Mubadalah.id – Bagi sebagian masyarakat yang masih memberikan stereotip bahwa perempuan sebagai sumber fitnah dengan pengertian tubuh yang memikat, penggoda, dan mengganggu laki-laki tersebut adalah tafsir dan pendefinisian masyarakat patriarki.
Perempuan dalam sistem sosial ini dianggap memprovokasi naluri hasrat laki-laki yang berpotensi menjerumuskannya ke dalam situasi yang merugikan dirinya, baik secara moral, spiritual, maupun material.
Oleh karena itu, perempuan harus dibungkus, dikerangkeng, dan dibatasi geraknya. Bahasa lain yang lebih lembut dan sopan adalah dilindungi dan dijaga ketika ja hendak melakukan aktivitasnya di luar rumah. Di sini, perempuan diposisikan sebagai objek yang dikorbankan demi kepentingan laki-laki.
Tafsir lain atas hadits tersebut yang mungkin lebih adil adalah bahwa hadits tersebut justru ingin menggugah kesadaran kaum laki-laki agar berhati-hati dan menjaga hidupnya dengan menundukkan pandangan matanya ketika melihat perempuan.
Menundukkan mata artinya mengendalikan matanya agar tidak liar dan melotot. Menjaga diri adalah menghormati martabat diri dengan tidak mengganggunya atau melecehkannya. Inilah maksud perintah Tuhan dalam QS. an-Nuur (24): 31 yang populer itu.
Jika laki-laki bisa melakukan demikian, sesungguhnya perempuan bisa bergerak di mana saja sebagaimana laki-laki, sepanjang menjaga kehormatan masing-masing. Mereka tidak perlu membatasi aktivitasnya di ruang publik-politik. Hal ini bisa menguntungkan semua.
Laki-laki juga Penggoda
Pertanyaannya, apakah hanya perempuan yang menjadi makhluk yang menarik hati, menggoda, dan mengganggu ketenangan lawan jenisnya?
Dengan kata lain, apakah hasrat dan gairah seksual hanya laki-laki miliki terhadap perempuan, dan tidak oleh perempuan terhadap laki-laki juga?
Para seksolog menyatakan bahwa hasrat-hasrat biologis adalah naluri-naluri instingtif manusia dan binatang, baik lakilaki maupun perempuan, jantan maupun betina.
Jadi, makhluk Tuhan yang laki-laki juga adalah sosok yang memiliki daya tarik, daya goda, dan mengundang hasrat libido makhluk perempuan.
Tuhanlah yang menganugerahkan naluri suci ini kepada makhluk-Nya, tanpa mengkhususkan kepada jenis kelamin laki-laki dengan kadar yang relatif sama.
Anugerah itulah yang membuat laki-laki dan perempuan eksis dan bisa menjalani kehidupannya dengan dinamis dan bergairah. Seksualitas adalah anugerah besar dari Tuhan bagi semua ciptaan-Nya. []