Mubadalah.id – Kerangka maqashid al-syari’ah, dengan uraian al-kulliyyat al-khams merupakan bentuk konkret dari perspektif kerahmatan Islam (rahmatan lil ‘alamin). Untuk itu, agar ia utuh (muwahhad) dan holistik (syumuliy) dengan perspektif ini, kerangka ini harus dikonsepsikan dengan pendekatan Makruf, Mubadalah dan Keadilan Hakiki.
Ketiga pendekatan ini adalah khas KUPI untuk memastikan kerangka maqashid al-syari’ah dan implementasinya pada semua aspek hukum Islam benar-benar menghadirkan visi rahmatan lil ‘alamin dan misi al-akhlak al-karimah.
Dalam ungkapan lain, ia bisa melahirkan pandangan-pandangan hukum yang adil, bermartabat, dan bermoral dengan memperhatikan kondisi-kondisi khas masing-masing orang dan kelompok masyarakat.
Ketiga pendekatan ini oleh Badriyah Fayumi, Faqihuddin Abdul Kodir, dan Nur Rofiah kenalkan kepada publik.
Pertama Badriyah Fayumi adalah Ketua Majlis Musyawawarah KUPI, sementara dua — yang terakhir adalah anggotanya.
Secara bahasa istilah Makruf, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak adalah tentang kebaikan dan kepatutan.
Mubadalah adalah tentang kesalingan dan kerjasama, dan Keadilan Hakiki adalah keadilan substantif berdasarkan kondisi khas masing-masing pihak.
Badriyah menelaah kata kunci Makruf ini dalam ayat-ayat al-Qur’an, yang tercatat sebanyak 34 kali. Dan menemukan makna-maknanya berkisar pada kebenaran, kebaikan dan kepantasan.
Kebenaran dan kebaikan ini sebaiknya dapat menerimanya. Karena konsep Makruf layak secara akal dan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran etika, watak dan tabiat umum masyarakat (common sense). (Rul)