Mubadalah.id – Jaringan Ulama KUPI Muda, Nyai Tho’atillah Ja’far menyampaikan makna kemerdekaan bagi perempuan adalah dengan memberikan kesempatan kepada para perempuan agar perannya di ranah publik lebih terbuka.
“Melalui pemaknaan kemerdekaan yang penuh kesadaran, diharapkan peran dan peluang perempuan di Indonesia untuk memberi kemanfaatan di ranah publik makin terbuka lebar,” katanya, saat Mubadalah.id wawancara, belum lama ini.
Sementara itu, perempuan yang kerap disapa Bu Nyai Thoah itu mengajak melalui jaringan KUPI, maka segala penafsiran tentang hak dan tanggung jawab perempuan harus kembali kepada semangat kesetaraan.
“Semua orang, baik laki-laki dan perempuan, harus diberi ruang dan kesempatan yang sama dalam melakukan kebaikan. Fastabiq al-khairat yang adil, tanpa pandang bulu,” tegasnya.
“Caranya adalah dengan membangun kesadaran secara kolektif maupun individu,” tambahnya.
Selain itu, Pengasuh Pondok Pesantren Putri KHAS Kempek, Cirebon itu juga meminta negara terutama di bidang pendidikan dan hukum sebaiknya harus membuat aturan dengan sistem yang setara.
Pasalnya, lanjut kata dia, hingga hari ini masih banyak yang membutuhkan aturan-aturan yang memiliki keberpihakan terhadap perempuan, terlebih dalam masalah hukum juga kerap merugikan kaum perempuan.
Kisah saat Perempuan Mengadu Kepada Rasulullah Saw
Bu Nyai Thoah menceritakan kisah yang menarik ketika ada seorang perempuan yang berani mengadu kepada Rasulullah Saw.
Kisah tersebut sebagai berikut :
Pada suatu waktu, seorang perempuan mendatangi Nabi Muhammad Saw. Ia hendak mengadukan keluh kesahnya terkait kesempatan belajar dengan Rasulullah Saw yang sebelumnya memang lebih mendominasi oleh para kaum laki-laki.
“Wahai Rasulullah, para laki-laki sudah biasa datang kepadamu untuk menimba ilmu. Maka berilah kami jatah hari untuk menemuimu.”
“Sehingga Engkau dapat mengajarkan kami apa yang telah Allah ajarkan kepadamu,” ucap perempuan itu seolah-olah melayangkan protes kepada baginda Nabi.
Rasulullah Saw pun tersenyum. Sebelum kemudian beliau bersabda, “Baiklah, hendaklah kalian berkumpul pada hari ini dan ini.”
“Dari kisah itu, Nabi merestui bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki hak tanggung jawab yang sama, terutama dalam bidang pendidikan,” tukasnya. (Rul)