مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ، فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
Artinya : barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.
Mubadalah.id – Hadis di atas mengisyaratkan seseorang sebelum lebih jauh mengenal siapa Tuhannya hal utama yang harus dilakukan adalah mengenal diri sendiri. Namun, nyatanya fenomena yang terjadi hari ini masih banyak yang lebih mengenal orang lain dari pada mengenal diri dia sendiri. Maksud penulis adalah kita lebih pandai untuk menilai orang lain, dari pada menilai diri sendiri.
Kita lebih gampang menyalahkan orang lain dari pada introspeksi diri. Kalau dalam lirik syi’ir tanpo waton milik Gus Dur, Seneng ngafirke marang liyane, kafire dewe gak digatekke (Senang mengkafirkan yang lain, tetapi kafirnya sendiri tidak diurus). Kira-kira seperti itu fenomena yang terjadi hari ini. Oleh sebab itu agar hal tersebut tidak terjadi penting kiranya untuk mengenal beberapa konsep diri yang telah Al-Qur’an jelaskan.
Konsep Diri Dalam Al-Qur’an
Mengutip dari pmiigusdur.com William D Brooks mendifinisikan konsep diri sebagai “Those psychical, social, and psychological perceptions of our selves that we have derived from experiences and our interaction with other”. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri.
Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisik. Konsep ini bukan hanya gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian tentang diri. Jadi konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri).
Berangkat dari definisi konsep diri atas dan kaitannya dengan pentingnya mengenal diri sendiri sebagaimana yang penulis sebutkan di awal. Pada dasarnya al-Qur’an telah memperkenalkan bagaimana konsep dalam diri seseorang, baik apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan oleh dirinya sendiri, di antaranya adalah;
Self Love
Mencintai diri sendiri (self love) merupakan salah satu bentuk positif dalam mengapresiasi terhadap diri sendiri. Hal ini tentu dapat membentuk sebuah pemahaman bagaimana caranya memperlakukan diri dengan baik dan penuh kasih sayang. Kalimat bijak yang sering kali kita dengan “jadilah seperti lilin yang rela meleleh demi menerangkan ruangan yang ia tempat” yang kita artikan rela berkorban demi orang lain.
Menurut penulis hal tersebut merupakan salah satu bentuk tidak mensyukuri terhadap apa yang Tuhan berikan. Terlebih lagi sampai menyakiti diri sendiri (self harm) sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 195.
وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِۛ وَاَحْسِنُوْاۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: berinfaklah di jalan Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
“Janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah” adalah bentuk dan isyarat mencintai diri sendiri dan lebih mengutamakan diri sendiri, maka setelah itu berbuat baiklah untuk dirimu sendiri baru setelah itu berbuat baik kepada orang lain.
Selfish
Perlu kita perhatikan bahwa mencintai diri sendiri (self love) merupakan hal yang sangat baik, tetapi dengan catatan jangan terlalu berlebihan. Jika terlalu berlebihan maka dapat memunculkan sifat selfish.
Mengutip dari halodoc.com selfish merupakan sifat yang seringkali membuat orang bertindak demi kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan dampaknya terhadap orang lain. Singkatnya dalam bahasa inggris selfish artinya egois. Larangan untuk bersfiat egois sendiri terdapat pada QS. Al Mukminun ayat 71
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ اَهْوَاۤءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ بَلْ اَتَيْنٰهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَ
Artinya: seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, niscaya binasalah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Bahkan, kami telah mendatangkan (Al-Qur’an sebagai) peringatan mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.
Narasi “seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka”, menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah maksud kalimat itu adalah mengikuti hawa nafsu mereka yang penuh dengan kebatilan. Yaitu keinginan menang sendiri, mengabaikan, dan membenci kebenaran.
Seandainya ketetapan Allah berjalan mengikuti keinginan dan kehendak hawa nafsu orang-orang kafir, tentu tata aturan di muka buka tidak akan berjalan dengan baik, bahakan menjadi kacau.
Sebagai makhluk yang dituntut untuk saling peduli dan tidak mementingkan diri sendiri, maka sifat selfish harus kita hilangkan dalam diri sendiri. Selain merugikan orang lain, sifat ini juga dapat merugikan diri sendiri.
Self Awareness
Kesadaran diri merupakan wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri atau pemahaman diri sendiri (Maharani, 2016). Sederhananya adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri. Perlu kita sadari bahwa dengan memahami diri sendiri kita akan dapat menemukan berbagai potensi dalam diri, sehingga dapat meningkatkan kualitas diri. Al-Qur’an sendiri telah menyinggung terkait keasadaran diri yaitu pada QS. Al-Taubah ayat 126
اَوَلَا يَرَوْنَ اَنَّهُمْ يُفْتَنُوْنَ فِيْ كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً اَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوْبُوْنَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُوْ
Artinya: Dan Tidak kah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?
Dalam bahasa keislaman self awareness kita kenal dengan istilah muhasabah. kalimat “tidak mengambil pelajaran?” pada ayat di atas merupakan sebuah kode untuk diri sendiri bahwa pentingnya melakukan muhabasah. Hal ini kita perlukan sebagai sarana menilai dan memeriksa kembali perbuatan apa yang sudah kita lakukan. Di sisi lain muhasabah juga merupakan cara untuk memperbaiki diri.
Lebih Dekat Dengan Diri Sendiri
Tiga konsep tentang diri yang terdapat dalam al-Qur’an di atas merupakan hal-hal yang harus kita sadari. Perlu kita perhatikan bahwa self love dan self awareness adalah dua hal yang harus kita praktikkan secepat mungkin, sedangkan selfish adalah sesuatu yang harus kita hindari.
Konsep tentang diri dalam al-Qur’an pada dasarnya mengajak kita untuk mengenal lebih dekat dengan diri sendiri. Harapannya agar kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Di sisi lain tentu saja yang tidak kalah penting adalah dapat mengenal siapa Tuhan kita. Sebagaimana hadis yang telah penulis sebutkan di awal tulisan. Wallahua’lam. []