• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menilik Kasus Syahnaz dan Jeje, Ketika Perempuan Bisa Menjadi Pelaku Kekerasan

Melihat fakta kasus perselingkuhan, Syahnaz telah melakukan kekerasan secara psikis kepada Lady Nayoan, juga kepada suaminya Jeje

Zahra Amin Zahra Amin
28/06/2023
in Personal
0
Perempuan Bisa Menjadi Pelaku Kekerasan

Perempuan Bisa Menjadi Pelaku Kekerasan

808
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Satu pekan ini kasus perselingkuhan artis mewarnai pemberitaan. Bahkan wara-wiri di laman media sosial kita, trending topik di twitter, serta fyp di TikTok. Kita sampai hapal di luar kepala reka adegan, chat yang menggunakan aplikasi Gojeg, hingga tato yang bergambar wanita idaman lain. Ya, perselingkuhan Syahnaz dan Rendy, yang mengorbankan pasangan masing-masing. Jeje dan Lady Nayoan.

Peristiwa di atas tak ayal mendapat perhatian sejumlah pihak. Dian Kartika Sari Handayani, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Periode 2015-2020 turut bersuara, dan mengungkapkan melalui akun TikToknya @diankshandayani bahwa ternyata perempuan bisa menjadi pelaku kekerasan.

Secara tegas perempuan yang biasa saya sapa Mbak Dian ini mengatakan harus ada cancel culture bagi Syahnaz karena telah menjadi pelaku kekerasan psikis terhadap Jeje dan Lady Nayoan. Karena akibat perbuatannya itu, banyak orang yang telah ia sakiti.

Melihat Dari Aspek Gender

Sebelum membincang soal cancel culture, Mbak Dian terlebih dulu mengulas tentang aspek gender yang ada dalam kasus perselingkuhan tersebut. Menurutnya kalau  melihat cerita dari apa yang disampaikan oleh beberapa media dan Lady Nayoan, kita kemudian sadar bahwa sesunggguhnya kekerasan itu bisa dilakukan oleh laki-laki atau perempuan.

“Dulu orang selalu berpikir perempuan merupakan korban dari kekerasan, dan laki-laki adalah pelaku kekerasan. Tapi fakta perselingkuhan mereka ini, menunjukkan bahwa perempuan ketika dia punya power, kedudukan, atau posisi yang lebih tinggi dia bisa melakukan kekerasan dengan sesama perempuan ataupun dengan laki-laki.”, ungkap Mbak Dian.

Baca Juga:

Guru Besar dan Penceramah Agama Ketika Relasi Kuasa Menjadi Alat Kekerasan Seksual

Ketika Perempuan Menjadi Korban Kekerasan Seksual yang Berlapis

Menilik Child Grooming dan Kasus Kim Sae Ron

Membaca Ulang Kalimat : “Biarkan Suami Selingkuh, Asal Uang Belanja Lancar”

Lebih lanjut ia mengatakan dalam kasus Syahnaz karena dia merasa sangat dicintai. Si Jeje sangat bucin terhadap Syahnaz, dan dia merasa tahu Rendy bahwa sangat takluk pada dia, maka dia terus menerus melakukan hubungan dengan Rendy. Apa yang dilakukan oleh Syahnaz ini adalah bentuk kekerasan. Bukan kekerasan secara fisik, tapi lebih pada kekerasan secara mental.

Kekerasan Psikis

Melihat fakta kasus perselingkuhan tersebut, Syahnaz telah melakukan kekerasan secara psikis kepada Lady Nayoan, juga kepada suaminya Jeje. Karena itu sesungguhnya kita harus tahu bahwa perselingkuhan atau perebut laki-laki atau istri orang lain, ataupun relasi yang menyakiti mental itu adalah bentuk kekerasan secara mental.

Mbak Dian menyarankan pada media-media agar memberi sanksi sosial terhadap Syahnaz. Yakni dengan memberlakukan cancel culture sebagaimana yang terjadi pada Saipul Jamil, pasangan Lesti-Billar, dan deretan artis lainnya.

“Nah, harusnya media-media, atau produsen hiburan memberi perhatian dalam persoalan ini. Siapapun yang merupakan pelaku kekerasan seharusnya dia tidak ditampilkan media. Seperti kasus Lesti dan Billar, media sudah mengambil peran yang cukup baik, yaitu dengan tidak menampilkan pelaku kekerasan. Dalam kasus Syahnaz, Jeje, Lady Nayoan dan Rendy seharusnya pihak media tidak memunculkan Syahnaz karena dia adalah pelaku kekerasan psikis. Saya kira itu jelas, dan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.” Tegas Mbak Dian.

Bagaimana Mubadalah Melihat Kasus Ini?

Meminjam penjelasan Kiai Faqih Abdul Kodir dalam artikel “5 Faktor KDRT Artis terus Merebak dalam Perspektif Mubadalah” yang mengatakan bahwa Mubadalah adalah relasi dua pihak, seperti suami dan istri, dengan basis kesalingan dan kerjasama antara keduanya.

Dalam perspektif mubadalah, setiap kebaikan berkeluarga harus dilakukan keduanya dan dirasakan juga oleh keduanya. Begitupun keburukan dalam berkeluarga, harus dicegah dan dihindari keduanya. Masing-masing tidak boleh menjadi pelaku maupun korban.

Untuk menguatkan relasi mubadalah ini, masing-masing harus memegang teguh tiga prinsip pondasi: cara pandang bermartabat, adil, dan maslahah. Cara pandang bermartabat artinya masing-masing harus memandang diri dan pasangannya sebagai seseorang yang bermartabat dan patut untuk kita perlakukan secara baik dan mulia. Apapun posisi dan keadaan masing-masing, harus memulai dengan cara pandang yang bermartabat.

Pondasi Mengelola Relasi Pasutri

Ketika keadaan dan kapasitas keduanya berbeda, maka yang memiliki kapasitas lebih harus bertandang melindungi dan memberdayakan yang kurang. Baik secara fisik, ekonomi, sosial, maupun pengetahuan. Yang fisiknya kuat melindungi yang lemah. Yang ekonominya berlimpah mendukung yang kekurangan. Begitupun masalah sosial, spiritual, dan intelektual. Inilah perilaku dari prinsip yang kedua: adil.

Sementara maslahah artinya masing-masing harus berpikir dan berperilaku untuk kebaikan keluarga, untuk diri, pasangan, dan seluruh anggota keluarga lain. Untuk itu, juga membuka dan memfasilitasi potensi diri dan pasangan agar bisa maksimal dalam mewujudkan kebaikan dan juga menikmatinya.

Tiga prinsip ini menjadi pondasi untuk mengelola relasi pasutri yang terus menghadapi berbagai tantangan, bahkan tekanan hidup. Jika tiga prinsip ini tidak menjadi pondasi, maka pasutri artis maupun awam, kaya maupun miskin, terpelajar maupun tidak, akan rentan terjadi kekerasan sebagaimana kasus Syahnaz dan Jeje. Maka, dengan tiga prinsip ini, setidaknya ada lima faktor mengapa KDRT artis akan terus marak terjadi.

Ke lima faktor itu antara lain, cara pandang merendahkan, lupa kebaikan pasangan, kontrol diri lemah, pudarnya rasa berpasangan, dan nafsu yang berkuasa. Menilik penjelasan Kiai Faqih ini, semoga rumah tangga kita semua juga terhindarkan dari hal-hal yang demikian. []

 

 

Tags: ArtisJejeKekerasan Berbasis GenderKorban Kekerasanpelaku kekerasanperselingkuhanSyahnaz
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version