Mubadalah.id – Tanpa menafikan faktor tabiat dan nafsu suami yang tega dan mau menang sendiri, salah satu penyebab penting keadaan di atas adalah karena ayat tentang nusyuz dipahami secara sempit, tidak utuh dan manipulatif.
Nusyuz istri dalam QS. an-Nisa’ ayat 34 terus diulang-ulang dibaca dan diajarkan dengan pemahaman sedemikian rupa.
Di sisi lain ayat yang menyatakan nusyuz suami, yakni ayat 128 surat yang sama, seolah tersembunyi. Dibaca dalam tadarus, namun tidak banyak diurai dan dijelaskan dalam pengajian, kajian, nasihat perkawinan, atau konsultasi keluarga.
Akibatnya, terjadi penyempitan makna. Nusyuz ia pahami sebagai tindakan istri yang tidak taat, dan bentuknya meninggalkan rumah tanpa izin. Ini tidak hanya ada dalam pemahaman orang awam, melainkan terjadi juga dalam praktik peradilan saat hakim menangani kasus perceraian.
Istri yang mengajukan gugat cerai atau digugat cerai oleh suaminya, dan ia meninggalkan rumah karena tak tahan menjadi korban KDRT, tak diberikan hak nafkahnya oleh hakim. Alasannya, istri nusyuz. Tak kita lihat lagi apakah itu keluar rumah akibat tindakan suami yang sudah tidak manusiawi. Praktik peradilan yang demikian masih banyak terjadi.
Makna Nusyuz
Manipulasi makna nusyuz yang berakibat ketidakadilan mengharuskan kita semua memahami kembali makna nusyuz sesuai paparan al-Qur’an. Dalam al-Qur’an nusyuz istri dan suami sama-sama. Nusyuz istri tercatat dalam QS. an-Nisa ayat 34:
“…dan istri-istri yang kalian khawatirkan nusyuz mereka… dst.” Nusyuz suami dalam QS. an-Nisa’ ayat 128 “Dan jika istri khawatir suaminya nusyuz atau berpaling …..dst.” para mufassir menjelaskan bahwa nusyuz adalah semua tindakan meninggalkan kewajiban dan tanggung jawab.
Nusyuz istri bisa berupa keluar rumah tanpa izin yang menyebabkannya meninggalkan kewajiban rumah tangga. Namun bisa juga bentuk lain, seperti selingkuh atau tidak mau berhubungan badan dengan suami tanpa alasan apapun.
Nusyuz suami bisa berupa banyak hal. Tidak memberi nafkah lahir maupun batin, istri ia tinggal begitu saja tanpa kabar, istri tidak ia perlakukan dengan baik, tidak ia nafkahi, namun tidak juga cerai. Bisa juga dalam bentuk lain, semisal melakukan KDRT atau selingkuh. []