• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Refleksi Al-Insyirah ayat 7: Move On dari Segala yang Membuatmu Menderita

Secara umum ayat 7 dalam refleksi al-Insyirah ini memberi petunjuk bahwa seseorang harus selalu memiliki kesibukan

Khairun Niam Khairun Niam
24/05/2024
in Personal
0
Refleksi Al-Insyirah

Refleksi Al-Insyirah

909
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan ini akan penulis awali dengan mengutip perkataan dari RA. Kartini yang sudah familiar di telinga kita, yaitu “habis gelap terbitlah terang”. Substansi yang konvensional terkait quotes ini adalah setelah ada kesusahan pasti ada kebahagiaan.

Tetapi menurut penulis pesan dari founder emansipasi terhadap perempuan ini jika kita gali lebih dalam akan menemukan substansi yang lain. Yaitu sebuah pesan bagi seseorang untuk menuju cahaya dari sebuah tempat yang gelap. Artinya terdapat sebuah perintah untuk berusaha dan berproses untuk mencapai cahaya tersebut.

Konteksnya dalam isu-isu yang akhir-akhir ini sering terjadi adalah banyak dari kita yang masih terbelenggu dengan gelapnya masa lalu. Maksud penulis adalah terkadang trauma masa lalu mempersulit seseorang untuk menentukan langkah-langkah yang harus kita ambil untuk menentukan masa depan.

Muncul rasa takut untuk mengambil sebuah keputusan karena takut akan kejadian hal serupa terjadi lagi. Pengalaman yang tidak mengenakan tersebut tentu dapat menghilangkan rasa aman dalam diri sehingga membuat seseorang merasa tidak berdaya.

Penyebab trauma itu sendiri bermacam-macam seperti kecelakaan, pelecehan, kekerasan, dipecat dari pekerjaan, dan putus cinta misalkan. Adapun efek dari semua itu adalah penyakit mental, fisik, kinerja menurun, membatasi diri dengan orang lain.

Baca Juga:

Konstruksi Kemandirian Anak dalam Bayang-bayang Ekspektasi Figur Ayah

Masa Depan Kemanusiaan Masyarakat Indonesia

Lepaskan Beban Bahagiakan Pikiran

Gen-Z Emang Lemah dan Nggak Becus Kerja! Katanya

Bahkan dampak yang paling buruk adalah memilih untuk mengakhiri hidupnya. Oleh sebab itu penting kiranya untuk kita melepaskan beban yang kita bawa dari masa lalu untuk melanjutkan hidup. Nah, proses melepaskan ini kita kenal dengan istilah move on.

Tafsir al-Insyirah ayat 7

Bagi orang yang masih terbelenggu masa lalu, tugas pertama yang harus kita lakukan adalah move on agar dapat melanjutkan hidup dengan keberanian dan kesiapan. Hal ini sangat penting karena dapat membuat diri kita terbebas dari beban emosional yang tidak sehat.

Bahkan dalam al-Qur’an sendiri perintah untuk move on dapat kita lihat melalui refleksi Al-Insyirah ayat 7.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ

Artinya: Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah berkerja keras (untuk kebajikan yang lain)

Prof Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa ayat di atas mempunyai relevansi dengan ayat sebelumnya yang mempunyai pesan setiap kesulitan selalu disusul atau berbarengan dengan kemudahan.

Selanjutnya kata فرغت mempunyai makna kosong (setelah sebelumnya penuh), baik secara material maupun immaterial. Gelas yang tadinya penuh kemudian menjadi kosong akibat kita minum ataupun tumpah. Maksud dari gambaran gelas kosong tersebut adalah hati yang tadinya gundah terpenuhi oleh kerisauan kemudian menjadi tenang dan plong.

Kata fanshab merupakan suatu bentuk perintah untuk menegakan sesuatu sehingga nyata dan mantap, upaya menegakakn itu biasanya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tetapi ayat di atas tidak menjelaskan dalam hal apa seseorang dituntut untuk bersungguh-sungguh.

Oleh sebab itu Quraish Shihab cenderung tidak menetapkan ragam kesungguhan atau persoalan yang ia maksud, karena objeknya bersifat umum dan mencakup segala sesuatu yang dapat termuat oleh kata-kata tersebut.

Berdasarkan pernyataan tersebut ayat di atas memerintahkan seseorang untuk melakukan kesungguhan atau menegakkan apa saja yang sedang kita hadapi dengan catatan dibenarkan oleh Allah SWT. Tetapi secara umum ayat 7 dalam refleksi al-Insyirah ini memberi petunjuk bahwa seseorang harus selalu memiliki kesibukan. Bila telah berakhir suatu pekerjaan, ia harus memulai lagi dengan pekerjaan yang lain, sehingga dengan ayat ini seorang muslim tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya.

Goodbye Masa Lalu, Welcome Masa Depan

Ayat di atas secara eksplisit memang tidak membicarakan tentang move on, tetapi sebagaimana Prof Quraish Shihab mengatakan bahwa objek dari ayat tersebut bersifat umum. Maka secara kontekstual, substansi ayat tersebut bisa kita katakan perintah untuk move on dari masal lalu.

Tuhan seakan-akan berbicara kepada hambanya dan pesan yang ingin tersampaikan adalah segeralah untuk melupakan masa lalu yang membelenggu dirimu. Kemudian jika kamu sudah selesai dengan hal itu maka bersegeralah untuk meraih masa depanmu.

Jangan sampai terjebak dengan rasa penyesalan, kesalahan dan kehilangan yang mendalam. Merenungi kesalahan boleh-boleh saja. Tetapi jangan sampai berlarut-larut karena hal itu dapat membatasi diri kita untuk memulai babak baru dalam hidup. Oleh sebab itu lupakan segala hal yang membuatmu menderita di masa lalu dan persiapkan dirimu hari ini untuk menyambut masa depan.

Masa lalu cukup kita jadikan pengalaman dan bahan pembelajaran saja. Kkarena dengan begitu kita akan lebih fokus dalam merencanakan masa depan yang lebih baik dengan potensi yang kita miliki sekarang. Di sisi lain, kita juga dapat membuka peluang untuk more your self . Sebab pada dasarnya move on merupakan proses belajar untuk mencintai diri sendiri.

Sebelum menutup tulisan ini, penulis ingin menyampaikan yuk move on. Ketahuilah bahwa diri kita sangat berharga.  Maka dari itu, jangan sampai luka masa lalu menutup pintu kebahagiaan di masa depan. Wallahua’lam. []

Tags: bahagiaMasa DepanMasa Lalumove onSurat Al-Insyirah
Khairun Niam

Khairun Niam

Santri yang sedang belajar menulis

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version