Mubadalah.id – Lingkungan hidup anak tidak hanya terbatas pada rumah, tetapi juga mencakup masyarakat tempat mereka tinggal. Sayangnya, perhatian orang tua sering kali hanya terpusat pada lingkungan di dalam rumah. Sementara lingkungan luar, seperti “jalan becek” di depan rumah yang setiap hari dilewati anak, kerap terabaikan.
Padahal, setiap keluarga seyogianya ikut aktif membentuk lingkungan sosial bagi anak-anak mereka. Misalnya, ikut memikirkan sarana bermain, belajar, organisasi, olahraga, sosial, peribadahan, dan sarana aktualisasi diri lainnya yang cocok bagi lingkungan warga.
Keterlibatan remaja dalam perkumpulan semacam remaja masjid, klub olahraga, atau kelompok belajar akan mengikat remaja pada imajinasi yang positif. Sekaligus menepis godaan liar yang biasanya menarik remaja dalam usia pubertas.
Kelalaian orang tua memikirkan lingkungan sosial hidup anak-anaknya terkadang berakibat fatal dan menghilangkan makna dari jerih payah kesungguhan membentuk karakter anak di dalam rumah.
Sebab, secara psikologis godaan negatif (yang datang dari lingkungan sosial) itu lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan ajakan positif (yang dibangun di dalam lingkungan rumah) meski sudah jama ditanamkan. Pengaruh buruk lingkungan sosial yang kuat terhadap ketahanan keluarga bagaikan setitik nila yang merusak susu sebelanga.
Perumpamaan kekuatan lingkungan sebagaimana dalam hadis Nabi Saw. yang mengatakan bahwa bergaul dengan orang baik itu seperti orang yang berdekatan dengan penjual minyak wangi. Meskipun tidak membeli ia ikut berbau wangi. Karena watak penjual minyak wangi itu selalu menempelkan minyak wangi yang ia jajakan kepada setiap orang yang datang mendekat.
Sementara bergaul dengan orang jahat itu ibarat menjalin keakraban dengan tukang pandai besi. Kalau tidak tepercik apinya, hampir pasti abunya akan mengotori pakaiannya. []