Mubadalah.id – Pada Kamis (11/09) yang lalu, saya berkesempatan menghadiri salah satu rangkaian acara Katadata SAFE (Sustainability Action for The Future Economy) 2025: Green for Resilience di Hotel Kempinski Jakarta. Kegiatan workshop yang bertajuk Islam and the Environment: Faith in Action diadakan di hari kedua acara tersebut.
Dimoderasi oleh Elok Faiqotul Mutia (Associate Campaign Director Purpose dan Kepala Divisi Komunikasi MOSAIC – Moslem Shared Actions for Climate Impact), sesi ini menghadirkan Hening Parlan (National Coordinator Greenfaith Indonesia) yang membagikan tiga strategi untuk merawat lingkungan di sekitar kita. Ketiga strategi ini turut mengedepankan prinsip-prinsip yang Islam ajarkan.
Memulai dari Diri Sendiri
Metode pertama merawat lingkungan yang bisa kita terapkan adalah memulai dari diri sendiri. Strategi ini sesuai dengan yang Kitab Suci ajarkan bahwa semua perubahan dapat kita mulai dari hal-hal yang ada di sekitar kita terlebih dahulu. Menurut Hening, tahapan pertamanya adalah membantu apa yang terlihat oleh mata kita.
Seandainya kita tinggal di lingkungan nelayan, maka analisislah komunitas tersebut membutuhkan apa. Utamanya jika kelompok masyarakat yang kita bantu, seperti para nelayan, pendapatannya bergantung pada alam.
Tidak hanya kelompok masyarakat seperti nelayan, masyarakat adat di sekitar kita layak juga terbantu. Kelompok yang kita anggap rentan ini hidupnya sangat tergantung pada alam. Jika kita memiliki kedekatan dengan masyarakat adat, akan sangat membantu apabila kita dapat memetakan dukungan-dukungan apa saja yang dapat kita berikan untuk merawat lingkungan dan alam di sekitar mereka.
Dengan membantu kelompok masyarakat di lingkungan sendiri, niscaya dukungan yang kita berikan lebih tepat sasaran. Memastikan lingkungan dan alam yang dapat mendukung komunitas akar rumput serta masyarakat adat di sekitar kita juga terandaikan oleh Hening sebagai sikap pemimpin bijak dan patut kita implementasikan di segala aspek. Karena seseorang dengan kepemimpinan yang baik tidak akan menelantarkan rakyatnya.
Menerapkan Asset Based Community Development
Strategi menjaga lingkungan berikutnya yang terpaparkan oleh Hening adalah Asset Based Community Development atau ABCD. Metode ini tidak berfokus pada kebutuhan sebuah komunitas semata. ABCD menganalisis potensi apa saja yang kelompok masyarakat miliki untuk memberdayakan diri mereka dan lingkungan alam di sekitarnya.
Salah satu pemberdayaan yang dapat kita lakukan adalah menjadikan komunitas sebagai penggerak perubahan. Jika kita kembali ke contoh masyarakat nelayan, maka para nelayan sendiri lah yang mampu meningkatkan kondisi mereka. Partisipasi langsung tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan mereka, tapi juga keberlangsungan alam di sekitar dapat terlindungi dan terawat dengan lebih tepat.
Adapun kebutuhan akan pakar untuk mendampingi masyarakat, sifatnya sebaiknya tidak selalu mendominasi melainkan berdampingan. Misalnya dalam membantu masyarakat adat, analisis aset dan kebutuhan dapat didukung oleh pakar dari luar kelompok masyarakat tersebut. Namun segala pengambilan keputusan dalam program pemberdayaan wajib melibatkan masyarakat adat. Dengan demikian, pelanggaran tradisi serta eksploitasi alam dapat terhindari.
Sayangnya kegiatan pemberdayaan komunitas dan masyarakat seringkali tertunggangi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan malah merugikan mereka yang membutuhkan. Untuk mengatasinya, edukasi dan pengawasan perlu kita terapkan dan kita tingkatkan demi mempertahankan strategi ABCD.
Menjaga Lingkungan dengan Istikamah dan Terus Belajar
Hening berpesan kepada para peserta workshop untuk memulai perjuangan dalam menjaga lingkungan dengan bismillah dan penuh kasih sayang terhadap lingkungan. Ia juga menjelaskan dampak dari proses perjuangan yang belum tentu diterima oleh semua orang dengan baik. Sehingga istiqamah dan konsisten dapat menjadi kunci dari perjuangan kita.
Harapan dari Hening adalah kita tidak menyerah. Jangan menghilang karena putus asa jika perubahan yang kita nantikan tidak terjadi dengan cepat. Hening kemudian memberi contoh dari cerita hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah dalam berdakwah.
Tertolak di Mekah, maka Rasul pindah ke Madinah untuk berdakwah di sana. Maka, apabila kemajuan tidak terjadi di lingkungan sekitar kita, berpindahlah ke tempat atau komunitas lain yang lebih membutuhkan pemberdayaan masyarakat dan lingkungan.
Selain istiqamah dan konsisten, hal lain yang harus kita lakukan adalah tetap terus belajar. Hening menegaskan bahwa setiap kelompok masyarakat atau komunitas memiliki karakter yang berbeda. Nilai dan norma yang mereka anut juga tidak sama. Sehingga strategi untuk bisa memberdayakan mereka dan lingkungan sekitarnya perlu kita pelajari dan terimplementasi dengan tepat.
Sebagai contoh, terdapat kelompok masyarakat yang memiliki prinsip agama yang sangat teguh. Maka dalam mendekati komunitas seperti ini perlu melibatkan pendekatan hingga tokoh agama.
Dengan demikian, proses pendekatan hingga pemberdayaan dapat kita lakukan tepat sasaran. Berdasarkan pengalamannya, Hening menerapkan beberapa kegiatan praktis untuk mengedukasi komunitasnya mengenai pentingnya melindungi lingkungan. Beberapa kegiatan seperti pengajian dan kelas memasakyang pernah ia lakukan.
Dakwah Melindungi Lingkungan
Selain ketiga strategi yang sudah terpaparkan, Hening juga mengingatkan para peserta workshop untuk tidak lupa menyebarkan dakwah kita dalam melindungi lingkungan. Utamanya melalui media sosial, dengan menjadikan perjuangan kita viral maka secara tidak langsung kita turut mengedukasi netizen secara lebih luas lagi. Harapannya banyak orang yang lebih terinspirasi dan terbantu melindungi lingkungan dan memberdayakan masyarakat.
Melindungi lingkungan dan memberdayakan masyarakat atau komunitas di sekitar kita selayaknya kita lakukan dengan akurat. Tidak hanya agar alam terselamatkan, namun juga dengan harapan upaya yang dilakukan tepat sasaran. Sudut pandang Islam mungkin dapat menjadi sebuah metode dalam melakukannya.
Mengikuti perjalanan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin, bersikap istiqamah, dan kerap belajar adalah tiga hal yang bisa kita lakukan. Jika sesuai dengan komunitas yang tertuju, maka kegiatan-kegiatan seperti pengajian dan kelas memasak juga dapat kita adakan. Dengan keimanan atau keyakinan yang teguh, niscaya proses dari segala upaya yang kita lakukan dapat terwujud dan menguntungkan banyak pihak. []