• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Rujukan Hadits

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (6): Ketika Nabi Berdiri Menyambut Kedatangan Perempuan

Nabi sangat memuliakan perempuan dan anak-anak sebagai entitas sosial secara utuh yang ikut berpartisipasi dalam acara-acara sosio-keagamaan semisal walimah

Moh Soleh Shofier Moh Soleh Shofier
10/10/2023
in Tak Berkategori
0
Al-Sittīn Al-‘Adliyah Nabi Perempuan

Al-Sittīn Al-‘Adliyah Nabi Perempuan

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah. id – Dalam hadis yang ke 14 dalam kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah Kang Faqihuddin mencantumkan hadis yang menggambarkan bagaimana Nabi Muhammad saw. berdiri tuk menyambut kedatangan perempuan beserta anak-anak kecil. Berdiri sebagai simbol penghormatan penuh kepada perempuan di saat yang lain enggan melirik keberadaan perempuan kecuali sebagai komoditi.

Imam Bukhari mencatat:

 حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ، عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: «رَأَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم النِّسَاءَ وَالصِّبْيَانَ مُقْبِلِينَ قَالَ: حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ مِنْ عُرْسٍ، فَقَامَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُمْثِلًا فَقَالَ: ‌اللَّهُمَّ ‌أَنْتُمْ ‌مِنْ ‌أَحَبِّ ‌النَّاسِ إِلَيَّ قَالَهَا ثَلَاثَ مِرَارٍ.»

“Dari Anas, berkata: Suatu saat Nabi Saw melihat beberapa perempuan dan anak-anak datang mendekat –mungkin datang dari suatu pesta pernikahan. Nabi Saw bergegas berdiri menyambut mereka: “Kamulah orang-orang yang paling saya cintai”. Tiga kali Nabi Saw mengatakan hal ini di depan mereka. (HR. Bukhari).

Ketika Nabi Berdiri Menyambut Kedatangan Perempuan

Dalam kitab syarah-syarah hadis, perempuan yang dalam hadis tersebut adalah kalangan Anshar. Di mana saat perempuan tersebut datang bersama anak-anak menghadiri walimah Nabi menyambutnya begitu gembira sehingga beliau berdiri. Tidak cukup berdiri, juga menyapanya dan bahkan mengungkapkan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling Nabi cintai.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Mengenai orang-orang yang dicintai oleh Nabi, Imam al-Suyuthi menakwilnya lantaran ada sisi paradoks dengan hadis lainnya yang mengungkapkan bahwa orang yang paling dicintai adalah Abu Bakar.

Menurut Imam Al-Suyuthi, manusia yang paling Nabi cintai, yaitu adalah kalangan Anshar secara keseluruhan bukan secara personal. Sebab perempuan yang dimaksud adalah kalangan Anshar, (Al-Tausyih Syarah Al-Jamik Al-Shahih, 6/3287).

Semua Perempuan Mendapat Penghormatan Nabi

Tetapi demikian, andai Imam Al-Suyuthi konsekuen, harusnya orang yang paling Nabi cintai tidak hanya terbatas kalangan Anshar, melainkan seluruh perempuan yang ada. Sebab secara lahir Nabi menyebutkan perempuan sebagaiaman dalam Al-Sittīn Al-‘Adliyah, terlepas dari kalangan mana pun.

Artinya, Nabi sangat memuliakan perempuan dan anak-anak sebagai entitas sosial secara utuh yang ikut berpartisipasi dalam acara-acara sosio-keagamaan semisal walimah. Dengan demikian sangat relevan dengan sebagian ulama yang menempatkan hadis tersebut sebagai bab “kehadiran perempuan dan anak-anak dalam acara walimah” tanpa melihat orang Anshar atau bukan

Imam Bukhari menempatkan hadis itu sebagai bab kehadiran perempuan dan anak-anak dalam pesta pernikahan sebagaimana Ibnu Hajar al-Asqalani dan Badruddin Al-‘Aini. Komentar Ibnu Hajar cukup menarik, beliau mengatakan;

كأنه ترجم بهذا لئلا يتخيل أحد كراهة ذلك فأراد أنه مشروع بغير كراهة

“Seolah-olah bab ini untuk memberikan disclaimer agar seseorang tidak memiliki persepsi bahwa perempuan dan anak-anak tidak boleh (makruh) berpartisipasi dalam pesta. Maka penyusun menghendaki bahwa hal tersebut legal tanpa adanya kemakruhan”.

Mengapa Nabi Mengucapkan ‌اللَّهُمّ

Dalam matan Hadis itu pula terdapat redaksi Allahumma sebelum Nabi mengungkapkan bahwa perempuan yang datang adalah manusia yang paling ia cintai. Menurut Ibnu Hajar, hal itu untuk tabarruk atau meminta persaksian kepada Tuhan akan ketulusan ucapan Nabi.

Ditambah pengulangan ucapan Nabi sebanyak tiga kali yang menegaskan bahwa Nabi sungguh-sungguh menghormati perempuan. Tidak hanya sebagai ibu dan anak, melainkan entitas sosial yang aktif berpartisipasi.  Tujuan Nabi untuk menjungkir balikkan tradisi dan budaya yang ada, yang kurang mengapresiasi perempuan dan anak terlebih dalam acara sosio-keagamaan.

Ragam interpretasi Mumtsilan (مُمْثِلًا)

Dalam syarah-syarah hadis, redaksi Mumtsilan (مُمْثِلًا) memiliki makna suatu tindakan berdiri tegak dari duduknya lantaran menghormati seseorang yang datang sebagaimana kang Faqih menjabarkannya.  Dalam riwayat yang lain, menggunakan redaksi Mumtannan (ممتنا) yang memiliki makna bahwa berdiri tegas secara cepat sembari tak sabar gegara gembira dengan orang yang datang, (‘Umdatul Qari Syar Shahih Al-Bukhari, 20/162).

Sedangkan lainnya berpendapat bahwa mumtannan berasal dari kata Imtinan yaitu suatu karunia, kemuliaan, dan keagungan sebagaimana Al-Qurthubi cenderung ke penafsiran tersebut. Sebab, seseorang yang mendapat penghormatan dari Nabi maka sungguh orang tersebut sudah mendapat hal yang paling agung. Dalam konteks hadis itu adalah perempuan dan anak-anak.

Bila Nabi Berdiri menghormat Tamu, Mengapa berdiri Menghormat Nabi bid’ah?

Saya sedikit heran, ada sebagian yang mempersoalkan tindakan berdiri saat membaca maulid atau marhabanan (Madura-red). Padahal Nabi berdiri tegak menyambut perempuan yang datang sebagai penghormatan. Mengapa kita tidak boleh berdiri untuk menyambut manusia yang paling agung, Nabi Muhammad?

Bukankah tujuannya adalah sama-sama menghormati? Apakah tidak cukup hadis di atas sebagai landasan tradisi yang berlaku di masyarakat yaitu berdiri sebagai bentuk pengagungan terhadap Nabi-nya?

Dalam I’anah Al-Thalibin menukil Syekh al-Halaby dalam kitab sirah-nya mengatakan bahwa ada sebuah cerita dari beberapa orang tentang Imam al-Subkiy (pengarang kitab jam’ul jawami’).

Suatu ketika beliau berkumpul dengan ulama-ulama sezamannya dalam satu majlis. Pada saat seorang Munsyid membacakan perkataan al-Sharshari tentang pujian kepada nabi yakni (قليل لمدح المصطفى……. الى جثيا على الركب) , Imam Subkiy dan orang-orang yang hadir di majlis tersebut berdiri bersama sehingga ada aura kebahagiaan besar yang tampak pada saat itu di moment perayaan Maulid. “

Sedikit Ikhtishar

Sebagai penutup, mengenai kajian kitab Al-Sittīn Al-‘Adliyah edisi kali ini yang menjelaskan penghormatan Nabi kepada perempuan akan kami ringkas. Sekurang-kurangnya, hadis di atas mengajarkan:

Pertama, keutamaan yang agung kepada perempuan dan anak-anak yang berpartisipasi acara sosio-keagamaan.

Kedua, boleh memuji manusia di hadapannya sekiranya ada indikasi kuat akan tambah termotivasi melakukan kebajikan. Ketiga, disyariatkannya perempuan dan anak-anak hadir dalam acara walimah.

Keempat, disyariatkan berdiri untuk menyambut orang-orang yang datang, termasuk perempuan apa lagi Nabi Muhammad. Kelima, adalah tawaduk dan interaksi yang baik kepada siapa pun. []

Tags: Al-Sittīn Al-‘Adliyahmenghormati perempuanNabi Berdirinabi muhammadngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyahperempuan
Moh Soleh Shofier

Moh Soleh Shofier

Dari Sampang Madura

Terkait Posts

Menghindari Zina

Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

17 Januari 2024
Laki-laki dan Perempuan Berduaan

Benarkah Ada Setan di Antara Laki-laki dan Perempuan yang Berduaan?

27 Desember 2023
Gagasan Mubadalah

Melacak Gagasan Mubadalah dalam Hadits Telaah Faqihuddin Abdul Kodir

19 Oktober 2023
Al-Sittīn Al-‘Adliyah Perempuan

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (5): Mengapa Harus Menghormati Perempuan?

2 Oktober 2023
Al-Sittīn Al-‘Adliyah

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (4): Antara Idealitas dan Realitas Berinteraksi Sama Istri

25 September 2023
Hak hak Perempuan

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (3): Mengapa Membela Hak-hak Perempuan?

19 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version