• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Peran Anak Muda dalam Menjaga Tradisi Petik Laut

Tradisi petik laut ini merupakan penggabungan dari kearifan lokal dan nilai-nilai agama

malikatul balqis malikatul balqis
26/07/2024
in Pernak-pernik
0
Tradisi Petik Laut

Tradisi Petik Laut

739
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tradisi atau adat adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang –ulang dengan cara yang sama dan cenderung terjadi secara tidak sadar. Kebiasaan yang kita ulang-ulang dilakukan karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang. Bahkan anak muda pun memiliki peran penting sebagai pewaris peradaban. salah satunya yakni menjaga tradisi petik laut.

Tradisi dan adat-istiadat yang ada di Madura sangatlah beragam khususnya di Sumenep. Budaya yang ada di Sumenep adalah salah satu peninggalan sejarah yang harus kita lestarikan saat ini. Karena kehidupan modern sedikit demi sedikit mengikis keberadaan budaya lokal. Dalam Sejarahnya, Sumenep ini merupakan masyarakat dengan banyak  sekali tradisi dan budaya yang memiliki kearifan lokal.

Keanekaragaman tradisi dan adat istiadat merupakan hal yang sangat berharga dan merupakan salah satu aset yang harus kita jaga. Khususnya bagi para anak muda. Berbagai macam tradisi tersebut menjadi ciri khas dan menjadi sebuah identitas bagi daerahnya. Tradisi atau adat istiadat yang dipengaruhi oleh letak geografis ini umumnya terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah  pesisir.

Tradisi Petik Laut

Menurut masyarakat pesisir, di mana keseharian mereka menggunakan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti masyarakat pesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Mereka mencari ikan di laut untuk kebutuhan ekonomi.Tradisi Petik Laut ini merupakan salah satu tradisi yang ada di kota Sumenep khususnya di daerah pesisir seperti di tempat saya, yaitu di kampung pasir (Legung).

Di mana pada saat ini masih dilakukan oleh masyarakat pesisir. Mereka  beranggapan bahwa hasil dari alam sekitar merupakan sumber daya dan kunci dari kesejahteraan hidup. Hal ini membuat beberapa masyarakat yang tinggal di daerah pesisir memiliki tradisi yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan ungkapan terima kasih, karena sumber daya alam yang mereka dapatkan dari laut dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Baca Juga:

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Filosofi Bunga Telur, Tradisi Suku Melayu di Kalimantan Barat

Ketupat dalam Tradisi Jawa: Antara Simbol Rukun Islam dan Upaya Penyucian Diri

Indonesia Butuh Renaissance untuk Bangkit dari Stagnasi

Masyarakat pesisir biasanya menggunakan ritual yang sudah menjadi tradisi turun-temurun sebagai ungkapan rasa syukur tersebut. Selain itu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir ini juga sebagai doa atau harapan supaya hasil tangkapan ikan berlimpah. Selain itu juga mendapatkan keselamatan kepada sang pencipta. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan pada saat Muharam atau Suro yang dilaksanakan di pesisir pantai.

Tradisi tersebut terselenggara untuk memperingati  tutup playang atau bisa kita katakan sebagai tutup tahun bagi para nelayan. Tutup playang ini biasanya terjadi pada saat musim baratan. Musim baratan sendiri merupakan musim ketika angin berhembus dari arah barat. Sehingga para nelayan rata-rata tidak melaut pada musim itu karena masyarakat khawatir akan keselamatan mereka.

Pada awalnya tradisi ini merupakan tradisi yang sederhana, namun pada saat ini lebih berkembang. Selain menjadi sebuah tradisi daerah masyarakat pesisir, petik laut juga menjadi daya tarik wisata. Di mana para nelayan menghiasi perahunya semenarik mungkin, sehingga ada banyak sekali perahu-perahu yang mereka hias. Tujuannya agar yang menyaksikan merasa gembira.

Kearifan Lokal dan Agama

Tradisi petik laut ini merupakan penggabungan dari kearifan lokal dan nilai-nilai agama. Dalam tradisi Petik Laut terdapat doa-doa dan pembacaan ayat suci Al -Quran. Sebelum akhirnya sesajen atau sajian yang berupa pangan atau kembang dan sebagainya kita buang ke laut.

Dalam pelaksanaannya mereka menggunakan simbol-simbol seperti itu dengan maksud  sebagai bentuk penghormatan kepada roh laut. Dari kegiatan ini, masyarakat membentuk makna dan simbol yang berkaitan dengan kepercayaan mereka yang ada  di sana, mereka beranggapan bahwa hal tersebut memiliki makna yang berarti.

Setelah ritual terlaksana, pada malam hari biasanya ada suatu pertunjukan seni sebagai  bentuk hiburan bagi masyarakat yang telah melaksanakan ritual di siang hari. Pelaksanaan petik laut ini seolah-olah mengajak mereka untuk berdialog dengan para roh laut.

Selain  masyarakat menjadikan hal tersebut sebagai tradisi, mereka juga memanfaatkan peluang untuk melakukan jual beli berbagai macan jajanan dan mainan. Jadi, dalam tradisi petik laut tersebut dapat terjalin sebuah hubungan baik. Tidak hanya antar nelayan ataupun pihak-pihak yang terlibat dalam acara tersebut. Melainkan juga pengunjung, warga setempat, dan lain sebagainya.

Dengan terjalinnya hubungan yang baik maka dapat meningkatkan kualitas kehidupan sosial masyarakat pesisir. Jadi kita sebagai generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan melestarikan tradisi ini.

Melestarikan Budaya

Adapun peran anak muda sekarang dalam menjaga tradisi  sangatlah  penting sekali karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjadi penerus budaya dan tradisi di masa mendatang. Adapun langkah yang dapat kita  lakukan, pertama adalah mempelajari lebih dalam tentang tradisi tersebut.

Kita sebagai anak muda harus lebih aktif dalam mengikuti berbagai macam kegiatan tradisional. Bukan hanya sibuk dengan kegiatan yang tidak ada gunanya. Selain itu kita sebagai anak muda yang lahir di zaman modern dan kecanggihan teknologi, kita tidak boleh merasa malu atau gengsi untuk melestarikan tradisi-tradisi tersebut melalui media sosial.

Justru kita lah yang harus memperkenalkan budaya dan tradisi daerah kita melalui media digital atau kanal media sosial. Kita bisa memanfaatkannya sebagai media untuk memperkenalkan budaya kita kepada dunia luar. Dunia harus tahu bahwa Indonesia ini memiliki budaya dan tradisi yang sangat unik dan bermacam-macam.

Selain itu mereka  juga dapat berpartisipasi dalam komunitas budaya di mana mereka dapat bergabung dan fokus pada pelestarian budaya dan tradisi yang dapat membantu anak muda lebih  memahami seberapa pentingnya tradisi dan budaya lokal di Madura itu.

Oleh karena itu, kita sebagai gen z dapat melakukan berbagai cara dalam memainkan peran untuk menjaga dan melestarikan tradisi. Tujuannya supaya  tradisi tersebut tetap ada dan tidak terkikis oleh arus perubahan zaman. []

 

 

Tags: Budayakearifan lokalMaduraSumenepTradisiTradisi Petik Laut
malikatul balqis

malikatul balqis

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version