Mubadalah.id – Persahabatan justru memudahkan seseorang di usia siap menikah untuk mendapatkan jodoh yang baik. Fenomena pacaran di kalangan remaja, bahkan usia belasan tahun, seperti sudah menjadi hal lumrah sekarang ini. Tak sedikit anak-anak seusia pelajar SMP bahkan SD sudah mengerti apa itu pacaran. Beberapa sudah memiliki pacar di sekolahnya. Mirisnya, di kalangan pelajar SMA kota-kota besar, menjomblo menjadi momok yang menakutkan.
Rasa tertarik kepada lawan jenis di usia remaja adalah sesuatu yang normal dan alami. Tetapi seperti apa rasa ini harus diaktualisasikan pada usia belia ini? Sebesar apakah manfaat jika masa-masa itu dilalui dengan berpacaran? Seberapa efektif pacaran sebagai usaha mendapatkan jodoh yang terbaik?
Menurut Nyai. Hj. Drs. Badriyah Fayumi, Lc., MA, pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi, Islam tidak mengenal istilah pacaran. Inilah yang sering disampaikan kepada santri-santrinya yang masih belia. Sebagai gantinya, Badriyah mengenalkan persahabatan. Beliau menasehati para santri untuk bersahabat dengan sebanyak mungkin orang dari beragam latarbelakang. Termasuk bergaul dengan lawan jenis secara sopan dan bermartabat, menghormati diri sendiri, menghormati siapapun.
Mengapa pacaran dilarang tetapi persahabatan dianjurkan?
Menurut Badriyah, pacaran itu ikatan dengan satu orang yang bersifat emosional. Ini tentu saja sia-sia jika anak di usia muda sudah diikat oleh satu orang. Ribet, pergaulan dan wawasan jadi terbatas. Pacaran biasanya didorong keinginan untuk menguasai dan mendikte pasangannya. Bahkan seringkali ada pemaksaan dan kekerasan atas nama cinta, padahal ujungnya menyengsarakan. Sedangkan persahabatan biasanya dipenuhi kepedulian, rasa ingin berbagi, dan menghargai sahabatnya. Pacaran juga biasanya menampilkan kepalsuan, karena didorong keinginan untuk tampil sempurna di mata pacarnya. Sedangkan sahabat biasanya tampil apa adanya. Tidak sedikit pacaran yang akhirnya berakhir pada kehamilan yang tidak diinginkan di usia remaja.
Menurutnya, persahabatan justru memudahkan seseorang di usia siap menikah untuk mendapatkan jodoh yang baik. Seseorang tinggal melakukan pendekatan dengan pilihannya dari sekian banyak sahabat yang sudah dikenal dan diketahui apa adanya itu. Insya Allah salah satunya akan menjadi jodoh yg sekufu (setara dan sederajat), tidak akan tertipu kepalsuan, dan akan indah hubungan antara laki-laki dan perempuan justru setelah menikah.
Di tengah pengaruh internet dan pornografi yang sedemikian rupa saat ini, kita seharusnya berbangga dengan kenyataan masih banyak remaja yang memilih tidak berpacaran. Kita harus mendukung mereka. Termasuk keberagamaan kita harusnya dikondisikan untuk memotivasi mereka bisa bersahabat dengan ceria, luas, dan bertanggung-jawab. Tanpa harus menjalani hubungan kekasih yang bersifat emosional, mengungkung, memaksa, dan menyia-nyiakan banyak waktu dan energi. Pada usia remaja, energi ini lebih baik untuk pengembangan diri, wawasan, dan pergaulan.