Mubadalah.id – Sumpah Pemuda merupakan momen bersejarah yang menegaskan tekad para pemuda Indonesia untuk bersatu sebagai satu bangsa, bahasa, dan tanah air. Momentum ini menjadi pondasi penting dalam perjalanan kemerdekaan.
Di era kini, pemuda menghadapi berbagai tantangan yang sangat kompleks. Kesehatan mental yang rentan akibat tekanan dari media sosial dan ekspektasi yang tinggi, persaingan ketat di dunia kerja. Selain itu pengangguran, serta ketidakstabilan finansial, hingga krisis ekologis, untuk menyebut beberapa di antaranya. Apa yang saya sebut terakhir, yakni krisis ekologis, tak dapat kita pungkiri memang sangat meresahkan.
Pemuda dan Tantangan Ekologis
Apa yang bikin resah? Sebagai orang yang tinggal di wilayah yang seringkali terdampak banjir, saya selalu harap-harap cemas ketika musim penghujan datang. Bukan apa-apa. Pasalnya, saat hujan turun dengan sangat lebatnya, tidak butuh waktu lama air akan cepat menggenangi jalanan, pelataran rumah, samping rumah. Bahkan sampai yang terparah masuk rumah. Dan banjir itu tidak akan surut selama berhari-hari.
Tentu saja, hal itu akan membuat kami terhambat dalam beraktivitas. Di sisi lain, pemegang jabatan tampak abai terhadap mitigasi pencegahan banjir. Sampah di Parit yang dibiarkan menumpuk, salah satunya. Jika sampah terus menerus ditelantarkan memenuhi Parit, hingga sistem drainase yang buruk tak kunjung diperhatikan oleh, terutama pemerintah, ini akan menjadi sinyal bahaya tidak hanya bagi generasi saat ini, tetapi juga generasi masa mendatang.
Krisis ekologis mencakup perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pencemaran lingkungan. Tampaknya akan menjadi masalah krusial yang sangat mengkhawatirkan bagi peradaban umat manusia kedepannya.
Dusun Simonet di Pekalongan dan beberapa dusun di Desa Bedono Demak yang tenggelam gara-gara abrasi dan rob, kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera. Selain itu banjir besar yang menewaskan belasan orang di Bali, adalah contoh nyata betapa mengerikannya dampak krisis ekologis.
Gaya Hidup Berkelanjutan
Pemuda (Millennial dan Gen Z) hari ini mewarisi dunia yang sudah rusak oleh generasi sebelumnya, krisis iklim; polusi air, tanah dan udara; dan ketimpangan. Generasi sebelum kita telah mewariskan krisis ekologis karena praktik pembangunan industri, dan kebijakan yang kurang peduli lingkungan. Gaya hidup yang tidak berkelanjutan dalam jangka panjang juga telah meningkatkan emisi gas rumah kaca, yang berdampak suhu bumi meningkat. Imbasnya, cuaca semakin panas.
Seperti yang dilaporkan oleh National Geographic Indonesia, krisis ekologi berdampak signifikan pada generasi muda dan anak-anak, yang kini menghadapi masa depan yang lebih mengkhawatirkan akibat perubahan iklim yang memburuk.
Pemuda hari ini harus menjadi benteng pertahanan terakhir dalam menjaga bumi. Paling tidak dampak dari krisis ekologi ini dapat tercegah atau kita minimalisir. Agar di masa mendatang, anak dan cucu kita tidak merasakan akibat yang lebih parah. Harapannya tentu saja, para keturunan kita kelak masih dapat menghirup udara sejuk, bisa mengonsumsi air yang layak, dan dapat menata masa depannya sendiri yang lebih bermartabat.
Di era perubahan iklim dan tantangan lingkungan yang semakin nyata di depan mata, peran pemuda hari ini menjadi sangat strategis dalam menggerakkan kampanye peduli lingkungan. Lebih spesifik dengan persuasi sustainable living atau gaya hidup berkelanjutan. Pemuda tidak hanya sebagai penerus bangsa, tetapi juga agen perubahan yang punya energi dan kreativitas tinggi untuk mendorong gaya hidup berkelanjutan.
Sustainable Living dan Keadilan Antar Generasi
Sustainable living bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan untuk menjamin keberlangsungan alam dan kehidupan para pewaris di masa depan. Kampanye ini mendorong masyarakat, terutama pemuda, untuk mengadopsi pola hidup yang ramah lingkungan melalui berbagai cara sederhana tapi berdampak besar. Dengan cara ini, kita berupaya mengimplementasikan apa yang disebut sebagai intergenerational justice atau keadilan antar generasi.
Salah satu fokus utama kampanye ini adalah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang sudah menjadi masalah global. Banyak pemuda, baik secara individu maupun kelompok, kini aktif mempromosikan alternatif seperti membawa tas belanja kain, botol minum isi ulang, dan sedotan stainless. Langkah kecil ini tidak hanya mengurangi sampah plastik, tapi juga menginspirasi lingkungan sekitar untuk ikut bergaya hidup lebih hijau.
Selain mengurangi sampah plastik, kampanye sustainable living juga mengedukasi pemuda untuk lebih hemat energi dan air. Mematikan lampu dan alat elektronik saat tidak digunakan, serta mengoptimalkan penggunaan air di rumah, sekolah, kampus maupun tempat-tempat umum lainnya, adalah salah satu contohnya.
Dampak Sustainable Living untuk Kesehatan
Sementara, dalam konteks konsumsi, sustainable living berarti konsumen memilih produk yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan, mengurangi penggunaan produk berbahaya, meminimalisir limbah, serta mendukung produksi yang adil dan berkelanjutan. Pola ini juga menuntut kesadaran konsumen untuk tidak berlebihan dalam memenuhi kebutuhan sehingga tidak membahayakan lingkungan.
Dalam memilih produk, konsumen juga harus lebih kritis, misalnya dengan mendukung brand yang ramah lingkungan dan menghindari barang yang berkontribusi pada deforestasi atau polusi.
Konsep sustainable living juga dapat berdampak positif bagi kesehatan. Dengan mengadopsi gaya hidup yang ramah lingkungan seperti mengonsumsi makanan organik, mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya alam yang terbarukan, kita dapat mencegah penyakit terkait polusi dan memperkuat sistem imun.
Di era modern, teknologi menjadi senjata ampuh bagi pemuda dalam memperkuat kampanye ini. Melalui media sosial, mereka dapat menyebarkan informasi, mengorganisasi event lingkungan, hingga menggalang dukungan dalam bentuk konten kreatif. Konten kreatif seperti video, poster, dan meme tentang pentingnya sustainable living membantu pesan ini menjangkau masyarakat lebih luas dengan cara yang menarik.
Sejalan dengan Maqashid Syariah
Konsep sustainable living selaras dengan kaidah maqashid syariah karena keduanya menekankan pada pelestarian dan pemeliharaan sumber daya untuk keberlangsungan hidup yang adil dan berkelanjutan. Konsep sustainable living paralel dengan maqashid syariah yang meliputi penjagaan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, yang merupakan lima tujuan utama dalam hukum Islam untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial.
Dalam konteks maqashid syariah, menjaga lingkungan dan sumber daya alam sama pentingnya dengan menjaga kelima aspek di atas, karena keseimbangan alam mendukung tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Misalnya, prinsip resource efficiency dalam green economy sejalan dengan pemeliharaan harta dan keturunan. Sedangkan prinsip low carbon sejalan dengan pemeliharaan jiwa dan akal.
Oleh karenanya, konsep sustainable living dengan prinsip-prinsip ekologis, sosial, dan ekonomi berkelanjutan sejalan dengan maqashid syariah yang menuntut keharmonisan dalam kehidupan manusia dan lingkungan, serta keadilan antar generasi.
Praktik dan Tindakan Nyata
Tidak hanya dalam teori, banyak pemuda sudah terjun langsung dengan melakukan aksi nyata. Hal ini ditandai dengan komunitas dan organisasi lingkungan anak muda tumbuh subur di berbagai kota. Greenpeace, PandawaraGroup, LindungiHutan, untuk menyebut di antaranya.
Mereka sering mengadakan kegiatan bersih-bersih taman dan sungai, menanam pohon, serta workshop daur ulang. Keterlibatan aktif ini menunjukkan bahwa generasi muda serius ingin mengubah pola pikir dan kebiasaan demi bumi yang lebih sehat.
Komunitas Gusdurian Pekalongan, dan mungkin Gusdurian di Kota-Kota lain, juga telah menerapkan gaya hidup ini pada setiap kegiatan yang mereka selenggarakan. Seperti misalnya, pada penggunaan tumbler sebagai wadah air minum, serta implementasi jajanan tradisional yang minim plastik. Komunitas Mangrove Mulyoasri di Pekalongan juga melakukan aksi nyata dengan penanaman bibit pohon mangrove secara berkala sebagai upaya menjaga bumi.
Peran pemuda dalam kampanye sustainable living sangat vital. Pemuda hari ini bukan hanya pintar berteori dan mencari sesuatu yang instan-instan saja, tapi juga pelopor perubahan yang dapat membentuk masa depan lebih hijau dan lestari. Dengan semangat yang terus menyala, generasi muda dapat membawa dampak positif yang besar bagi planet dan kehidupan semua makhluk. []












































