Mubadalah.id – Jika merujuk dalam sebuah Hadis tentang kebolehan perempuan menolak perjodohan, maka teks Hadis tersebut tidak menyalahkan penolakan secara mutlak. Melainkan memberikan persyaratan bahwa yang ditolak itu adalah orang yang diridai agama dan akhlaknya.
Orang yang memenuhi kriteria tersebut eloknya tidak kita tolak ketika datang melamar. Tentu, penerimaan perempuan juga menjadi bagian dari prasyarat. Jadi, ketika prasyarat tersebut tidak terpenuhi, penolakan adalah sesuatu yang wajar dan bisa Islam terima.
Menerima pinangan pernikahan artinya menerima untuk menjalani hidup bersama orang lain sampai akhir hayat, sehingga memerlukan pertimbangan matang dan penerimaan utuh. Perempuan memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak pinangan siapa pun.
Dalam lima pilar pernikahan, yang kita sebutkan di awal, pernikahan adalah relasi zawaj atau kemitraan. Relasi ini hanya mungkin jika masing-masing masuk di dalamnya dengan penuh penerimaan.
Artinya, sebelum masuk pernikahan, perempuan maupun laki-laki, memiliki hak penuh untuk menolak dan mundur dari rencana pernikahan.
Dalam satu Hadis menyebutkan bahwa seorang perempuan lebih berhak memutuskan dengan siapa ia menikah, daripada ayahnya (Sunan Ibn Majah, no. 1947, dan Sunan al-Nasa’i, no. 3282).
Dalam fikih keluarga, Islam juga memiliki konsep khuluk yang sangat jelas, yaitu perempuan menginisiasi perceraian.
Istri Tsabit bin Qays al-Khazraji r.a. datang mengadu kepada Nabi Saw. bahwa ja ingin bercerai dari suaminya, sekalipun ia tahu suaminya baik dalam segala hal.
Nabi Saw. mengizinkannya dengan cara khuluk, yaitu mengembalikan mahar yang diberikan Tsabit kepadanya. (Shahih al-Bukhari, no. 5328).
Jika sudah di dalam pernikahan saja perempuan memiliki pilihan untuk berpisah, apalagi sebelum pernikahan. Ia memiliki dirinya secara penuh untuk tidak menerima pinangan siapa pun.
Hal ini sama sekali tidak berdosa dan tidak melanggar etika apa pun dalam Islam. Karena pernikahan, dalam perspektif mubadalah adalah kemitraan (zawaj) dan kerja sama (musyarakah), yang mensyaratkan adanya penerimaan dan kerelaan di awal. []