• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Perempuan Perlu Belajar Literasi Finansial

Banyak sekali cerita tangguh perempuan single parent yang mampu membiayai anaknya seorang diri. Atau para istri yang menjadi tulang punggung keluarga. Lajang, dan punya banyak uang, itu adalah mimpi perempuan modern saat ini.

Rofi Indar Parawansah Rofi Indar Parawansah
19/06/2021
in Personal
0
Perempuan

Perempuan

253
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari lalu saya membuat sebuah quisioner di Quora, salah satu flatform tanya jawab online. Pertanyaannya adalah : Fitnah atau fakta? Perempuan zaman sekarang lebih khawatir masalah keuangan daripada pasangan. Dan semuanya merespon hal tersebut adalah fakta. Bahwa perempuan zaman sekarang sudah memiliki pemikiran yang terbuka. Tak lagi ingin menggantungkan diri pada pasangan sepenuhnya. Hal ini sejalan dengan dengan tingkat pendidikan, dan daya berpikir kritis yang berkembang. Perempuan lebih realistis lagi, jika di zaman sekarang penting memiliki kemampuan literasi finansial.

Bicara tentang finansial, selalu berkaitan dengan nafkah yang menjadi kewajiban suami. Anak laki-laki biasanya dididik sejak kecil untuk memiliki sifat tanggung jawab. Diajari dan dibekali berbagai ilmu dengan dalih bahwa ia adalah anak laki-laki yang kelak harus menafkahi istri dan keluarganya. Dan anak perempuan lebih diarahkan supaya terampil membersihkan rumah, memasak, dan mengurus diri. Karena nanti ia harus mengurus suami, mengurus keluarga. Begitulah budaya patriarki membentuk kebiasaan dan pola pikir di setiap generasi.

Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi serta begitu cepat dan mudahnya kita mengakses informasi. Sedikit demi sedikit mindset kita bergeser. Bahwa keuangan bukan hanya tanggung jawab laki-laki sebagai suami. Tapi berlaku juga bagi perempuan, walaupun ia adalah seorang istri yang notabenenya menjadi tanggungan suami, kita memiliki beban tanggung jawab yang sama. Ditambah dengan realita bahwa semakin hari biaya kehidupan kita semakin tinggi. Biaya pendidikan, biaya kesehatan serta gaya hidup, menunjukan grafik yang selalu naik setiap tahunnya.

Saya pernah menonton sebuah video yang berisi nasihat seorang ayah kepada anak perempuannya. Ia berkata “Bukan uangnya yang penting, kamu harus punya pekerjaan yang bisa kamu banggakan. Dahulu wanita bisa hidup dari uang yang dihasilkan suaminya. Tapi, kini dunia berbeda. Entah menikah atau tidak, kamu harus bisa menafkahi dirimu sendiri. Ini hidupmu, jadi jangan menunggu diselamatkan dan bertanggung jawablah atas hidupmu.”

Dan saya setuju, entah menikah atau tidak. Perempuan punya tanggung jawab hidupnya sendiri. Begitupula laki-laki. Zaman modern seperti ini, sudah banyak perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga. Para istri yang tak ragu bekerja guna membantu suami meringankan beban finansial keluarga. Atau suami yang tak merasa kalah dengan pencapaian karier pasangannya. Sejalan dengan prinsip kesalingan relasi antara laki-laki dan perempuan.

Sekarang, tidak ada alasan untuk berdiam diri. Jika kita bukan lulusan perguruan tinggi, sudah banyak workshop yang mengajarkan berbagai keahlian. Tutorial gratis yang bisa kita akses dengan mudah. Entah menjahit, menjadi konten kreator hingga berbagai jenis resep masakan sudah tersedia di internet. Berbagai komunitas bahkan siap membantu kita kaum perempuan untuk bisa berdaya.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Bicara tentang finansial tak hanya sekedar teori bagaimana kita mendapatkan uang dengan bekerja. Bagaimana kita mengembangkan keterampilan yang mampu memberikan penghasilan. Bagaimana kita berusaha mengejar passion kita supaya bisa mendapatkan pekerjaan yang di inginkan. Bukan, bukan hanya itu saja. Itu hanya sebagiannya menurut saya. Ada yang tak kalah penting daripada itu, yaitu bagaimana cara kita bisa mengelola keuangan dengan baik dan bijak.

Lalu bagaimana kita mengalokasikan uang yang dimiliki pada hal-hal yang memang penting. Mungkin kita sering mendengar bahwa bertambahnya penghasilan seringkali sejalan dengan perubahan gaya hidup. Seperti pada beberapa tayangan yang menampilkan gaya hedonis perempuan, di mana begitu mudahnya kaum perempuan menghamburkan uang, juga serangkaian sikap materialistis yang menjatuhkan citra perempuan itu sendiri.

Mandiri secara finansial adalah salah satu kemerdekaan yang ingin diraih oleh kaum perempuan. Tujuannya adalah meraih kebebasan finansial. Saat kita masih melajang, dengan kemandirian finansial yang kita miliki, maka kita bebas membeli apa yang kita butuhkan dan inginkan. Bebas dalam membantu keuangan orang tua. Sekaligus menjadi ajang belajar mengelola keuangan, apalagi banyak produk investasi yang mudah dipelajari oleh pemula.

Investasi, selain membuat kita memiliki kebiasaan menabung secara rutin juga membantu kita mewujudkan cita-cita keuangan masa depan dengan menyisihkan uang yang dimiliki sejak saat ini. Wow, menggiurkan bukan? Asal jangan keseringan check out online shop saat promo kita bisa belajar mengatur keuangan sedini mungkin.

Perempuan setelah menikah juga demikian, penting untuk menyiapkan dana darurat lebih banyak dari pada saat melajang. Sekaligus mengelola keuangan keluarga. Gak papa sekali-kali belanja, asal jangan sampai lupa diri. Dengan ikut bekerja, atau memiliki keterampilan yang dapat menghasilkan bisa menjadi bekal untuk kita di masa depan.

Selain ikut meringankan beban keuangan, juga sebagai jaminan apabila suatu saat ada hal hal yang tidak di inginkan. Banyak sekali cerita tangguh perempuan single parent yang mampu membiayai anaknya seorang diri. Atau para istri yang menjadi tulang punggung keluarga. Lajang, dan punya banyak uang, itu adalah mimpi perempuan modern saat ini. []

 

Tags: InvestasiKebebasan FinansialKeuangan keluargaLajangLiterasi Finansialperempuanperempuan bekerjaPerempuan Mandiri
Rofi Indar Parawansah

Rofi Indar Parawansah

Perempuan belajar menulis

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version