Mubadalah.id – Hubungan seksual yang sehat persis seperti makan dan minum. Ia menjadi kebutuhan penting bagi sekalian manusia dewasa. Mengingat, keberadaannya terkait erat dengan kesehatan jasmani, yang bisa berdampak pada kesehatan rohani pula.
Namun, hubungan seksual yang sehat ini juga tidak boleh berlebihan. Jika terlalu sering, akan mengganggu kesehatan jasmani, dan sudah barang tentu mengusik ketenangan rohani. Sebagaimana makan dan minum di mana menjadi kebutuhan primer umat, harus dilakukan namun tidak boleh berlebihan. Jadi, berhenti mengonsumsi apapun itu berbahaya demkian juga mengkonsumsi terlalu banyak, tak kalah bahaya.
Dalam kaidah edukasi seks sehat disebutkan, “Inna fi habsihi dharar(an) ‘adhzim(an) wakadza fi ikhrajihi katsir(an)” (Sperma yang tidak dikeluarkan dalam waktu yang lama akan membahayakan si empunya, demikian pula jika terlalu sering dikeluarkan). Karenanya, penting barangkali para pengantin baru mendengarkan nasehat para ulama dan dokter yang pakar dalam bidang ini.
Berikut kami akan sajikan beberapa nasehat mereka untuk seksual yang sehat, yang disarikan dari kitab Qurratul A’yun fi an-Nikah as-Syar’i wa Adabihi karya kiai Muhammad bin Abdul Qadir Bafadhal. Di dalamnya, terdapat sebuah pasal yang berjudul, Fashl(un) fi Nashihatil Athibba’ wa Ahlil ‘Ilmi fi al-Jima’ (Seksual, dalam Lembaran Nasehat Dokter dan Ulama). Berikut rinciannya;
Pertama, melakukan seksual saat gejolak syahwat dan sperma yang matang
Jika berhubungan seksual, sangat dianjurkan ketika kondisi gejolak syahwat masing-masing pasangan sedang meninggi. Sebab, hubungan seksual itu antara candu dan bosan. Tergantung apakah mendapatkan kepuasan maksimal atau tidak. Dan, kepuasan maksimal ini erat kaitannya dengan kondisi syahwat, apakah tengah meninggi atau menurun.
Untuk mencegah kebosanan, sebaiknya jauhi seks saat syahwat salah satu atau kedua pasangan menurun, agar mendapatkan kepuasan yang maksimal. Khusus pria, sebaiknya melakukan seks setelah sperma mencapai kematangannya. Selain terkait dengan kesehatan si pria, sperma yang matang akan lebih mudah membuahi sel telur.
Dalam Qurratul A’yun (hal. 17) disebutkan;
ولا يجمع بين مرتين في يوم وليلة ففيه ضرر عظيم خصوصا مع كثرة الجماع واستفراغ المني اوّلا ثم يأخذ من دم الغذاء ومن الرطوبة الأصلية فيكون سببا للهلاك والعطب
Artinya, “Sebaiknya tidak melakukan seks dua kali dalam sehari semalam, sebab akan ada efek negatif yang terjadi pada tubuh, apalagi sampai berulang kali dalam sehari semalam, saat sejak awal sperma dalam kondisi sudah terkuras. Dampaknya, saat ejakulasi yang keluar adalah darah yang bercampur dengan cairan tubuh kita sendiri (tidak murni dari sari pati makanan). Itulah awal dari robohnya stabilitas kesehatan tubuh.”
Kedua, memilih waktu yang tepat dan kondisi hati yang menyenangkan
Memilih waktu yang tepat untuk berhubungan seksual dengan kondisi hati yang tenang; seperti mood yang sedang membaik, tidak saat marah, sakit, kesal, galau, stress, dan seterusnya, termasuk seks yang menjanjikan kesehatan fisik dan psikis.
Sebab jika pasangan “kita datangi” tidak dalam kondisi fisik dan jiwa yang baik, tentu seksual tersebut tidak lagi menyenangkan baginya. Itu hanya akan menambah sakit, atau setidaknya rasa letih yang akut. Jika relasi ranjang seringkali demikian, semakin lama bangunan rumah tangga akan mengalami keretakan. Saat itulah urusan telur goreng yang kurang garam atau sambal yang terlalu pedas menjadi masalah besar. Tak sedikit kondisi seperti ini mengantarkan pada perceraian.
Ketiga, menggunakan posisi seks yang sehat
Posisi perempuan terlentang di bawah dan laki-laki di atasnya-seraya bercumbu mesra, baik dengan gerak tubuh saja maupun sambil kita bisiki kata-kata yang romantis-adalah posisi paling nikmat dan sehat, seperti yang banyak disampaikan para ulama dan dokter.
Adapun posisi perempuan di atas dan laki-laki di bawah, kata syekh Muhammad bin Abdul Qadir Bafadhal dalam Qurratul A’yun (hal. 18) termasuk posisi yang tidak baik. Karena posisi seperti itu akan mempersulit ejakulasi laki-laki. Jika pun akhirnya ejakulasi, sperma tidak akan keluar dengan tuntas. Selain itu, kita khawatirkan cairan dari kelamin perempuan masuk melalui lubang alat kelamin laki-laki. Dan, itu dapat menimbulkan banyak penyakit yang tidak remeh.
Namun, sebagai bentuk tanggung jawab intelektual, penting kiranya kita mendapat penjelasan dari para pakar medis secara lebih detail.
Sedangkan posisi berdiri, menurut syekh Nawawi al-Bantani dapat membahayakan kesehatan. Penulis Qurratul A’yun mengutip;
قال العلامة محمد نواوي البنتاني رحمه الله: إعلم أن الجماع قائما يضر الإنسان غاية الضرر ويورث له الخفقان أي إضطراب القلب وذات الجنب والصداع فهذه الأمراض قد تحصل تارة على الفور وتارة على التراخي في آخر العمر
Artinya, “Syekh Nawawi al-Bantani berkata, ‘Ketahuilah bahwa melakukan seks dengan cara berdiri akan berbahaya besar bagi pelakunya, mengidap gangguan jiwa, penyakit lambung, dan pusing. Penyakit-penyakit ini terkadang diidap seketika, kadang juga dirasakan nanti di masa senjanya’.”
Keempat, memiliki waktu seks yang periodik
Mengatur waktu seks yang periodik merupakan faktor pendorong yang cukup besar untuk kesehatan pasangan suami-istri. Kitab Qurratul A’yun menjelaskan;
فالأصح لهما في الأسبوع مرتين أو ثلاثة متفرقات
Artinya, “Seksual yang paling sehat bagi kedua pasangan adalah berhubungan dua kali atau tiga kali dalam sepekan pada hari yang berbeda-beda.”
Waktu seks yang priodik bukan hanya berguna bagi kesehatan, tetapi juga-menurut syekh Muhammad bin Abdul Qadir Bafadh-berperan penting dalam membantu proses kehamilan istri. Wallahu a’lam apakah ini benar-benar sesuai dengan ilmu kedokteran atau justru sebaliknya. Jelasnya, kiai Muhammad Bafadhal menulis statemant itu di akhir pembahasan pasal ini. Ia menulis;
واعلم أنه لا ينبغي الإكثار من إتيان النساء فإن المرأة تحبل من القليل ويفسد من الكثير
Artinya, “Ketahuilah! Tidak baik terlalu sering melakukan seksual dengan istri, karena perempuan itu lebih potensial hamil ketika ia jarang digauli dan akan lebih sulit hamil jika digauli terlalu sering.”
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab. []