Mubadalah.id – Tulisan ini akan penulis awali dengan mengutip perkataan dari RA. Kartini yang sudah familiar di telinga kita, yaitu “habis gelap terbitlah terang”. Substansi yang konvensional terkait quotes ini adalah setelah ada kesusahan pasti ada kebahagiaan.
Tetapi menurut penulis pesan dari founder emansipasi terhadap perempuan ini jika kita gali lebih dalam akan menemukan substansi yang lain. Yaitu sebuah pesan bagi seseorang untuk menuju cahaya dari sebuah tempat yang gelap. Artinya terdapat sebuah perintah untuk berusaha dan berproses untuk mencapai cahaya tersebut.
Konteksnya dalam isu-isu yang akhir-akhir ini sering terjadi adalah banyak dari kita yang masih terbelenggu dengan gelapnya masa lalu. Maksud penulis adalah terkadang trauma masa lalu mempersulit seseorang untuk menentukan langkah-langkah yang harus kita ambil untuk menentukan masa depan.
Muncul rasa takut untuk mengambil sebuah keputusan karena takut akan kejadian hal serupa terjadi lagi. Pengalaman yang tidak mengenakan tersebut tentu dapat menghilangkan rasa aman dalam diri sehingga membuat seseorang merasa tidak berdaya.
Penyebab trauma itu sendiri bermacam-macam seperti kecelakaan, pelecehan, kekerasan, dipecat dari pekerjaan, dan putus cinta misalkan. Adapun efek dari semua itu adalah penyakit mental, fisik, kinerja menurun, membatasi diri dengan orang lain.
Bahkan dampak yang paling buruk adalah memilih untuk mengakhiri hidupnya. Oleh sebab itu penting kiranya untuk kita melepaskan beban yang kita bawa dari masa lalu untuk melanjutkan hidup. Nah, proses melepaskan ini kita kenal dengan istilah move on.
Tafsir al-Insyirah ayat 7
Bagi orang yang masih terbelenggu masa lalu, tugas pertama yang harus kita lakukan adalah move on agar dapat melanjutkan hidup dengan keberanian dan kesiapan. Hal ini sangat penting karena dapat membuat diri kita terbebas dari beban emosional yang tidak sehat.
Bahkan dalam al-Qur’an sendiri perintah untuk move on dapat kita lihat melalui refleksi Al-Insyirah ayat 7.
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ
Artinya: Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah berkerja keras (untuk kebajikan yang lain)
Prof Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa ayat di atas mempunyai relevansi dengan ayat sebelumnya yang mempunyai pesan setiap kesulitan selalu disusul atau berbarengan dengan kemudahan.
Selanjutnya kata فرغت mempunyai makna kosong (setelah sebelumnya penuh), baik secara material maupun immaterial. Gelas yang tadinya penuh kemudian menjadi kosong akibat kita minum ataupun tumpah. Maksud dari gambaran gelas kosong tersebut adalah hati yang tadinya gundah terpenuhi oleh kerisauan kemudian menjadi tenang dan plong.
Kata fanshab merupakan suatu bentuk perintah untuk menegakan sesuatu sehingga nyata dan mantap, upaya menegakakn itu biasanya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tetapi ayat di atas tidak menjelaskan dalam hal apa seseorang dituntut untuk bersungguh-sungguh.
Oleh sebab itu Quraish Shihab cenderung tidak menetapkan ragam kesungguhan atau persoalan yang ia maksud, karena objeknya bersifat umum dan mencakup segala sesuatu yang dapat termuat oleh kata-kata tersebut.
Berdasarkan pernyataan tersebut ayat di atas memerintahkan seseorang untuk melakukan kesungguhan atau menegakkan apa saja yang sedang kita hadapi dengan catatan dibenarkan oleh Allah SWT. Tetapi secara umum ayat 7 dalam refleksi al-Insyirah ini memberi petunjuk bahwa seseorang harus selalu memiliki kesibukan. Bila telah berakhir suatu pekerjaan, ia harus memulai lagi dengan pekerjaan yang lain, sehingga dengan ayat ini seorang muslim tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya.
Goodbye Masa Lalu, Welcome Masa Depan
Ayat di atas secara eksplisit memang tidak membicarakan tentang move on, tetapi sebagaimana Prof Quraish Shihab mengatakan bahwa objek dari ayat tersebut bersifat umum. Maka secara kontekstual, substansi ayat tersebut bisa kita katakan perintah untuk move on dari masal lalu.
Tuhan seakan-akan berbicara kepada hambanya dan pesan yang ingin tersampaikan adalah segeralah untuk melupakan masa lalu yang membelenggu dirimu. Kemudian jika kamu sudah selesai dengan hal itu maka bersegeralah untuk meraih masa depanmu.
Jangan sampai terjebak dengan rasa penyesalan, kesalahan dan kehilangan yang mendalam. Merenungi kesalahan boleh-boleh saja. Tetapi jangan sampai berlarut-larut karena hal itu dapat membatasi diri kita untuk memulai babak baru dalam hidup. Oleh sebab itu lupakan segala hal yang membuatmu menderita di masa lalu dan persiapkan dirimu hari ini untuk menyambut masa depan.
Masa lalu cukup kita jadikan pengalaman dan bahan pembelajaran saja. Kkarena dengan begitu kita akan lebih fokus dalam merencanakan masa depan yang lebih baik dengan potensi yang kita miliki sekarang. Di sisi lain, kita juga dapat membuka peluang untuk more your self . Sebab pada dasarnya move on merupakan proses belajar untuk mencintai diri sendiri.
Sebelum menutup tulisan ini, penulis ingin menyampaikan yuk move on. Ketahuilah bahwa diri kita sangat berharga. Maka dari itu, jangan sampai luka masa lalu menutup pintu kebahagiaan di masa depan. Wallahua’lam. []