• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Perempuan Harus Kuasai Teknologi Digital

Putri Limilia Putri Limilia
11/10/2022
in Kolom
0
Perempuan Harus Kuasai Teknologi Digital

Ilustrasi: pixabay[dot]com

31
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Era sekarang ini, sudah seyogianya perempuan menguasai teknologi. Pasalnya, ini era kemajuan yang cukup  internet. Segala sesuatu berbasis digital. Untuk itu, perempuan harus kuasai teknologi digital.

Ibu: Dek, kamu tahu siapa Ibu Kartini?
Anak: Tidak. Siapa itu Bu?
Ibu: Makanya sering-sering baca sejarah
Anak: Ibu tahu Bu Desi?
Ibu: Siapa itu?
Anak: Makanya sering-sering baca Whatsapp Ayah

***

Perempuan Harus Kuasai Teknologi Digital

Percakapan di atas terlihat sebagai lelucon receh yang dapat membuat setiap orang tertawa. Tapi, sadarkah kita bahwa lelucon di atas sebenarnya mewakili fenomena yang ada di masyarakat terutama terkait teknologi.

Perempuan sering abai terhadap perkembangan teknologi. Padahal, internet dapat memberikan banyak manfaat bagi perempuan.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Baca juga: Membatasi Perempuan, Langkah Mundur Peradaban

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan abai terhadap teknologi. Pertama, perempuan berpendapat bahwa teknologi bukanlah sesuatu yang penting. Bagi mereka teknologi bersifat selingan yang digunakan ketika ada waktu luang.

Berbeda dengan perempuan, laki-laki dapat menggunakan teknologi selama dua puluh empat jam non-stop. Hal ini menyebabkan mereka memiliki rasa ketergantungan terhadap teknologi dan abai terhadap lingkungan.

Sementara itu, dampak positif dari tingginya frekuensi penggunaan tersebut adalah laki-laki semakin mahir dalam pengoperasian teknologi dibandingkan perempuan.

Perempuan kerap berpendapat bahwa teknologi merupakan ranah laki-laki. Hal tersebut karena teknologi dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dan rumit.

Stereotipe terkait teknologi merupakan ranah laki-laki sudah lama berkembang di masyarakat. Fenomena ini merupakan perpanjangan konsep budaya patriarki.

Jika dulu patriarki hanya dikaitkan dengan dominasi yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan, maka saat ini patriarki berkembang pada pembagian kekuasaan di ruang publik.

Baca juga: Tidak Hanya Lelaki, Perempuan Juga Harus Berpendidikan

Perempuan dapat berada di ruang publik tertentu dengan kekuasaan yang masih terbatas. Misalnya, pekerjaan di bidang teknologi didominasi oleh laki-laki.

Motivasi juga menjadi hambatan dalam tingkat adopsi teknologi oleh perempuan. Mereka cenderung memiliki motivasi yang rendah dalam pengadopsian. Hal tersebut karena mereka tidak merasa memiliki kebutuhan mendesak untuk menggunakannya.

Perbedaan tingkat adopsi tersebut dapat menimbulkan kesenjangan digital. Di Indonesia, kesenjangan digital terjadi dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah perbedaan keterampilan operasionalisasi teknologi antar laki-laki dan perempuan.

Laki-laki memiliki keterampilan operasional lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Contohnya adalah laki-laki tidak hanya menggunakan internet terbatas pada fungsi komunikasi. Akan tetapi, mereka juga menggunakan teknologi untuk mencari informasi, hiburan, dan penunjang pekerjaan.

Sedangkan penggunaan teknologi oleh perempuan masih terbatas untuk keperluan komunikasi.

Baca juga: Islam Menghargai Perempuan yang Bekerja

Perempuan harus sadar bahwa kesenjangan digital bersifat merugikan. Hal tersebut karena banyak manfaat yang dapat diambil dari teknologi. Misalnya, perempuan dapat menggunakan teknologi sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga.

Manfaat teknologi tersebut tidak semata-mata hanya terkait ekonomi. Perempuan juga dapat memanfaatkan teknologi untuk keperluan pengasuhan, pemberdayaan masyarakat, dan lain-lain.

Kesenjangan digital dapat memperparah ketidaksetaraan gender yang ada.

Ketidaksetaraan gender tidak lagi hanya terkait pendidikan, akses pekerjaan, tetapi juga keterampilan digital.

Oleh karena itu, sudah saatnya perempuan bersikap aktif dalam mengadopsi teknologi agar ketidaksetaraan gender tersebut hadir kembali.[]

Tags: BudayadigitaldomestikfenomenaGenderKesalinganKesetaraanlaki-lakiPatriarkhiperempuanpublikteknologi
Putri Limilia

Putri Limilia

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version