Mubadalah.id – Dalam setiap kehidupan umat Islam, di antara kita mungkin pernah mendengar riwayat Hadis bahwa Nabi Muhammad Saw adalah sosok penuh kasih sayang (rahmat), lembut, dan selalu doa untuk kebaikan umat beliau.
Riwayat Shahih Ibnu Hibban, misalnya, mencatat bahwa Nabi selalu berdoa untuk ampunan dan kebaikan umat Islam setiap selesai shalat. Riwayat semacam ini tentu mudah diterima, karena sejalan dengan citra Nabi sebagai pembawa rahmat bagi pengikutnya.
Namun, pertanyaan adalah: apakah Nabi Muhammad Saw juga mendoakan kebaikan bagi orang-orang non-Muslim? Ataukah beliau pernah berdoa tentang keburukan, laknat, bahkan kutukan kepada mereka yang menolak risalah Islam?
Nabi Menolak Melaknat Non-Muslim
Di tengah kebiasaan sebagian umat Islam yang begitu mudah melabeli, melaknat, bahkan mendoakan keburukan bagi non-Muslim, kita justru mendapati riwayat yang bertolak belakang dengan sikap tersebut.
Dalam Shahih Muslim, Abu Hurairah meriwayatkan sebuah kisah penting (hadits nomor 6778). Diceritakan, beberapa sahabat meminta Nabi Muhammad Saw untuk mendoakan keburukan dan melaknat orang-orang non-Muslim. Akan tetapi, Nabi menolak permintaan itu dengan tegas.
“Allah tidak mengutusku untuk melaknat mereka, melainkan aku diutus-Nya untuk menjadi rahmat dan kasih sayang bagi mereka,” sabda Nabi Saw.
Hadits ini jelas menegaskan posisi kenabian yang universal: kehadiran beliau adalah rahmat, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh umat manusia. Prinsip inilah yang seharusnya menjadi dasar teologis dan etis dalam membangun relasi dengan umat yang berbeda agama.
Dalam bukunya, Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama, Dr. Faqihuddin Abdul Kodir menjelaskan bahwa pandangan keagamaan kita masih sering kali terjebak pada sikap eksklusif: kasih-sayang hanya untuk sesama Muslim.
Sementara terhadap non-Muslim kita merasa tabu untuk berucap doa baik atau memberikan ungkapan yang menghibur dan menenangkan. Padahal, justru di sinilah relevansi pendekatan mubadalah yang beliau tawarkan.
Menurut Kiai Faqih, doa baik untuk non-Muslim tidak bisa dipandang sebagai bentuk pengkhianatan iman. Melainkan wujud nyata dari misi kenabian sebagai rahmat bagi semesta alam.
Dengan perspektif mubadalah, jika kita meyakini bahwa doa adalah ungkapan kasih-sayang untuk sesama Muslim. Maka hal yang sama mestinya berlaku pula bagi non-Muslim sebagai sesama manusia. []