Mubadalah.id – Persoalan limbah padat dan pembuangan limbah cair secara sembarangan, masih kerap mewarnai kualitas air sungai di Indonesia. Kejadian ini pun selalu menjadi pemandangan yang kita temukan ketika Prigi Arisandi bersama tim Watchdoc Image melakukan dokumentasi dan susur sungai yang salah satunya mereka lakukan di sungai Citarum.
Pengambilan Sampel Air Sungai
Ketika melakukan penyusuran air sungai, Prigi juga melakukan pengambilan sampel air sebanyak 10 liter untuk dilakukan pengecekan kualitas air sungai apakah sudah memenuhi baku mutu air atau justru sebaliknya mengingat salah satu pencemar air sungai Citarum berasal dari industri tekstil.
Pohon Plastik
Akibat tidak adanya pengelolaan sampah yang baik, pada video dokumentasi Prigi, dapat kita temukan pula pohon plastik. Pohon ini bukanlah pohon buatan melainkan pepohonan asli yang tumbuh di sekitar sungai. Mamun ranting-rantingnya penuh sampah plastik yang berada di badan air sungai dan tersangkut ketika air sungai sedang pasang.
Potret Masyarakat Indonesia yang Bermukim di Sekitar Sungai
Nampak dari video berdurasi 40 menit 55 detik tersebut bahwa di sekitar tepian sungai masih banyak sampah plastik yang dibuang sembarangan dan tidak dilakukan pengolahan dengan baik. Warga di sekitar pun masih kerap membakar sampah untuk menyelesaikan sampah rumah tangganya.
Padahal berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Detania Faridawati, pembakaran sampah dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi pada atmosfer bumi sehingga menyebabkan polusi udara. Selain berdampak pada lingkungan, pembakaran sampah juga menjadi penyebab penyakit ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Penurunan Debit Air
Tidak hanya pemandangan sekitar air sungai yang tidak terawat, dan kualitas air yang menurun. Air sungai Citarum juga mengalami penurunan debit air. Dulu bisa mencapai 50 liter per detik. Kini hanya berkisar di angka 19 liter per detik. Hal ini warga mengasumsikan akibat adanya pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Sehingga memutus rantai aliran air sungai yang saat ini masih dapat mereka gunakan sebagai sumber air bersih yang pemerintah kelola.
Komunitas Cinta Alam Indonesia (CAI)
Dalam bahasa sunda sendiri, Cai bermakna air. Untuk melindungi air sungai Citarum, komunitas CAI telah melakukan penanaman berbagai jenis tanaman bambu. Hal ini selaras dengan ulasan Prof. Dr. Elizabeth Anita Widjaja yang menyebutkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tanaman bambu dapat menahan laju erosi hingga lebih dari 80% dalam waktu 5 tahun.
Kepedulian Pemerintah
Ketika masyarakat ditanya terkait pengangkutan sampah, masyarakat menjawab ada petugas pengangkut sampah yang mengambil sampah dari tempat penampungan sampah di permukiman atas sungai.
Pada video dokumenter ini kita temukan pula bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar tepian sungai mulai takut membuang sampah langsung ke badan air sungai. Bukan karena takut adanya pencemaran lingkungan. Melainkan takut apabila mereka kena denda jika perbuatannya terdokumentasi dan dilaporkan ke petugas terkait.
Di beberapa tempat, pemerintah Bandung juga mulai memberikan papan edukasi dengan menggunakan bahasa daerah seperti “Kamu Nyampah, Bandung Caah”. Artinya kalau kamu nyampah (buang sampah sembarangan), Bandung banjir. Ada pula kalimat lain seperti “Kamu Nyampah Loba Wabah”. Artinya kalau kamu buang sampah sembarangan, bisa mendatangkan wabah penyakit.
Sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap kualitas air sungai Citarum, pemerintah juga menjadikan sungai Citarum masuk dalam 22 program pemerintah dengan slogan Citarum Harum.
Mungkin perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang panjang, tetapi kita bisa membuatnya menjadi lebih cepat dengan beberapa cara. Pertama, turut mendukung dan memantau program pemerintah terkait air sungai.
Kedua, melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah baik padat maupun cair secara bertahap. Ketiga, mendukung aksi para pegiat lingkungan, jurnalis, dan peneliti dengan cara membagikan konten-konten terkait yang telah mereka buat. Tujuannya agar tidak hanya masyarakat Bandung yang peduli terhadap sungai Citarum. Tetapi seluruh masyarakat Indonesia pun peduli terhadap kesehatan dan kebersihan air sungai Indonesia.
Keempat, mulai mengedukasi pentingnya air sungai yang bersih untuk generasi yang akan datang. Kita mulai dari gerakan terkecil masyarakat yaitu di lingkup rumah tangga. Untuk kemudian mencoba konsisten menerapkan gaya hidup sehat untuk sungai yang sehat. []