• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat

Menyelamatkan Raja Ampat bukan sekadar urusan aktivis lingkungan, melainkan tanggung jawab bersama. Jika kita gagal menjaga “surga terakhir” ini, apa lagi yang tersisa untuk generasi masa depan?

Andayu Aisyah Putri Andayu Aisyah Putri
17/06/2025
in Publik
0
Raja Ampat

Raja Ampat

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Raja Ampat di Papua Barat dikenal sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Keindahan bentang alam, laut jernih, dan gugusan pulau-pulau karang menjadikannya destinasi yang dijuluki “surga terakhir di bumi.”

Greenpeace mencatat bahwa Raja Ampat memiliki kekayaan alam sebesar 75 persen untuk spesies terumbu karang di dunia, 1.400 jenis ikan-ikan karang, dan 700 invertebrata jenis moluska. Beberapa jenis ikan yang ada di Raja Ampat salah satunya adalah pari manta (Mobula birostris).

Namun, kekayaan dan keindahan itu kini berada di ambang kehancuran akibat ekspansi tambang nikel yang mulai menyasar sejumlah pulaunya.

Melansir data dari Kompas.id, setidaknya sudah lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami di ketiga pulau di Raja Ampat telah dibabat untuk aktivitas pertambangan. Bagi saya, hal ini sangat menyayat hati. Keindahan dan kekayaan alam kita perlahan dirusak dan akan hilang selamanya.

Maka dari itu, jika aktivitas pertambangan tidak dihentikan, maka akan berpotensi meluas dan membawa dampak ekologis dan sosial yang serius.

Dampak Pertambangan

Dari sisi lingkungan, kerusakan hutan dan aktivitas tambang terbuka meningkatkan risiko longsor dan sedimentasi di perairan. Bahkan tanah yang terbawa arus hujan menuju laut dapat menutupi terumbu karang dan menghambat masuknya cahaya matahari.

Baca Juga:

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

Surga Raja Ampat dan Ancaman Pertambangan Nikel

Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat

Akibatnya, proses fotosintesis terumbu karang terganggu dan ekosistem laut pun perlahan hancur. Padahal, terumbu karang adalah fondasi utama kehidupan laut di Raja Ampat.

Selain itu, limbah tambang sangat mungkin mencemari laut. Bagi masyarakat lokal yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tradisional, pencemaran laut bukan hanya soal degradasi lingkungan, tetapi menyangkut ketahanan pangan dan kesehatan.

Karena mengkonsumsi ikan yang tercemar logam berat tentu akan membawa risiko serius dalam jangka panjang.

Dampak lainnya adalah potensi keruntuhan sektor pariwisata. Pulau Piaynemo, misalnya, merupakan ikon wisata Raja Ampat yang kita kenal dengan gugusan karangnya yang sangat indah. Jika kawasan ini rusak, maka wisatawan akan kehilangan daya tarik utama. Bahkan masyarakat setempat kehilangan salah satu sumber utama pendapatan.

Kehadiran industri tambang sering kali membawa janji kesejahteraan. Namun faktanya, yang tersisa justru luka ekologis yang dalam dan pemiskinan masyarakat lokal.

Karena dalam banyak kasus, masyarakat adat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, bahkan kerap terpinggirkan dan terintimidasi.

Kehancuran Ekologis

Indonesia tidak akan miskin hanya karena menghentikan satu proyek tambang nikel. Tetapi membiarkan kehancuran ekologis di Raja Ampat akan menjadi kemunduran besar dalam komitmen kita terhadap pembangunan berkelanjutan.

Karena kerugian ekologis, sosial, dan budaya jauh lebih besar daripada keuntungan ekonomi jangka pendek yang ditawarkan pertambangan.

Maka dari itu, Raja Ampat adalah warisan alam dunia. Kehilangan kawasan ini bukan hanya kerugian bagi masyarakat Papua, tetapi juga kehilangan reputasi Indonesia di mata dunia.

Oleh karena itu, pemerintah harus berpihak pada kelestarian lingkungan dan perlindungan masyarakat adat, bukan pada kepentingan industri ekstraktif yang terbukti merusak.

Sudah saatnya kita memikirkan ulang arah pembangunan. Menyelamatkan Raja Ampat bukan sekadar urusan aktivis lingkungan, melainkan tanggung jawab bersama. Jika kita gagal menjaga “surga terakhir” ini, apa lagi yang tersisa untuk generasi masa depan? []

Tags: Masa DepanRaja AmpatTambang NikelTerancam
Andayu Aisyah Putri

Andayu Aisyah Putri

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon.

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID