam Hubungan Intim Suami Istri

Mula’abah, menggunakan wangi-wangian yang disukai suami maupun istri, dan menentukan waktu serta tempat hubungan intim yang disepakati keduanya adalah bukti lahirnya mubadalah dalam sebuah keluarga, khususnya hubungan intim suami istri.

Khoniq Nur Afiah Khoniq Nur Afiah
02/02/2021
in Keluarga
0
Suami Istri

Suami Istri

3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belajar tentang hubungan intim suami istri masih sering dianggap tabu, aneh atau bahkan orang jawa sering menyebutnya ora elok. Padahal, belajar mengenai keintiman dalam suami istri adalah suatu keharusan untuk para remaja yang sudah berumur delapan belas tahun ke atas atau khususnya para calon pengantin. Pengetahuan tentang seksualitas menjadi penting agar individu memiliki pengetahuan hubungan keintiman suami istri guna menghindari kegagapan saat waktunya serta mencapai keharmonisan dalam rumah tangga.

Kitab Mamba’us Saadah juga membahas pesan-pesan berkaitan dengan hubungan keintiman yang disampaikan oleh Nabi. Mula’abah adalah salah satu hal yang dianjurkan Nabi untuk dilakukan saat sedang hubungan intim suami istri. Mula’abah bahasa kerennya adalah foreplay atau pemanasan.

Bahkan dalam suatu keterangan yang disampaikan dalam kitab Mambaus Saadah hal 39 bahwa Jabir bin Abdillah menyampaikan Nabi melarang melakukan hubungan keintiman suami istri atau jima’ sebelum melakukan mula’abah. Mula’abah atau bermain-main sebelum melakukan jima’ dianjurkan agar keduanya mencapai serta mendapatkan kenikmatan yang sama.

Dalam hubungan intim suami istri jika tidak diawali dengan mula’abah dikhawatirkan hanya menguntungkan salah satu dari keduanya, padahal sudah menjadi keharusan bahwa keduanya mendapatkan kenikmatan yang sama. Kemanfaatan, kenikmatan, dan terhindar dari kemadharatan adalah hal-hal yang harus dirasakan oleh keduanya dalam hubungan intim suami istri.

Bahkan dalam kitab Mambaus Saa’adah juga dijelaskan mula’abah atau foreplay juga tanda dari mubadalah atau kesalingan. Sebab, dalam mula’abah keduanya saling memperhatikan atau saling memberikan kenikmatan dan kemanfaatan dalam hubungan intim suami istri. Artinya, tidak ada ketimpangan didalamnya.

Baca Juga:

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

Kritik tanpa Kesalingan: Ketika Patriarki Jadi Senjata Sepihak

Selain mula’abah, ada juga beberapa anjuran yang diterangkan dalam kitab mambaus saadah seperti menggunakan wangi-wangian dan menentukan tempat dan waktu yang tepat ketika melakukan hubungan intim suami istri. Sahabat Nabi yang bernama Ibnu Abbas adalah salah satu sahabat yang suka menggunakan wangi-wangian dan merapikan diri guna bertujuan membahagiakan istrinya.

Beliau lakukan karena sang istri menyukai saat Ibnu Abbas melakukannya, pun sebaliknya. Hal tersebut memberikan keterangan bahwa tidak selalu istri yang harus merias diri dan menggunakan wangi-wangian untuk suami, tetapi suami juga dianjurkan guna membahagiakan sang istri. Sehingga, keduanya saling memberikan kebahagian dan melahirkan kebahagian yang paripurna.

Waktu dan tempat hubungan intim suami istri juga baiknya ditentukan atas dasar persetujuan antar keduanya. Kesepakatan yang diperoleh akan melahirkan kebahagiaan sehingga menciptakan kemanfaatan serta kemaslahatan. Hal mengenai waktu dan tempat mungkin memang sepele, tetapi tidak ada salahnya juga jika hal tersebut diperhatikan demi menciptakan kemaslahatan dalam hubungan intim.

Mula’abah, menggunakan wangi-wangian yang disukai suami maupun istri, dan menentukan waktu dan tempat hubungan intim yang disepakati keduanya adalah bukti lahirnya mubadalah dalam sebuah keluarga, khususnya hubungan intim suami istri. Hal tersebut penting diperhatikan sebagai upaya untuk menciptakan hubungan suami istri yang harmonis tentram dan saling membagi kasih sayang.

Uraian yang telah disampaikan di atas memberikan informasi kepada pembaca khususnya calon pengantin, bahwa kekuasaan hubungan keintiman tidak terletak hanya pada suami atau istri saja, namun keduanya berhak mendapatkan hak yang sama untuk menikmati kualitas hubungan seksual. Sehingga, guna mencapai titik kenikmatan yang seimbang antar suami istri dalam hubungan intim perlunya memperhatikan beberapa hal yang penulis sampaikan diatas.

Tulisan ini semoga bisa memberikan sedikit informasi untuk pembaca, serta bisa menumbuhkan kesadaran pentingnya menerapkan konsep kesalingan dalam keluarga sebagai upaya terciptanya keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan penuh dengan kemaslahatan. Semoga kita semua selalu diberikan kesempatan mengambil hikmah dari setiap pelajaran dan diberi kesempatan untuk selalu belajar dalam segala keadaan. Sekian. []

Tags: Keluarga MaslahahKesalinganperkawinanseksualitasSuami dan Istri
Khoniq Nur Afiah

Khoniq Nur Afiah

Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek R2. Tertarik dengan isu-isu perempuan dan milenial.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version