• Login
  • Register
Selasa, 29 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

Perempuan melawan lupa bukan karena ingin dikenang sebagai korban, melainkan karena mereka menolak diam terhadap ketidakadilan.

Firda Imah Suryani Firda Imah Suryani
29/07/2025
in Publik
0
Melawan Lupa

Melawan Lupa

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

Mubadalah.id – Sejarah Indonesia tak kekurangan peristiwa penting. Namun, tak semua peristiwa diberi ruang untuk kita ingat. Ada yang kita rayakan, ada yang kita kenang dengan hormat, dan ada pula yang sengaja terpinggirkan dari buku pelajaran dan pidato kenegaraan.

Salah satunya adalah bagian kelam dari kerusuhan Mei 1998, yang hingga hari ini masih berselimutkan penyangkalan. Kini saatnya perempuan bergerak untuk melawan lupa terhadap upaya penghapusan sejarah.

Dalam ingatan sebagian perempuan, Mei 1998 bukan hanya soal krisis politik atau jatuhnya penguasa lama. Mei adalah peristiwa tubuh. Tubuh-tubuh yang terseret dari rumah, terlukai di depan keluarga, tertandai karena nama, wajah, dan ras.

Perempuan-perempuan itu tidak pernah benar-benar hilang. Hanya suara mereka yang tenggelam di balik meja-meja rapat dan tertutup oleh suara-suara yang lebih nyaring suara mereka yang lebih sibuk menata masa depan tanpa pernah menoleh ke belakang.

Laporan resmi pernah dibuat. Tim khusus pernah terbentuk. Bahkan ada sejumlah nama besar yang terlibat langsung dalam pencarian fakta. Tapi sebagaimana kisah-kisah yang tak laku dalam kampanye elektoral, nasib laporan itu tak jauh berbeda dari amplop yang terlipat rapi, tersimpan, lalu kita lupakan. Dan seperti biasa, waktu dianggap cukup ampuh untuk membuat masyarakat melupakan luka kecuali mereka yang mengalaminya.

Baru-baru ini, ruang digital kita kembali mengingatkan akan luka tersebut lewat satu tayangan jurnalistik yang muncul dalam program Bocor Alus Politik dari Tempo. Tayangan itu menyusun ulang fakta-fakta yang sudah pernah ada  hasil investigasi TGPF. Pengalaman langsung penyintas dan pendamping, serta ketegangan antara suara korban dan suara yang menyangkal.

Melawan Lupa

Di antara mereka yang menyangkal, ada yang menyebut kekerasan seksual dalam peristiwa Mei sebagai “isu yang tidak terbukti”, bahkan mengatakan pejabat itu adalah humor. Sangat jahat memang.  Padahal ketiadaan laporan hukum bukan berarti ketiadaan peristiwa.

Dan ketakutan untuk berbicara bukan tanda kebohongan, melainkan cerminan dari betapa rapuhnya sistem perlindungan korban di negeri ini. Tayangan Tempo tidak bermaksud membuka luka baru, tapi mengingatkan kita semua bahwa negara pernah diberi kesempatan untuk hadir bagi korban dan tidak melakukannya.

Perempuan-perempuan korban dan para pendampingnya tidak tinggal diam. Mereka membangun ruang-ruang kecil untuk mengingat, menyusun dokumentasi, dan berbicara satu sama lain.

Tidak semua bisa tampil di ruang publik, tetapi banyak yang memilih melawan lupa dalam bentuk yang sederhana namun bermakna dengan merawat arsip, mencatat ingatan, hingga menyusun agenda advokasi lintas generasi. Ini adalah bentuk perlawanan terhadap penghapusan sejarah, sekaligus upaya menjaga martabat dan kemanusiaan yang selama ini terabaikan.

Perempuan melawan lupa bukan karena ingin kita kenang sebagai korban, melainkan karena mereka menolak diam terhadap ketidakadilan. Mereka percaya bahwa mengingat adalah bagian dari keadilan. Dan dalam proses itulah, suara perempuan menjadi pengingat bahwa bangsa ini belum selesai berdamai dengan masa lalunya.

Mengakui keberadaan korban kekerasan seksual dan menyatakan permintaan maaf bukan berarti membuka luka lama, tetapi justru merupakan bentuk tanggung jawab moral dan politik negara terhadap masa lalu yang belum dituntaskan.

Pengakuan bukanlah bentuk kelemahan, melainkan komitmen terhadap keadilan dan penghormatan terhadap martabat manusia. Permintaan maaf juga bukan akhir dari proses, tetapi bisa menjadi awal dari pemulihan baik bagi para penyintas maupun bagi masyarakat secara lebih luas.

Menjadi Bangsa yang Dewasa

Bangsa yang dewasa tidak diukur dari kemampuannya menyembunyikan catatan sejarah, tetapi dari keberaniannya untuk mengakui, belajar, dan memperbaiki. Oleh sebab itu, upaya untuk mengakui kekerasan yang pernah terjadi dan menyampaikan permintaan maaf kepada korban merupakan bagian penting dari proses berbangsa yang sehat.

Tentu kita tidak dapat mengubah peristiwa yang telah terjadi. Tetapi kita masih memiliki kesempatan untuk membangun pendekatan yang lebih adil dan manusiawi dalam menghadapi sejarah kita sendiri. Mengakui kekerasan dan meminta maaf adalah langkah awal yang wajar dan kita perlukan untuk menuju masa depan yang lebih berkeadilan dan lebih berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan.

Sungguh sangat amat kita sesalkan pejabat  yang tidak memiliki sejarah luka untuk merasakan luka yang sangat menyakitkan. []

Tags: Kasus Kekerasan SeksualMelawan LupaPenulisan Ulang Sejarah IndonesiaSejarah IndonesiaSejarah PerempuanTragedi Mei 1998
Firda Imah Suryani

Firda Imah Suryani

Saya perempuan bukan aib masyarakat, bukan juga orang kriminal.  Pengemar musik indie dan pemakan sayuran.

Terkait Posts

Politik inklusif

Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 

29 Juli 2025
Sekolah Rakyat

Ketika Sekolah Rakyat Menggusur SLB: Potret Pendidikan Inklusi yang Semu

28 Juli 2025
Fenomena Rojali

Fenomena Rojali, Sebuah Privilege Kaum Bawah

28 Juli 2025
Ruang Publik

Disabilitas Netra dan Ironi Aksesibilitas Ruang Publik

26 Juli 2025
Suluk Damai

Suluk Damai di Negeri Bhineka melalui Peran LKLB dalam Merawat Toleransi

24 Juli 2025
Perlindungan Anak

Mengapa Perlindungan Anak Harus Dimulai dari Kesadaran Gender?

23 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulasan Buku Concubines and Courtesans: Kisah Para Selir yang Mengubah Sejarah Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Rumah Tangga Ideal: Belajar dari Keseharian Rasulullah Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Keheningan Batin Menjadi Kunci Dalam Meditasi
  • S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual
  • Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim
  • Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 
  • ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID