Mubadalah.id – Bulan Ramadan merupakan bulan penuh kemuliaan dan keberkahan, oleh karena itu umat Muslim akan menyambut kedatangannya dengan suka cita. Di bulan Ramadan juga terdapat malam yang sangat mulia, yaitu malam Nuzulul Qur’an.
Nuzulul Qur’an merupakan malam diturunkannya wahyu pertama pada Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, untuk merayakannya, masyarakat Indonesia biasanya mengadakan pawai obor.
Pawai obor adalah iring-iringan sekelompok orang yang dilakukan dengan berkeliling kampung sambil membawa obor yang terbuat dari bambu.
Potret ini juga yang terjadi di kampungku, di Kedungsana, Plumbon, Cirebon. Di sana, setiap menyambut malam Nuzulul Qur’an semua warga akan gotong royong menyiapkan bambu untuk dijadikan obor.
Kemudian setelah itu seluruh warga Plumbon, khususnya warga kampung Kedungsana, akan berbondong-bondong ikut jalan kaki sambil membawa obor menuju balai desa. Biasanya arak-arakan ini diiringi gema sholawat, puji-pujian dan pukulan rebana maupun bedug yang saling bersautan.
Sesampainya di balan desa, beberapa dari mereka akan melakukan atraksi berupa bola api dan sembur api (menyeburkan api dari mulut dengan bantuan minyak tanah dan obor).
Bagi kami tradisi obor keliling ini sangat unik dan menarik. Karena dalam tradisi ini dilakukan beramai-ramai dengan berkeliling dari mulai gang-gang kecil menuju ke balai desa, baik dari kalangan anak-anak, remaja. Bahkan orang tua sekalipun, semuanya ikut berkontribusi dalam memeriahkan tradisi ini.
Di sisi lain, tradisi obor keliling juga menjadi salah satu sarana bagi warga Kedungsana untuk mempererat tali persaudaraan. Karena lewat tradisi ini, kami bisa sama-sama saling bertemu, berdialog dan juga memeriahkan malam Nuzulul Qur’an. Sehingga relasi kami dengan sesama warga Kedungsana semakin erat dan harmonis.
Makna Tradisi Obor Keliling
Melansir dari medcom.id, pawai obor atau obor keliling mempunyai berbagai makna, di antaranya ialah:
Pertama, simbol cahaya. Api dalam obor melambangkan sebuah cahaya yang menerangi jalan untuk menuju kehidupan manusia. Di sisi lain, obor juga bermakna sebagai petunjuk serta arahan dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.
Kedua, rasa syukur dan harapan. Obor keliling merupakan wujud rasa syukur dan harapan umat Islam dalam menyambut Nuzulul Qur’an.
Ketiga, menjalin kebersamaan. Obor keliling tidak dilakukan sendiri, melainkan bersama-sama. Orang-orang yang mengikuti kegiatan ini akan berjalan secara beriringan. Hal tersebut tentunya bisa menjadi salah satu cara mempererat kebersamaan antar umat muslim, bahkan seluruh masyarakat.Tradisi ini juga dapat mengajarkan nilai-nilai lainnya, seperti solidaritas, saling mendukung, dan persatuan.
Tentu saja filosofi ini sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat, termasuk warga Kedungsana, Plumbon Cirebon.
Keempat, memperkuat identitas Islam. Dengan melakukan tradisi obor keliling dapat menjadi salah satu cara kita dalam menyebarkan nilai-nilai dan ajaran Islam.
Kelima, menghormati sejarah. Malam Nuzulul Qur’an merupakan salah satu malam yang penuh sejarah, karena di malam ini pertama kali Allah menurutkan wahyunya pada Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu mengingat dan memeriahkan malam ini, termasuk pada salah satu cara kita menjaga sejarah dalam Islam.
Melihat makna dari tradisi obor keliling ini, aku kira menjadi wajib bagi kita untuk terus melestarikan tradisi tersebut. Karena selain untuk hiburan warga sekitar, tradisi ini juga mempunyai makna yang mendalam. Di antaranya ialah gotong royong, solidaritas, mempererat tali perssaudaraan dan juga melestarikan sejarah Islam.
Dengan begitu, jika di kampungmu masih ada tradisi-tradisi semacam obor keliling, yuk kita jaga bareng-bareng supaya tetap ada. Sehingga nilai-nilai dan ajaran Islam bisa kita sebarkan bukan hanya lewat ritual ibadah saja, tetapi juga melalui pendekatan tradisi. []