Mubadalah.id – Islam menegaskan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama.
Penegasan bahwa pekerjaan rumah tangga itu tanggung jawab bersama ini merujuk pada teks hadis yang diriwayat Aswad bin Yazid.
Isi hadis tersebut sebagai berikut :
Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah Ra. mengenai apa yang diperbuat Nabi Muhammad Saw. di rumah. Aisyah menjawab, “Beliau selalu membantu keluarganya. Ketika datang waktu shalat, beliau bergegas pergi untuk melaksanakan shalat.” (Shahih al-Bukhari).
Teks ini, menurut Faqihuddin Abdul Kodir seperti di dalam buku 60 Hadis Shahih, bercerita tentang sisi kehidupan Nabi Muhammad Saw yang jarang diungkapkan di hadapan publik, dan tidak dijadikan dasar dalam rumusan pengelolaan kerja-kerja rumah tangga.
Karena yang dipahami dan dipraktikkan masyarakat muslim secara umum, bahwa semua kerja-kerja domestik itu merupakan kewajiban perempuan. Laki-laki tidak dikenalkan dengan kerja-kerja ini dan tidak dibiasakan.
Adapun yang terjadi kemudian, kata pria yang kerap disapa Kang Faqih, adalah pembakuan peran dalam rumah tangga yang dikotomis. Ada pekerjaan perempuan, dan ada pekerjaan laki-laki. Perempuan menjadi tidak biasa dengan pekerjaan laki-laki, dan juga sebaliknya.
Biasanya, lanjut Kang Faqih, semua pekerjaan di rumah adalah tugas perempuan. Memasak, mencuci, menyapu, merapikan kamar, mengepel lantai, mengurus anak terutama bayi, menyiapkan makanan dan pakaian, serta menemani anak ke sekolah.
Pekerjaan ini, kata dia, melekat pada perempuan, bahkan ketika ia bekerja di luar rumah sekalipun, ia harus bertanggung jawab atas kerja-kerja domestik ini.
Laki-laki, biasanya, hanya dibebankan untuk hal-hal yang tidak biasa dikerjakan perempuan. Seperti mengganti gentingyang bocor, memberesi alat-alat listrik rumah, dan mengurus kendaraan keluarga.
“Pembagian kerja ini, sesungguhnya tidak masalah jika tidak dibakukan dan tidak menimbulkan ketimpangan,” tulisnya.
“Tetapi, jika ada pihak yang sibuk dan lelah dengan pekerjaan domestik. Sementara pihak yang lain hanya menikmati waktu dengan menonton atau istirahat. Inilah yang timpang, tidak adil dan harus dihentikan,” jelasnya.
Teks hadis di atas, Kang Faqih menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak segan-segan untuk ikut melakukan kerja-kerja rumah tangga.
“Laki-laki muslim yang mulia adalah yang ikut melakukan kerja-kerja layanan di dalam rumah. Ini adalah pekerjaan dan sunnah Nabi Muhammad Saw,” ungkapnya.
“Alangkah bahagianya, jika prinsip kesalingan antara suami istri dipraktikkan oleh keduanya untuk melayani dan dilayani, baik di dalam maupun luar rumah. Tentu saja, hal yang paling prinsip adalah komunikasi dan saling pengertian, bukan tentang teknis pekerjaan apa yang dibagikan antar keduanya,” tukasnya. (Rul)