• Login
  • Register
Rabu, 30 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perempuan Berhak Memilih Pasangan dan Mengakhiri Perkawinan

Sudah saatnya kita menegaskan kembali bahwa perempuan memiliki hak penuh untuk memilih apakah ia ingin menikah atau tidak, memilih siapa pasangannya, serta menentukan syarat dan kesepakatan dalam perkawinannya.

Redaksi Redaksi
29/07/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Perkawinan

Perkawinan

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perkawinan idealnya menjadi ruang saling berbagi kasih, saling mendukung, dan saling menumbuhkan antara laki-laki dan perempuan yang menjalin komitmen hidup bersama. Namun, tak jarang institusi ini justru berubah menjadi tempat pemaksaan. Terutama bagi perempuan, baik dalam bentuk tekanan untuk menikah, beban kerja domestik yang timpang, maupun keterpaksaan.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita menegaskan kembali bahwa perempuan memiliki hak penuh untuk memilih apakah ia ingin menikah atau tidak, memilih siapa pasangannya, serta menentukan syarat dan kesepakatan dalam perkawinannya.

Tujuannya sederhana tetapi sangat penting yaitu agar perempuan merasa aman, terlindungi, dan bahagia. Karena perkawinan yang sehat, sebagaimana pandangan Dr. Faqihuddin Abdul Kodir hanya bisa berdiri di atas landasan kesetaraan dan saling ridha, bukan paksaan ataupun subordinasi.

Lebih jauh, ketika bahtera rumah tangga tak lagi menghadirkan kebersamaan yang sehat, baik perempuan maupun laki-laki memiliki hak yang setara untuk mengakhiri hubungan tersebut. Inilah yang dikenal dalam fikih Islam sebagai thalaq (cerai oleh suami) maupun khulu’ (gugatan cerai oleh istri).

Meskipun perceraian adalah hal yang tidak disukai dalam pandangan Islam—sebagaimana dijelaskan dalam berbagai teks keagamaan. Namun ajaran Islam tidak pernah melarang seseorang untuk mengambil jalan tersebut ketika memang ia perlukan, juga demi kebaikan semua pihak.

Baca Juga:

A Letter for 23: Pengalaman Perempuan Menjadi Sehat, Cerdas, dan Berdaya

Benarkah Godaan Laki-laki Adalah Fitnah Perempuan?

Wacana Keagamaan Masih Menempatkan Perempuan sebagai Sumber Fitnah

Mengapa PRT Selalu Diidentikkan dengan Perempuan?

Kisah

Salah satu contoh yang penting kita catat adalah kisah istri dari sahabat Nabi, Tsabit bin Qays. Dalam riwayat dari Ibn Abbas ra dan Imam al-Bukhari menyebutkan bahwa sang istri datang kepada Rasulullah Saw dan berkata:

“Wahai Rasulullah, aku tidak mencela akhlak dan ibadah Tsabit, tetapi aku tidak ingin hidup dalam kekufuran setelah menjadi muslimah.” Maksudnya, ia khawatir jika terus bertahan dalam perkawinan tanpa cinta dan kenyamanan, ia akan kehilangan makna keimanannya.

Rasulullah kemudian bertanya, “Apakah kamu rela mengembalikan kebun yang dulu Tsabit berikan sebagai mahar?” Ia menjawab, “Ya, aku rela.” Maka Nabi bersabda kepada Tsabit: “Terimalah kembali kebunmu dan ceraikanlah dia.” (Lihat: Subul as-Salam, Jilid III, hlm. 166).

Kisah ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa perempuan diberi ruang oleh Nabi untuk menyuarakan ketidaknyamanannya dan bahkan memilih perceraian sebagai jalan keluar, tanpa harus menunggu perlakuan buruk dari suami. Cinta yang hilang dan relasi yang tak lagi sehat sudah cukup menjadi alasan untuk mengakhiri rumah tangga.

Pelajaran penting dari kisah ini adalah bahwa Islam, melalui teladan Nabi Muhammad Saw, menjunjung tinggi kebebasan dan pilihan perempuan dalam urusan perkawinan. Perempuan bukan objek pasif dalam rumah tangga, melainkan subjek yang punya kehendak dan hak penuh atas kehidupannya.

Dalam konteks sosial hari ini, pelajaran ini menjadi sangat relevan. Terutama saat banyak perempuan masih dipaksa bertahan dalam rumah tangga yang membahayakan jiwa dan raga mereka. Termasuk dengan dalih agama atau budaya. []

Tags: berhakmemilihMengakhiripasanganperempuanperkawinan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Menikah adalah hak

Menikah Bukan Kewajiban, Melainkan Hak yang Harus Dihormati

29 Juli 2025
Keheningan Batin

Keheningan Batin Menjadi Kunci Dalam Meditasi

29 Juli 2025
Rumah Tangga

Membangun Rumah Tangga Ideal: Belajar dari Keseharian Rasulullah Saw

28 Juli 2025
Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami dan Istri

28 Juli 2025
Fitnah yang

Benarkah Godaan Laki-laki Adalah Fitnah Perempuan?

28 Juli 2025
Perempuan Fitnah

Wacana Keagamaan Masih Menempatkan Perempuan sebagai Sumber Fitnah

27 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Bukan Kewajiban, Melainkan Hak yang Harus Dihormati
  • Keheningan Batin Menjadi Kunci Dalam Meditasi
  • Perempuan Berhak Memilih Pasangan dan Mengakhiri Perkawinan
  • S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual
  • Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID