• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Nazhirah Zainuddin Berjuang Membela Kaum yang Tertindas

Nazhirah Zainuddin tampaknya sangat menyadari, bahkan mengalami betapa pandangan keagamaan belum memihak kepada keadilan bagi perempuan.

Redaksi Redaksi
13/12/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nazhirah Zainuddin

Nazhirah Zainuddin

761
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sama seperti para perempuan aktivis lainnya, Nazhirah Zainuddin bekerja dan berjuang membela kaumnya yang tertindas.

Ia menggugat otoritas laki-laki dalam banyak hal, termasuk otoritas pengetahuan keagamaan.

Baginya, perempuan mempunyai hak untuk menjadi penafsir teks-teks suci, baik al-Qur’an maupun hadits Nabi Saw.

Ia menulis dua buku untuk membicarakan persoalan ini: As-Sufur wa al-Hijab dan Al-Fatat wa asy-Syuyukh. Secara literal, as-sufur berarti tanpa kerudung, terbuka.

Sementara, al-hijab berarti pembatas atau tirai, meski kemudian berkembang menjadi bermakna jilbab atau cadar. Sedangkan al-fatat wa asy-Syuyukh berarti perempuan muda dan orang tua.

Baca Juga:

Keadilan untuk yang Tertindas

Nabi Muhammad Saw Membela Non-Muslim yang Dizhalimi oleh Seorang Muslim

Bentuk Advokasi Nabi Muhammad Saw kepada Masyarakat yang Tertindas

Mendengar dan Merespon Suara Perempuan

Dalam buku Al-Fatat wa asy-Syuyukh, Nazhirah Zainuddin menyatakan bahwa perempuan mempunyai hak dalam menafsirkan al-Qur’an dan menulis fiqh.

Ia berkata: “Tentu, jika perempuan mempunyai hak untuk terlibat dalam hukum-hukum agama. Ia juga berhak dalam berijtihad, baik melalui cara tafsir (pemahaman eksoterik) maupun takwil (pemahaman esoterik). Bahkan, perempuan lebih patut dan relevan untuk menafsirkan ayat-ayat terkait dengan hak dan kewajibannya, karena ia lebih mengerti tentang persoalan dirinya daripada orang lain.” (hlm. 179).

Nazhirah Zainuddin menulis buku yang menimbulkan kontroversi hebat: As-Sufur wa al-Hijab.

Para intelektual muslim di banyak negara mengecam keras buku ini dan menuduhnya sebagai pikiran asing dari Islam.

Meskipun telah menjadi klasik, buku ini tentu tetap saja relevan dengan situasi terkini kita. Buku ini bahkan dapat menjadi bekal pengetahuan para aktivis perempuan, terutama yang beragama Islam.

Buku As-Sufur wal al-Hijab mengupas secara panjang lebar hal-hal yang berkaitan dengan perempuan, terutama tentang jilbab dalam perspektif dan semangat pembelaan terhadap perempuan.

Nazhirah Zainuddin tampaknya sangat menyadari, bahkan mengalami betapa pandangan keagamaan belum memihak kepada keadilan bagi perempuan.

Melalui buku ini, ia bekerja secara intelektual melakukan analisis kritis terhadap pandangan-pandangan konvensional tersebut.

Pada zamannya, ia boleh jadi merupakan satu-satunya perempuan, bukan hanya di dunia Arab, melainkan juga di dunia Islam, yang melakukan kajian tafsir feminis secara ilmiah dan dengan perspektif serta ruh perempuan muslimah. []

Tags: BerjuangKaummembelaNazhirah ZainuddinTertindas
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version