Mubadalah.id – Hamzah, Ali, Umar. Itulah nama-nama pahlawan Islam dari kalangan Sahabat Nabi Saw selalu disebut waktu saya kecil. Ketika sudah dewasa pun sama saja. Pahlawan itu ya mereka. Radhiallaahu ‘anhum. Padahal ada sejumlah pahlawan perempuan dari kalangan sahabat yang namanya sebenarnya pernah juga kita dengar tapi tidak kita sadari kemuliaannya.
Padahal sejarah mencatat bahwa orang yang mati syahid pertama dalam Islam adalah perempuan. Dialah Sumayah ibu Ammar bin Yasir. Sumayah dibunuh Abu Jahal karena pilihannya beriman pada ajaran Nabi Muhammad Saw.
Orang yang paling berjasa besar bagi dakwah Islam juga perempuan, istri Nabi, Khadijah bint Khuwailid ra. Dialah orang yang paling pertama beriman kepada Nabi Saw. Dia menjadi pendukung setia dalam menghadapi seluruh perlawanan kaum Quraisy. Khadijah menghabiskan seluruh hartanya untuk kepentingan Islam.
Tetapi jika menyebut pahlawan awal Islam, tetap saja ingatan kita tidak beranjak dari ketiga sahabat yang disebut pertama itu.
Baca juga: 12 Pahlawan Nasional Perempuan Indonesia
Deretan berikutnya juga tetap dan hanya laki-laki, seperti Khalid bin Walid, Abu Ubadah bin al-Jarrah, dan Sa’d bin Waqqas. Radhiallaahu ‘anhum. Nama-nama ini yang sering disebut dalam tawassul tahlil di kalangan pesantren.
Tetapi sejarah tidak bisa dihapus bahwa dalam perang Uhud umat Islam terpukul mundur kalah telak. Semua sahabat lari menyelematkan diri masing-masing dan Nabi pun hampir saja terbunuh. Bahkan sudah diisukan terbunuh di medan perang.
Siapakah yang justru melindungi Nabi dari seluruh serangan musuh saat itu? Yang menyelamatkan dari desingan panah dan hantaman pedang? Yang melawan seluruh pasukan yang meringsek datang hendak membunuh Nabi?
Dia seorang perempuan. Nusaibah bint Ka’b, atau dikenal juga sebagai Umm ‘Ammarah al-Ansariyah r.a.
Baca juga: Ngomongin “Kafir” kepada Pahlawan Non-Muslim
Kata Umar, Nabi selalu mengingat namanya ketika mengenang peristiwa Uhud. Nabi menyebutnya sebagai Umm al-Asyaaf, atau perempuan dengan banyak pedang. Karena keberaninnya di perang Uhud tetap berdiri melindungi Nabi Saw dan sanggup mematahkan banyak pedang yang meringsek.
Atau bisa jadi karena beliau terluka parah akibat sabetan pedang di belasan anggota tubuhnya.
Lebih dari itu, kita juga memiliki nama-nama lain dari perempuan sahabat yang memiliki peran penting dalam panggung sejarah Islam. Umm Habibah adalah pahlawan hijrah ke Etiopia. Asma bint Abi Bakr adalah pahlawan hijrah ke Madinah.
Lalu ada Umm Salamah, pahlawan pakta perdamaian Hudaibiyah. Dan Aisyah bint Abi Bakr adalah pahlawan pendidikan dalam Islam.
Baca juga: Memuliakan Perempuan, Meneladani Nabi
Belum lagi jika mendidik dan mengasuh anak, serta kerja-kerja domestik, dimasukkan sebagai kriteria kepahlawanan. Yang ini sudah pasti didominasi perempuan. Sepertinya, kita harus selalu menyebut nama-nama ini sejajar dengan nama-nama para sahabat laki-laki. Mungkin dalam tawassul tahlil kalangan NU, nama-nama mereka perlu disebut dan dikenang.
Kita pun perlu menghargai kerja-kerja domestik sebagai amal yang bernilai tinggi layaknya kerja-kerja positif di ranah publik. Nabi pun pernah menyebutnya sebagai jihad. Dan mereka yang mengerjakannya juga layak diapresiasi. Siapapun yang melakukan. Terutama perempuan yang sayangnya sering terlupakan.[]